Jakarta terasa sangat ramai, namun tidak untuk hati Sania dalam kesunyian. Ia merasa sangat hancur sekali. Ia harus melawan hatinya. Ia bahkan tidak bisa melihat orang yang dia cintai bersama dengan yang lain.
Gerimis pun datang hingga membasahi tubuh Sania. Rasa patah hati yang terlukis dalam sebuah kanvas kehidupan. Tergores oleh perasaan dalam luka mencintai tanpa dicintai. Meskipun berulang kali nama Dimas selalu ia rapal dalam hatinya. Namun kenyataan tidak seperti yang dibayangkan.
Berlari di tengah hujan deras. Menerjang sebuah badai kehidupan dengan sekuat tenaga. Hingga tidak bisa bernapas sama sekali. "Bagaimana bisa aku melupakan perasaan ini?" isak tangisnya dalam sebuah hujan.
Sebuah payung memberi dia tempat untuk berteduh. Lalu ia pun mendongak ke atas. Ia melihat bayangan pria yang membawakan payung untuknya.