Ulan Bataar, Mongolia
26 April 2016
07.45 Mongolia Time
"Apa semuanya sudah siap?" tanya Lia begitu melihat Mark membuka pintu mobil Jeep yang akan dikendarainya menuju bandara.
"Kurasa begitu," jawabnya singkat.
Lia kemudian memberikan satu koper berlapiskan beludru pada Mark.
"Apa ini?" Mark segera membuka isi koper itu, menemukan beberapa jenis senjata api disana.
"Kalian pasti membutuhkannya, sekarang atau nanti," ujar Lia.
Mark melihat Lia dihadapannya yang tengah berkacak pinggang didepannya itu lekat-lekat, "Haruskah Aku mencurigaimu karena begitu perhatian?" ujar Mark sinis, namun Ia tetap menutup kembali koper itu dan memasukannya ke jok penumpang mobil.
Lia hanya tersenyum miring, berjalan menuju mobilnya.
Sementara, Wendy hanya memperhatikan interaksi kedua orang itu dari bangku samping kemudi. "Mengapa dia sangat misterius?" batinnya.
"Hey, tangkap ini!" seru Lia sembari melemparkan HT kearah Wendy.
"Tekan nomor 3 untuk terhubung denganku, berhati-hatilah. Aku ada dibelakang," ujarnya, lalu kembali berjalan kembali menuju mobilnya.
Tak lama dari itu, Mark sudah memposisikan diri di kursi pengemudi dan menutup pintu. "Dasar wanita sok akrab," ujar Mark tiba-tiba. Wendy hanya tersenyum miring.
Mark kemudian melajukan mobilnya dengan kecepatan sedang, sembari terus memperhatikan petunjuk navigasi dari layar gadget disampingnya.
"Berapa lama lagi kita akan sampai?" tanya Mark
Wendy segera mengecek gadget navigasi didepannya, "Kurang lebih 30 menit lagi," jawabnya.
"Apa menurutmu ini bisa disebut wilayah kota?" tanya Mark, sembari melihat jalan raya dihadapannya yang cukup sepi dikelilingi oleh savana.
"Entahlah, Aku ragu. Tapi kita sudah mengikuti jalur sesuai navigasi peta ini," ujar Wendy.
DORR!!
Satu tembakan dari arah belakang mobil hingga menembus kaca depan, membuat Mark kehilangan keseimbangannya.
"Sialan, siapa itu? Wendy, bersiaplah dengan senjata di jok penumpang!" perintah Mark. Wendy segera mengambil koper berisi senjata api di jok belakang itu, dan Mark yang mengemudikan mobilnya dengan kecepatan penuh.
"Lihat, mobil dibelakang itu!" ujar Mark sembari melirik spion depan, "Itu bukan mobil Lia kim dan timnya!" lanjutnya.
"Apa Kau bisa mengatasinya?" tanya Mark yang tidak dijawab oleh Wendy.
Segera setelah selesai memasang peluru, Wendy membuka jendela, mengarahkan pistolnya ke mobil sedan hitam yang membuntuti mereka dari belakang.
JEDARR!!!
Wendy menembak kaca dan ban depan mobil itu hingga kehilangan keseimbangan
"Seorang pria ada didalam mobil itu," ujar Wendy setelah kembali memposisikan diri ke dalam mobil.
Mark menambah kecepatannya hingga tidak ada lagi jarak antara pedal gas dan lantai mobil itu, lalu semenit kemudian Ia membanting stir dan mensejajarkan posisi dengan sedan hitam itu.
Ia mengambil pistol di tangan Wendy, lalu menembakannya dengan satu tangannya, sementara tangan lainnya tetap pada kemudi.
JEDAR!!!
JEDAR!!
Dua tembakan dilepaskan oleh Mark, berhasil menembus kaca samping sedan hitam itu, Mark bisa melihat seorang dengan topi, kacamata, dan masker hitam mengemudi dari dalam sana.
"Mark, tukar posisi denganku!" seru Wendy yang dituruti oleh Mark. Segera Mark melepas seatbeltnya, lalu bertukar posisi dengan Wendy.
Wendy kembali melajukan mobil itu dengan kecepatan penuh, meninggalkan sedan hitam itu.
"Calling Lia Kim! Ini Mark, calling Lia Kim!!" seru Mark melalui HT.
"this is Lia Kim speaking!"
"Seseorang mengikuti kami, sedan hitam. Segera mendekat, sergap mereka!"
"Pelankan kecepatan dalam waktu 10 menit, kendalikan sebisa kalian, Kami ada di belakang! Over!"
Tak lama kemudian, sedan hitam itu kembali mensejajarkan posisi dengan mobil mereka.
JEDAR!!
Satu peluru dilepaskan dan mengenai ban depan. Wendy kehilangan keseimbangannya. "Eratkan peganganmu!"
SREETT!
Wendy menabrak sedan hitam itu dari samping
JEDAR!!
Mark kembali melepaskan peluru dan tepat mengenai tangan pengemudi itu. Akhirnya sedan hitam itu berhenti setelah menabrak pagar besi pembatas jalan. Wendy segera menambah kecepatannya.
"Mark to Lia! Mark to Lia!"
"Lia is speaking!"
"Sedan itu berhenti, lengan pengemudi itu tertembak, tolong amankan dan periksa identitasnya!" titah Mark melalui HT.
"Perintah diterima, over!"
Mark menyandarkan punggungnya pada sandaran kursi. Mengatur nafasnya yang tidak teratur, "Kau baik-baik saja? Ada yang luka?" tanyanya.
"Tidak. Kira-kira siapa orang itu?"
"Aku tidak bisa menerkanya,"
"Tampaknya kita akan segera tiba di Bandara, daerah ini mulai ramai," ujar Wendy begitu melihat jalan raya yang sudah cukup ramai setelah mereka melewati pertigaan jalan.
"Sepertinya Kau benar, Aku harap perjalanan kita aman kali ini,"