Mobil keluarga Allan sudah berhenti di parkiran, kemudian mereka turun dari sana menuju ke pintu masuk resto. Mereka berjalan perlahan-lahan.
Di depan pintu resto mereka berdua bertemu di sana.
"Maaf, saya terlambat," ujar Allan.
Sasi sudah tampak kesal, ia merasa dipermainkan Allan. "Janjinya jam set tujuh datangnya jam setengah sembilan," dengusnya dengan kesal. Bibirnya mengerucut. "Dasar tukang ngaret!" Dengusnya dalam hati kecil.
Lara mengandeng tangan Sasi, lalu dia membisikkan sebuah kata, "Tenanglah, kasihan mereka sudah datang, Nak. Kamu harus sabar ya."
Sasi hanya mampu mendengus kesal.
Mendadak tubuh Anne ambruk. Dia terlihat sangat pucat sekali. Kemudian Barra langsung mengendongnya. Suasana mendadak dilanda rasa panik.
"Ann..." Barra menepuk-nepuk pipi Anne. Dia mulai panik sekali.
"Bar, bawa dia ke rumah sakit saja," kata Lara ikut bersama Barra begitu juga anggota keluarga lainnya kecuali Syahid dan Sasi.