Sebuah hati kini tidak bertuan sama sekali. Rasa itu semakin hari bertumbuh tiada hentinya. Desember begitu mengoreskan beberapa luka-luka yang sempat menjalar hingga ke uluh hati Haslan. Dia menatap sebuah nisan bertuliskan kedua nama perempuan yang sangat dia cintai selama ini.
"Kenapa kamu meninggalkan secepat itu?" gumamnya. Ia menatap kedua batu nisan itu. Rasa itu semakin pilu hingga nyeri. Seperti tertusuk-tusuk. "Kenapa Tuhan memanggil kalian duluan? Kenapa bukan aku saja?" pikirnya.