Duka itu masih terasa begitu pekat. Hingga awan hitam masih saja terselimutkan. Sebuah rasa penyesalan dalam sebuah jiwa-jiwa yang tak bertuan sama sekali. Hujan tidak akan pernah reda sama sekali. Air matanya masih terlanjur basah di kedua pipinya. Embusan angin malam mulai merasuk hingga ke dalam pori-pori. Penyesalan selalu datang di sebuah akhir. Tangis air mata merebak begitu saja. Hanya ada secerca doa yang mengudara hingga ke langit. Napas mulai terasa begitu sesak sekali sehingga Haslan hanya mampu menangisi sebuah kepergian.
"Maafkan aku Alina," Haslan pun mengumam dalam hatinya. Bibirnya pun bergetar. Air matanya telah sampai membasahi pipinya. Aroma kesunyian hingga kesedihan merambat ke seluruh tubuhnya. Tatapannya hanya menjulang ke langit-langit kamar. Semua terasa begitu cepat. "Kenapa harus terjadi?" pikirnya selama ini.