Terkikis akan sebuah rasa yang menjelma menjadi sayatan hingga meninggalkan bekasnya. "Aku baik-baik saja," ucap Mita melihat pria idamannya bersama dengan yang lainnya. Seolah awan hitam itu datang dalam hidupnya. Sesak napas menyaksikan sebuah janji setia keduanya. "Kenapa rasanya hati ini tidak mampu menahan rasa sakitnya?" gumamnya menatap dalam sebuah tatapan sendu. "Apa mungkin aku masih belum bisa merelakan dia untuk yang lain?"
Mita pun terdiam dalam sebuah keramaian suasana pagi itu. Ia pun datang dengan hati yang sangat hampa. Resah dalam sebuah luka. "Jatuh cinta terhadap dia yang tidak akan pernah bisa untuk bersama. Karena siapa aku dalam hidupnya. Aku bukan menantu idaman. Hanya perempuan itu yang pantas bukan aku yang ternoda. Mita kamu harus lupakan dan pendam dalam-dalam perasaanmu. Tidaklah sebuah luka akan sembuh karena waktu?" pikirnya dalam menatap dia yang sedang duduk bersama penghulu.