Hari kudeta tiba, sejak dua hari lalu warga sudah pindahkan sedikit demi sedikit. Karena itu pada malam hari kota tampak sangat sepi dan sudah hampir seperti kota mati. Perdana menteri yang merasa kota menjadi sepi tentu merasa aneh. Hanya saja mengingat banyaknya kejadian yang terjadi, dia merasa hal yang normal orang-orang menjadi takut untuk keluar dari rumah.
Di dalam penginapan, Kira sedang bersiap untuk penyerangan. Pintu kamar Kira kemudian diketuk dan dibuka oleh Ema. Ema berjalan masuk untuk berbicara dengan Kira.
"Apa kau yakin dengan apa yang akan kau lakukan?"
"Tentu aku yakin, tidak mungkin aku membatalkannya pada hari ini. Aku tahu kau tidak ingin bergabung bersama dengan kami karena itu tunggulah kami disini." Kira berjalan keluar dari kamarnya. "Aku berangkat."
Kira berjalan turun ke bawah. Di bawah sudah ada Chors, Alice, Fritz dan Lya yang menunggu dirinya. Mereka semua tampak sudah siap dalam penyerangan ini.
"Jadi bagaimana kita akan memulainya?"
"Orang-orang sudah tersebar diseluruh kota, mereka hanya perlu menunggu sinyal saja. Aku akan menyalakan suar sebagai tandanya. Begitu Chors berada di luar maka saat itu kita akan pergi."
"Baiklah kalau begitu aku akan pergi terlebih dahulu. Aku akan menberikan sinyal es untuk kalian semua. Kalian tunggulah disini." Chors berjalan keluar dari penginapan.
"Jadi apakah aku perlu pergi ke istana lebih cepat?"
"Itu terserah kepada kalian, jika kalian ingin mencari tempat lebih cepat maka akan semakin bagus."
"Kalau begitu aku akan pergi juga." Kira dan Alice berjalan keluar dari penginapan.
Kira dan Alice berjalan menuju istana, benar saja kota benar-benar tampak sepi. Bahkan tampak tidak ada kehidupan. Hanya saja Kira dapat melihat di dalam beberapa rumah sudah ada orang-orang yang menunggu di dalamnya. Mereka bersiap untuk menyerang keluar.
*blash*
Chors baru saja membuat es yang sangat besar di pintu gerbang kota. Mendengar suara itu Fritz segera berjalan keluar, dia kemudian menembakkan suar ke langit. Melihat suar muncul, orang-orang yang bersembunyi di dalam rumah langsung berlari keluar dengan senjata di tangan mereka.
"DEMI RAJA FRITZ!" Semua berteriak sambil berlari.
Kira yang melihat kerumunan mendekat ke arahnya. Dia langsung memegang Alice dan membawanya terbang ke langit. Saat Kira berada di langit, dia baru menyadari kalau jumlah pengikut Fritz cukup banyak untuk memenuhi kota.
"Mereka semua memang bukanlah seorang petarung yang hebat. Hanya saja dengan jumlah segini pasti dapat menekan istana. Pegangan yang kencang Alice, kita akan pergi ke istana."
Ema yang sedang duduk di depan jendela melihat bagaimana banyaknya orang-orang dengan senjata berjalan menuju istana. Melihat orang-orang itu hati Ema menjadi gelisah. Dia merasa bingung dengan apa yang harus dia lakukan. Ema kemudian berdiri dengan tatapan yang tajam melihat ke istana.
"Maafkan aku Kira, sepertinya aku harus membatahmu untuk kali ini." Ema mengeluarkan pisau miliknya dan melompat keluar dari jendela.
Kira yang sudah dekat dengan istana kemudian mengarahkan tangannya ke depan. {Maafkan aku tapi cepat atau lambat tempat ini akan segera ricuh. Jadi memulainya lebih awal bukanlah hal yang buruk.} Kira menembakkan [Fire Spear] tepat di lantai atas istana. Dia berhasil membuat lubang yang besar di istana, dia kemudian masuk ke dalam istana dan menurunkan Alice.
"Sekarang kita perlu menyusuri setiap ruangan di tempat ini."
