Bumi bergetar. Sebuah jalan menuju puncak gunung terlihat jelas terbuka untuk kami meneruskan perjalanan. Pohon-pohon berwarna merah muda itu seolah-olah berbaris dan mempersilakan kami untuk terus jalan. Lentera-lentera pun menyala-nyala sepanjang jalan menuju puncak gunung.
Namun di sisi lain, Shin tidak mau bergerak sama sekali. Semua orang yang ada di sekelilingnya menatapnya dengan bingung juga merasa kasihan. Melihat tampang Shin yang tiba-tiba pucat, membuat mereka merasa iba.
Tak lama kemudian, Shin terjatuh dari posisinya yang semula berdiri. Tangan dan kakinya bergetar dengan sangat kuat sehingga tidak cukup kuat untuk menahan tubuhnya. Keringat dingin bercucuran dengan sangat deras di wajah Shin sehingga dia tidak bisa membedakan keringatnya dengan air mata.
"Shin, tegarkanlah dirimu !" August datang dengan cepat dan merangkul tubuhnya.