Semuanya terasa begitu hambar. Aku menyaksikan adekku di sana. Meskipun kita sering bertengkar, aku tetang menyayanginya. Bagiku kehilangan senyuman itu adalah bagian dari sebuah luka yang terhebat. Kini aku hanya bisa berdoa agar adekku bisa kembali mengukirkan senyuman di kala matahari terbit hingga rembulan malam yang menyinari langit. Ya Allah kenapa harus adekku? Pikirku selama ini.
Sebuah tangan menyentuh pundak kananku, lalu aku pun menoleh ke belakang. Aku melihat ayahku, tatapannya begitu nanar, lalu dia pun berkata, "Insyaallah, semua akan baik-baik saja. Manusia itu hidup untuk diuji, maka dari itu hanya kesabaran dan keikhlasan yang harus selalu kamu lakukan. Manusia hanya bisa berusaha dan berdoa sedangkan Allah yang menentukan jalannya. Apapun yang terjadi kita harus ikhlas."
