Pada keesokan harinya Kira, Chors, dan Alice berangkat menuju rumah pengikut Fritz. Seperti yang direncanakan Chors mengawasi jalan. Sedangkan Kira dan Alice berjalan menuju rumah. Rumah yang mereka tuju berada di dalam gang, karena itu tidak banyak yang akan melihat. Kira mengetuk-ngetuk pintu rumah, kemudian sang pemilik rumah membuka sedikit pintunya dan melihat keluar. Begitu melihat Kira, pemilik rumah langsung membukakan pintunya dengan lebar.
"Apakah dia sudah tenang?" Kira bertanya pada pemilik rumah.
"Dia sudah tertidur sejak kemarin."
"Baguslah kita tidak perlu membuat keributan. Lalu bagaimana dengan orang-orang, apakah ada yang curiga?"
"Tidak, tampaknya tidak ada yang menyadari kita."
"Sekarang dimana dia?"
Pemilik rumah kemudian membawa Kira ke salah satu ruangan yang ada di dalam rumah. Begitu mereka masuk ke ruangan tersebut, sudah ada pelayan yang diikat tangan dan kakinya. Mulut pelayan itu juga ditutup agar tidak mengeluarkan suara sedikitpun.
"Baiklah aku akan membawanya." Kira mengangkat pelayan tersebut.
Begitu dia diangkat pelayan itu tampak sadar. Dia juga mengeluarkan suara dan mencoba untuk memberontak. Agar tidak menimbulkan masalah lebih banyak, Kira memukul tengkuk leher pelayan. Pukulan Kira membuat pelayan itu pingsan dalam sekejap.
"Terima kasih karena sudah mau meminjamkan rumahmu. Aku akan pergi sekarang."
"Tolong sampaikan salamku untuk Raja Fritz."
"Hmm, Raja ya. Tenang saja aku akan sampaikan salammu padanya."
"Terima kasih." Pemilik rumah membungkukkan tubuhnya untuk menunjukan rasa terima kasihnya.
Sebelum Kira keluar, dia melihat ke arah Alice. Kira bermaksud agar Alice berbicara dengan Chors dan memberitahu keadaannya. Alice membuka pintu rumah dan melihat keluar. Chors yang melihat ke Alice keluar, langsung dapat mengerti apa yang mereka maksud. Chors menunjukan jempolnya untuk memberitahu kalau jalanan sudah aman. Alice kemudian kembali masuk ke dalam rumah.
"Sudah aman."
"Baiklah." Kira berjalan keluar rumah, Alicepun mengikuti Kira keluar. "Pergilah ke tempat Fritz, aku akan berangkat terlebih dahulu." Kira terbang dan pergi menuju rumah Fritz.
Dengan terbang Kira sampai dalam sekejap di rumah Fritz. Dia berjalan ke pintu Fritz dan mengetuk pintu. Lya membukakan pintu untuk Kira, begitu Kira datang Lya matanya langsung menuju pada pelayan yang Kira bawa.
"Jadi kalian memutuskan untuk menculik orang?"
"Kami tidak punya pilihan lain, kami sudah mencoba menggeledah istana namun kami tidak menemukan apapun."
"Lalu siapa dia, bagaimana dia akan membantu kita?"
"Dia adalah pelayan di dapur." Kira menurunkan pelayan dari pundaknya.
"Pelayan? Bagaimana bisa dia membantu kita?!" Lya tampak tidak senang dengan orang yang Kira bawa.
"Bagaimanapun seseorang membutuhkan makan, kita beruntung jika orang ini adalah orang yang mengantar makanan pada Raja. Jika kita tidak beruntung setidaknya mereka pasti akan membuat makanan untuk seseorang. Kita dapat menanyakan hal itu."
"Baiklah semoga saja rencanmu berhasil."
"Sekarang dimana Fritz?"
"Tuan baru saja selesai mandi, dia sedang mengganti bajunya."
"Begitukah." Kira berjalan ke kursi. "Kalau begitu aku akan menunggu dia hingga selesai."
Saat Kira sedang menunggu, pintu rumah Fritz diketuk-ketuk dari luar. Dalam sekejap Kira dan Lya bersiap untuk bertarung. Lya berjalan perlahan-lahan mendekati pintu. Kemudian dia mencoba untuk membuak perlahan dan melihat siapa yang ada di balik pintu. Di balik pintu ada Chors dan juga Alice yang baru saja sampai. Mereka berdua kemudian menghela nafas lega karena bukan musuh.
