Suara ketukan pintu berhasil membuyarkan lamunan kedua insan yang saling menatap begitu pekat. "Biar aku yang membukakan pintu, Ra. Kamu di sini saja."
"Okay, Mas," balas Syahid.
Syahid pun berjalan keluar dari kamarnya menuju ke sebuah pintu kamar. Ia pun berjalan hingga sampai depan pintu. Tangan kanannya mulai meraih gangang pintu.
CKLEK!
Pintu pun terbuka. Kedua mata Syahid berkaca-kaca. "Ibu," ucapnya dengan nada sangat lirih. Ia pun memeluk ibunya.
Marini pun tersenyum, ia merasa bahagia masih bisa melihat dan memeluk putrannya.
"Ibu datang sama siapa?"
"Tadi sama sopir."
"Kenapa ibu nggak bilang?"
"Ibu ingin buat kejutan buat kamu, Nak."
"Astaga, ibu."
Marini mengulurkan rantang makanan. Aroma masakan yang begitu mengoda lidah untuk segera mencicipinya. Teelihat sebuah binar mata kerinduan di antara keduanya. Perasaan yang hanya mampu terobati akan sebuah titik temu.