Wush! Mobil berhenti di parkiran rumah milik Sakila. Sejenak kedua sorot mata Dimas menatap ke seorang gadis dengan mengendong bayi. Terukir sebuah senyuman di antara senja sore.
Ehem! Suara deheman membuat Sania menoleh karena sedang asyik menimang-nimang Sasi. Lengkungan senyuman terlukis indah di wajah Sania.
Langkah Dimas pun semakin mendekat ke arah Sania. Detak jantung Sania berdebar semakin kencang. Mereka saling menatap satu sama lain.
Brak! Sialnya sebuah bola mengenai kepala Dimas.
"Om, maafin ya. Barra enggak sengaja."
Bocah kecil penuh rasa bersalah dengan menundukkan kepalanya. Dimas pun terdiam tanpa ekspresi. Terlihat wajah bocah kecil itu ketakutan.
"Maafin, om. Barra nggak sengaja. Kata papa kalau minta maaf harus dimaafin, kalau om nggak maafin bakalan dosa loh," kata Barra dengan kalimat sakrasmenya.
Dimas pun melipat kedua lututnya lalu melihat wajah Barra yang sedang menundukkan kepalanya. "Om, jangan marah. Barra udah minta maaf loh."