"Masuklah." Lya membukakan pintu. "Duduklah, tuan sedang mengganti bajunya."
Mereka menunggu hingga Fritz selesai mengganti bajunya. Fritz berjalan keluar dari kamarnya dan terkejut karena semua orang sudah berkumpul. Dia berjalan mendekati meja, dan kembali terkejut. Fritz terkejut karena melihat ada orang yang tergeletak tidak sadarkan diri di rumahnya.
"Siapa dia?"
"Dia adalah orang yang akan memberikan informasi pada kita. Aku menculiknya karena tidak ada pilihan lain. Aku menunggumu agar dapat melakukan interogasi."
"Menungguku?"
"Aku ingin agar semua orang mendengar jawabannya."
"Jadi begitu, kalau begitu cobalah tapi sebaiknya kau tidak terlalu kasar padanya."
"Aku tidak bisa berjanji untuk itu." Kira bangun dari kursinya.
Kira berjalan mendekati pelayan, Kira menampar pelan pada pelayan. Hanya saja pelayan tidak bangun setelah Kira tampar. Tampaknya Kira memukul terlalu keras pada pelayan. Karena itu Kira meminta air pada Lya, Lyapun membawakan air seember penuh. Tanpa bicara Kira langsung mengambil ember yang Lya pegang dan menyiram pelayan.
Dengan iklim yang sangat dingin ditambah dengan air yang disiramkan. Pelayan terbangun karena kedinginan. Sekujur tubuhnya langsung menggigil, melihat ada banyak orang di depan membuatnya terkejut. Hanya saja karena dia terlalu kedinginan, dia bahkan sampai tidak dapat berekspresi.
"Si-Siapa ka-kalian?"
"Orang yang akan menentukan kau hidup atau mati." Kira menjawab dengan sorot mata yang tajam, tentu saja pelayan langsung ketakutan.
"A-Apa?!"
"Tidak perlu banyak tanya, kau hanya perlu menjawab pertanyaanku. Jika kau tidak menjawabnya maka aku akan menyiram lagi dengan air. Kalau kau tidak suka dengan air, kami bisa memberi sesuatu yang lain." Kira melihat ke arah Chors.
Chors mengerti apa yang Kira maksud. Dia kemudian meraih pedangnya dan menunjukan sedikit pedangnya. Orang biasa yang melihat itu tentu akan ketakutan.
"HIII!" Pelayan tidak dapat berteriak karena dia kedinginan.
"Jadi kau akan menjawab pertanyaan kami bukan?" Pelayan menjawab sambil menganggukkan kepalanya. "Lya berikan selimut untuk orang ini."
Lya merasa kesal karena Kira memerintahnya, hanya saja dia tidak dapat membatahnya. Kira memakaikan selimut untuk menghangatkan pelayan. Dia juga membuat api kecil di tangannya agar membuat pelayan tetap hangat.
"Kami tidak berniat menyakitimu, karena itu tolong jawab kami." Kira berbicara dengan tatapan dan juga wajah yang lebih tenang.
Mendapatkan selimut dan juga api yang hangat membuat pelayan itu menjadi berpikir. Pelayan berpikir sepertinya Kira bukanlah orang yang sepenuhnya jahat. Dia kemudian mengangguk-anggukan kepalanya untuk menjawab Kira.
"Terima kasih, apa apiku sudah cukup hangat? Atau kau ingin aku membuat api yang lebih besar?"
"Tidak, ini sudah cukup, jadi apa yang ingin kalian tanyakan?"
"Apa kau pernah melihat Raja?"
"Tentu tidak, tidak mungkin pelayan sepertiku dapat bertemu dengan Raja."
"Jadi begitu, lalu saat kalian membuat makanan, kalian memberikan makanan itu pada siapa saja."
"Kami membuat dua jenis makanan, satu untuk pelayan dan satu lagi untuk orang-orang penting seperti perdana menteri ataupun orang-orang dengan jabatan khusus lainnya. Hanya saja kami selalu membuat satu porsi lebih setiap harinya."
Semua langsung terkejut begitu mendengar membuat satu porsi lebih. Mereka semua mempunyai pikiran sama ketika mendengarnya.
"Apa kau tahu kemana satu porsi lebih itu?"
"Tidak, aku tidak tahu, itu biasanya dibawa oleh penjaga khusus."
"Penjaga khusus?"
"Benar, mereka adalah penjaga-penjaga yang menjaga lantai atas kerajaan."