Kira dan Alice berjalan ke setiap ruangan dan memeriksanya satu persatu. Mereka hanya menemukan ruangan kosong saja sejauh ini. Saat mereka sedang berjalan menuju ruangan lainnya. Kesatria lantai atas datang beramai-ramai. Karena mereka adalah kesatria khusus tentu perlengkapan mereka berbeda. Mereka memakai armor hitam pekat dan juga pedang berwarna hitam pekat.
"Berhenti disini!" Kesatria lantai atas memberi perintah pada Kira dan Alice.
Kira hendak berjalan ke depan dan melawannya. Hanya saja Alice menghentikannya, Alicelah yang menjadi lawan kesatria hitam. Dia mengeluarkan sebuah rapier. Alice berlari ke depan dengan rapier yang sudah siap untuk menusuk.
"Jangan remehkan kami!"
Kesatria mengayunkan pedangnya dengan sekuat tenaga ke arah Alice. Dengan ayunan yang pelan Alice menggunakan rapiernya dan mengubah arah serangan musuh ke atas. Dengan celah yang besar itu dia langsung menusuk kesatria lantai atas dengan rapiernya. Satu tusukan Alice langsung mengarah pada jantung kesatria pada saat itu juga kesatria tumbang.
"Bagaimana bisa armor yang sudah dibuat khusus bisa ditembus dengan mudah?!"
Para kesatria terkejut dengan armor yang dapat ditembus dengan begitu mudah. Mereka sangat yakin armor mereka dapat menahan serangan petualang kelas B dengan mudah.
"Ini hanya karena dia lengah saja! Jangan turunkan kewaspadaan kalian."
Dua kesatria berlari ke arah Alice, mereka berlari mengincar arah kanan dan juga kiri Alice secara bersamaan. Mereka langsung mengayunkan pedang mereka secara bersama-sama. Alice melompat untuk menghindari kedua serangan tersebut. Alice yang berada diatas menusukkan rapiernya berkali-kali ke arah kedua kesatria.
Tusukan Alice sangatlah cepat sehingga tidak ada yang dapat melihatnya. Kedua kesatria itu hanya dapat menerima serangan Alice tanpa sempat untuk bertahan. Kedua tubuh kesatria itu terjatuh ke tanah dengan tubuh yang penuh lubang. Armor yang mereka miliki tidak dapat melindungi mereka sedikitpun.
Tersisa satu kesatria saja, melihat Alice yang begitu kuat. Dia memutuskan untuk berlari ke depan dan mengincar Kira. Dia mengayunkan pedangnya dan mengincar kepala Kira. Kira hanya menundukkan kepalanya dan langsung melayangkan tinjunya ke arah perut kesatria. Tinju Kira sangat kuat hingga membuat armor menjadi penyok, kesatriapun tidak sadarkan diri. Alice berlari ringan ke arah Kira.
"Kenapa tidak dihabisi?"
"Kita masih memerlukannya, jika kita tidak menemukan siapapun disini. Kita akan bertanya pada dia. Ayo kita lanjutkan pencarian kita."
Kira berjalan mencari Raja sambil menyeret kesatria di tangannya. Mereka sudah hampir menyusuri semua ruangan yang ada di lantai atas. Mereka bahkan merasa kalau tempat ini tampaknya sudah kosong, hingga akhirnya tiba di ruangan terakhir. Di ruangan terakhir ini Kira dapat mendengar suara yang samar-samar. Karena mendengar suara Kira langsung membuka pintu.
Di dalam ruangan ada seseorang yang sedang menyembunyikan dirinya di dalam selimut. Dia membuat dirinya tertutupi selimut, Kira dapat melihat kalau tubuh orang itu sedang gemetar. Diapun berjalan mendekatinya, Kira mencoba menyentuh orang tersebut.
"Tidak!" Dia berlari menuju sudut ruangan. "Bukan aku, bukan aku!"
Karena keluar dari selimut, Kira dapat melihat orang itu dengan jelas. Hanya dengan melihat dengan sekilas nampak dengan jelas kalau orang tersebut tidak mengurus dirinya. Mulai dari rambut yang panjang, tubuh yang sangat kotor bahkan bau yang cukup menyengat. Melihat dengan sekilas orang itu nampak mirip dengan Fritz.
"Kau pasti adik Fritz."
