Marisa membaringkan tubuhnya di tempat tidur ketika pintu kamar terbuka dengan cepat. Bahri melangkah langsung ke kamar mandi, terlalu kesal dengan sikap Marisa sejak pulang dari rumah Zhang. "Bahri, kita cerai saja". Bahri tertegun mendengar kalimat yang diucapkan, tangan meraih handel pintu. Marisa melihat punggung Bahri tegang.
"Kamu mudah berkata begini karena Zhang!" Teriakan Bahri menggelegar hingga membuat Marisa berfikir telah salah mengusik kemarahan Bahri tetapi jika dibiarkan, bukankah ia akan rugi.
"Aku capek harus berbagi tempat tidur dengan banyak orang". Perkataan Marisa tidaklah salah. Bahri terpaksa menelan kemarahan bulat-bulat dalam hati. "Beri aku kesempatan satu tahun untuk membuktikan kita akan baik-baik saja" kata Bahri berbalik menghadap Marisa yang kaget. "Satu tahun? untuk apa?" tanya Marisa heran. Bahri memandang Marisa kuat, ia menyadari jika diteruskan maka kehilangan Marisa tidak dapat ditanggulangi lebih lama lagi.