Setelah mendengar itu Kira kemudian melihat ke arah Fritz. Frritz hanya mengangguk-anggukkan kepalanya. Tampaknya dia sudah cukup puas dengan jawaban yang diberikan oleh pelayan. Kira kemudian berdiri.
"Baiklah sepertinya itu sudah cukup untuk kami, Alice bisakah kau mengantarkan dia kembali ke kota?"
"Baiklah." Alice bangun dari kusinya dan mendekati pelayan. "Kemarilah ikut denganku."
Pelayan kemudian dibawa keluar oleh Alice. Alice kemudian mengeluarkan pedang besarnya. Dia meminta pelayan untuk berdiri di atas sana. Tentu pelayan ketakutan karena melihatnya, dia tidak pernah melihat pedang melayang seperti itu.
"Ayo cepat." Alice melempar pelayan ke atas pedang, Alicepun juga melompat ke atas pedang dan pergi ke arah kota.
"Baiklah, sepertinya kita sudah mendapatkan informasi yang cukup."
"Bukankah itu kurang?" Lya tampak tidak setuju dengan Kira.
"Tidak itu sudah cukup, setidaknya kita tahu dimana adikku. Kita hanya perlu pergi ke lantai paling atas saja."
"Lalu bagaimana dengan rencananya?" Chors bertanya pada Fritz.
"Rencana akan mengalami perubahan, awalnya aku berniat untuk memulainya dua minggu dari sekarang. Hanya saja situasi saat ini akan sangat mendukung rencana kita. Karena itu rencananya akan kita ubah menjadi dua hari lagi."
"Apa?!" Kira dan Chors terkejut. "Bukankah itu terlalu cepat?"
"Tenang saja, aku mengakui ini memang terlalu cepat. Hanya saja dengan adanya dungeon yang harus ditaklukan membuat istana mengerahkan banyak penjaga. Dengan kata lain penjagaan di istana tidak akan sebanyak biasanya. Aku juga mendapatkan informasi jenderal akan kembali pergi dua hari lagi. Tidak ada waktu lagi, jika kita terlambat maka jenderal akan kembali dan akan membuat rencana kita menjadi semakin sulit."
"Jadi begitu, tapi bagaimana dengan persiapan kalian? Dengan waktu yang singkat ini pasti persiapan kalian tidak akan semaksimal yang kalian kira."
"Memang benar persiapan kami jauh dari kata yang kami rencanakan. Hanya saja dengan kami tidak bisa melewatkan kesempatan ini. Setidaknya kami berhasil membuat rute untuk warga kabur dari kota."
"Jadi kapan kalian akan membiarkan orang-orang untuk pergi dari kota?"
"Mulai hari ini kami akan mencoba untuk memindahkan beberapa orang kota secara bertahap. Setidaknya dua hari lagi tepat pada malam harinya kota akan sepi dan hanya tersisa kita saja. Pada saat itu kita akan menyerbu kerajaan."
"Jadi kita akan bergerak pada malam hari, lalu bagaimana dengan tugas kami?"
"Kami ingin kalian menjaga perbatasan kota, jika seandainya jenderal menyadarinya dan kembali aku ingin kalian agar bisa menahannya. Lalu kami juga ingin kalian untuk mencari adikku. Bawalah dia keluar dari istana, kami akan mengurus perdana menteri. Karena itu aku mohon untuk kalian membagi tim kalian menjadi dua kelompok. Omong-omong dimana nona Ema? Kenapa aku tidak melihatnya."
"Ema memutuskan untuk tidak ikut dalam rencana ini. Dia berjanji tidak akan menghalangi kita. Jadi kalian tidak perlu memikirkannya."
"Kalau begitu aku mohon bantuannya untuk mengurus kedua hal itu."
"Biarkan aku yang mengurus jenderal, aku akan berjaga di luar." Chors memberikan usulan pada Kira.
"Baiklah, aku tidak mungkin menolaknya karena itu kau akan menjaga kami dari luar. Sedangkan aku dan Alice akan bergerak di dalam."
"Baiklah kita anggap rencana ini sudah selesai."
"Ingatlah Fritz, jangan kau sampai melanggar janjimu. Jika kau melanggar maka aku akan mengahancurkan wilayahmu."
"Tenang saja aku tidak mungkin mengingkari kontrak. Sampai bertemu dua hari lagi."
Kira kemudian berjalan keluar dari rumah Fritz.