Anya pun terdiam, ia bahkan mengingat kejadian dua puluh tahun lalu. Air matanya mulai terjatuh seolah ada sebuah luka yang masih basah. Ia pun menatap sebuah bulan purnama.
"Kenapa kamu harus datang?"
Kejadian dua puluh tahun lalu merengut sebuah kepercayaan tentang sebuah ikatan suci antara Anya dengan Erlan. "Apa mungkin aku bisa memafkan kamu, Lan?" Tanya hatinya seraya menghela napas dengan singkat, rasanya beban itu begitu sangat berat. Apalagi dia selama dua puluh tahun harus menjadi single mom. Hal itu membuat dia terlalu berat menerima kembali lelaki yang pernah berjanji akan menjadi pendampingnya. Kenyataan itu mulai berkata lain. "Atau tidak sama sekali," imbuhnya.