Motor Barra melaju dalam sebuah kecepatan tinggi hingga menyapu jalanan kota Surabaya. Ia merasa ada sebagian dari perasaannya mulai meradang ketika melihat sebuah cincin melingkar di jari manis Aksara. Pikirannya mulai kalut, ia merasa tidak rela dalam hatinya. "Apa yang kamu pikirkan Barra?" runtuknya. Sulit dipungkiri kalau dia benar-benar dalam ambang api cemburu.
Jalanan kota kebetulan masih sepi. Hingga Barra menambah kecepatan. Dia mengendarai dengan kebut-kebutan. Bahkan sebuah mobil polisi mengejarnya. Dia makin menambah kecepatannya.
"Apaan sich polisi itu?!" omelnya dengan lirih di dalam mobil. Ia berhasil kabur dari kejaran polisi.
"Fiuh, Akhirnya polisi itu nggak ngejar," helaan napas pendek Barra. Ia pun telah sampai di depan rumah. Lalu ia menyalakan klakson berulang kali.
Satpam rumah mulai membukakan pagar rumah, lalu ia pun masuk menggunakan motornya.
*