"Bun?"
Lara pun langsung bergegas membawa putrinya segera pulang. Ia tidak ingin kalau putrinya celaka. Ia sangat cemas sekali apalagi Nando seorang pria yang psikopar.
"Buruan, Nak. Kita nggak punya banyak waktu!" seru Lara, ibunya. Dia pun membawa putrinya untuk segera. Ia merasa begitu tidak sanggup kalau kejadian itu akan terulang tuk kedua kalinya.
DORRR! Sebuah tembakan itu terdengar begitu mengema. Dia melihat kalau Lara terkapar di jalan raya ketika melindungi putrinya.
"Bunda!" teriak Sasi berulang kali. Dia melihat ceceran darah segar dari punggung ibunya. Tangisan Sasi pun pecah sekali.
Jam beeker pun berbunyi. Sasi pun terbangun di malam hari. Keringat dinginnya mulai bercucuran. Ia merasa kalau mimpi itu benar-benar sangat nyata sekali. "Astaga! Cuman mimpi," kata Sasi. Ia merasa kalau mimpi itu benar-benar sangat buruk sekali. Ia merasa kalau dia sangat cemas sekali.
*