Sebuah tatapan mata yang tak pernah terlepaskan sama sekali. Sebuah perasaan yang tak bertuan. Ia mulai menarik napas perlahan-lahan lalu mengembuskannya. Ia bahkan berusaha untuk menahan sesak di hatinya.
Sebuah pemandangan yang cukup menyayat hati Barra. Embusan napasnya seakan terasa begitu berat sekali. Tatapan kedua matanya terasa begitu panas.
Pesta pertunangan berjalan begitu sangat lancar ketika sebuah cincin disematkan di jari manis perempuan yang dia cintai selama ini bahkan rasanya begitu perih. "Kenapa cinta ini benar-benar membunuhku?" pikirnya sambil menghela napas ddngan sangat berat sekali. "Lebih baik aku pergi dari sini daripada aku harus melihat semua ini?" pikirnya.
Senyuman di wajah Melisa terlihat merekah bagaikan kuncup bunga mawar merah yang merekah. Acara pun berjalan dengan lancar namun dia tidak menemukan Barra. Dia pun menatap kosong sekitarnya.