Aiden datang di kamp pelatihan sebagai junior. Tentu saja dia disambut dengan dingin oleh prajurit lain. Seperti saat ini di mana Aiden ditantang untuk melawan lima senior dengan tangan kosong. Aiden merasa tertantang dengan mereka sehingga dia tidak dapat menahan sudut bibirnya untuk menyeringai miring.
Meskipun berlangsung di tengah-tengah lingkungan, tidak satu pun prajurit lain memisahkan mereka selain hanya menjadi tontonan menarik, ataupun sesuatu yang tidak penting untuk diperhatikan. Sebagian di antaranya berlalu begitu saja saat sibuk melakukan pekerjaan masing-masing. Seolah hal tersebut adalah kegiatan yang sangat biasa bagi mereka setiap kali kedatangan anggota baru.
Singkatnya Aiden mendapat perundungan. Tapi bagi laki-laki, itu tidak terlihat seperti pembulian justru seakan sedang menguji ketahanan fisik dan kemampuannya dalam bertarung mengingat tempat ini adalah berisi sekumpulan prajurit siap perang apalagi siap mati.