"Apa mungkin proses sabar dan ikhlas, dua hal yang sulit dilakukan?" pikir Barra menatap dia yang terlihat begitu terluka. Ia mulai menghela napas dengan sangat berat sekali. "Ya Allah, kenapa semua ini terjadi?"
Sebuah tangan menepuk pundak Barra, lalu dia menengokkan kepalanya ke belakang. "Kamu baik-baik saja?" tanya Ava.
"Nggak apa-apa!" ketus Barra menatap Ava.
"Oh," respon Ava sambil mengangguk-anggukkan kepalanya. "Oh, Pak Barra kenapa kamu benar-benar mempesona sekali? Kenapa kamu adalah bagian keindahan yang sengaja Allah ciptakan?" pikirnya seraya memuji ketampanan seorang Barra. Ia pun melamunkan, bagaimana kalau yang bertunangan adalah dia dengan Barra. "Pasti aku nggak akan pernah nolak bila kamu yang menjadi pasangan hidupku! Karena kamu layak diperjuangkan," ucapnya dalam hati seraya menatap Barra.