"Tidak! Bukan aku yang membunuh kakak! Bukan aku."
"Haah..." Kira menghela nafasnya.
Kira melepaskan genggamannya dari prajurit lantai atas. Dia kemudian mendekati Raja dan memegang kerah bajunya.
"Aku tahu kau adalah Raja, tapi sebaiknya kau tidak protes dengan tindakanku." Kira kemudian menyeret keluar Raja. "Ayo Alice tugas kita disini sudah selesai."
Fritz dan juga pengikutnya sedang berjalan menuju istana. Mereka berjalan dengan wajah kesal mereka. Ema yang sedang berjalan di atap melompat ke depan gerbang istana. Semua orang bingung karena Ema menghalangi jalan mereka.
"Apa yang kau lakukan?" Fritz bertanya pada Ema.
"Cukup, sebaiknya kalian tidak bergerak lebih jauh atau aku akan menghalangi kalian."
"Apa maksudmu?! Kira berjanji kau tidak akan melakukan apapun."
"Aku tahu, aku hanya merasa tindakan kalian salah."
"Salah?!" Salah satu pendukung Fritz berteriak dengan kencang. "Kami melakukan ini semua tidak hanya demi diri kami saja. Kami melakukannya agar orang lain dapat hidup dengan tenang. Kau pikir dengan banyaknya dungeon di luar sana membuat kami bisa tidur dengan tenang?!"
"Aku tahu! Tapi kalian harus melihat bagaimana perdana menteri menyelamatkan nyawa orang! Kalian pikir, kalian dapat melakukan hal yang sama."
"Ema sepertinya kau salah akan satu hal. Kami memang ingin menurunkan perdana menteri, hanya saja sejak awal kami tidak berencana menggunakan kekerasan, dan! Aku hanya ingin bertemu dengan adikku Edmonz." Fritz sudah berbicara namun Ema juga tidak bergerak. "Jika sudah begini, Lya cepat singkirkan dia." Lya berlari ke depan dan mengeluarkan dua pasang pisau di kedua tangannya.
Lya langsung menyerang Ema dengan pisaunya, tentu Ema dengan mudah dapat menahannya dengan pisaunya.
"Tunggu, aku tidak ingin bertarung dengan kalian."
"Semuanya masuk!" Fritz berlari ke dalam dan diikuti oleh pengikutnya.
"Tid-." Ema hendak mengejarnya namun Lya menghentikannya.
Mereka yang sedang berlari ke istana kemudian berhenti. Tepat di depan pintu masuk istana, perdana menteri sudah berdiri seperti menunggu mereka. Melihat perdana menteri di depannya membuat Fritz menjadi kesal.
"Tiaz." Fritz menatap dengan tajam.
"Yang mulia, saya senang anda berhasil selamat."
"Tutup mulutmu Tiaz!" Raja nampak sangat kesal. "Dimana Edmonz?!"
"Yang mulia Edmonz sedang beristirahat di ruangannya, saya akan mengantarkan anda untuk bertemu dengannya."
"Sudahku bilang diam Tiaz!" Fritz berteriak dengan kencang, karena kesal Fritz bahkan sampai melempar pisau yang dia pegang ke arah Tiaz
Lemparan pisau Fritz membuat arti yang berbeda untuk para pengikutnya. Dengan kesal para pengikut Fritz juga melemparkan senjatanya ke depan. Tentu saja dengan banyaknya senjata ke arahnya, perdana menteri tidak dapat menghindar. Dia terkena serangan telak dan terjatuh ke tanah. Wajah Fritz langsung tampak panik.
Kira yang sedang berjalan dengan Alice dapat mendengar suara keributan yang ada di bawah mereka. Saat sedang berjalan tiba-tiba saja kepala Alice terasa sakit hingga dia tidak bisa berjalan. Kira langsung melepaskan Edmonz yang ada di tangannya dan mendekati Alice.
"Alice apa kau tidak apa-apa?"
*buk, wosh*
Tiba-tiba saja Alice memukul Kira dengan sangat kuat. Kira terpental keluar dari istana. Dia terpental hingga tempat Ema dan Lya. Tentu mereka berdua terkejut melihat Kira jatuh dari langit.
"Kira apa yang terjadi?!"
"A-Alice dia menjadi aneh."