"Tina! Kamu ikut saya!" perintah Barra dengan mata memerah.
Tina pun mengangguk seraya menelan salivanya sendiri. Ia merasa cukup tertekan apalagi wajah garang atasannya membuat dia hanya bisa mengiyakan saja.
"Bawa berkasnya sekalian!" perintah Barra.
"Baik, Pak!" sahut Tina seraya mengambil beberapa tumpukan map berkas untuk kerjasama dengan klien. Terlihat jelas wajah Tina yang benar-benar pucat. "Aduh, bagaimana? Apalagi berkasnya belum selesai aku cek?" gumamnya sambil mengigit ujung bibirnya. Dia terlihat begitu tegang apalagi kalau memasuki ruangan beraroma jahanam. Ia berusaha untuk menguatkan mentalnya.
Di luar Ninis dan Mira sibuk membicarakan Pak Barra.
"Nis, gimana nasibnya Tina ya?"
Ninis mengedikkan bahunya, dia menatap Mira. "Lebih baik kita kerja, ntar kalau kita ngegosip bakalan kena SP lagi. Masih ingetkan ancaman dari pak CEO?"