Pov Barra
Ku tatap dirimu yang di sana, sungguh aku terpikat senyuman yang mampu memberikanku ketenangan. Apa kamu pencuri hatiku? Pikirnya menatapku. Hingga aku merasa gugup jika bersamamu. Sungguh tidak mampu meredamkan sebuah perasaan ini. Sungguh kamu bagaikan candu dalam sebuah kafein. Namun kenapa kamu memilih bersamanya? Pikirku ketika harus menelan sebuah kenyataan pahit itu. "Semoga saja kamu bahagia," gumamku dengan lirih, ketika kemarin aku melihatnya bersama kekasihnya.
"Pak Barra!"
"Ada apa Tina? Tumben kamu tidak mengetuk pintu dulu?" tanyaku menatap pegawaiku.
"Saya sudah mengetuk pintu, tapi bapak tidak membukanya. Karena ini urgent, maka saya harus segera meminta bapak memeriksanya dahulu sebelum saya cairkan dananya."
"Okey, kamu duduk sebentar, saya akan memeriksanya sebentar," ucapku seraya mengecek proposal yang diberikan Tina pegawai keuanganku. "Bagaimana kondisi ibu kamu Tina?"