Chereads / Demon Become Hero / Chapter 215 - Chapter 215

Chapter 215 - Chapter 215

Pertarungan berjalan hingga hari menjadi malam. Tanpa henti semua orang melindungi pengungsian. Begitu pertarungan berakhir tentu semua menjadi kelelahan. Alice yang berada di garis depan menghadapi monster paling banyak. Dia menumpukkan mayat-mayat monster yang sudah dia kalahkan.

Dia begitu lelah bahkan dia tidak mempunyai tenaga untuk berdiri. Alice duduk sambil bersandar pada mayat-mayat monster untuk beristirahat. Melihat tumpukan mayat itu tentu siapapun akan terkejut dan juga terkesima. Gadis kecil yang nampak tidak bisa melakukan apa-apa, nyatanya adalah orang yang paling banyak menghabisi monster.

Ema yang sudah bersama dengan Alicepun juga sampai terkejut. Dia tidak menyangka Alice dapat mengalahkan monster sebanyak itu. {Sebenarnya sudah seberapa kuat Alice sekarang? Akupun tidak yakin dapat mengalahkan monster sebanyak itu.} Dibandingkan memikirkan itu Ema lebih memilih untuk mendekati para petualang.

"Berapa lama kalian akan menjaga tempat ini terus?"

"Sepertinya ini sudah menjadi hari terakhir. Tim pembasmi sudah bergerak sejak tiga hari yang lalu."

"Apa?! Tiga hari?!" Ema nampak sangat terkejut. "Bagaimana bisa mereka sangat lama menaklukan dungeon?"

"Sepertinya hal ini cukup tidak familiar di tempatmu. Di wilayah Utara kejadian seperti ini bukanlah hal yang baru. Kejadian seperti ini sering terjadi selama satu tahun terakhir. Karena ukuran dungeon yang luas jadi memerlukan waktu untuk menaklukkannya."

"Hmm. Apakah masih ada mantel yang tersisa? Jika masih ada tolong berikan padaku."

"B-Baik." Prajurit berlari untuk mencarikan mantel pada Ema.

Begitu mantel diberikan pada Ema, dia langsung berjalan mendekati Alice. Ema langsung mengenakan mantel yang dia pegang pada Alice. Begitu memakai mantel, Alice tampak sangat nyaman.

"Tunggulah disini, hangatkanlah dirimu dulu. Aku ingin memeriksa keadaan perdana menteri. Aku akan segera kembali."

Alice hanya memeluk dirinya dan mengangguk-anggukan kepalanya. Ema berjalan ke arah tenda pengungsian. Dia mencoba mencari perdana menteri, saat Ema masuk ke dalam tenda dia tidak menemukan perdana menteri. Tenda yang sebelumnya dipenuhi dengan teriakan kesakitan kini tampak menjadi tenang. Banyak pasien yang sudah terobati, mereka bahkan sudah bisa tertidur dengan tenang di dalam tenda.

Ema masuk ke satu persatu tenda yang ada. Dia tidak menemukan menteripun, hingga dia saat mendekati tenda terakhir. Ema masih dapat mendengar suara para tenaga medis. Dia yakin perdana menteri ada di dalam sana. Ema masuk ke dalam tenda yang ada di paling ujung.

Di dalam tenda, dia melihat tenaga medis yang sedang mengobati pasien dengan luka ringan. Melihat Ema masuk ke dalam, para tenaga medis menyapa Ema dengan senyuman. Ema kemudian berjalan mendekati mereka semua.

"Dimana perdana menteri?" Ema bertanya pada tenaga medis.

"Beliau sedang beristirahat." Tenaga medis melihat ke arah pojokan tenda.

Perdana menteri tampak sedang tertidur dalam kondisi duduk. Hanya dengan melihatnya saja, siapapun pasti tahu kalau dia sedang kelelahan. Ema kemudian keluar dan mengambil selembar kain tebal. Dia kembali masuk ke dalam tenda, Ema memakaikan kain tersebut sebagai selimut pada perdana menteri.

"Terima kasih, kami ingin menyelimutinya juga tapi masih ada pasien yang harus kami bantu."

"Apakah perdana menteri sangat membantu kalian?" Ema bertanya dengan penasaran.

"Tentu saja!" Semua menjawab dengan kompak.

"Tanpa beliau kami tidak bisa membayangkan berapa banyak orang yang akan mati." Penyihir penyembuh tampak sangat bersyukur dengan adanya perdana menteri.

Begitu selesai mendengarnya, Ema langsung berjalan keluar dan pergi untuk menemani Alice. Dari kejauhan Alice tampak sangat lelah, beberapa kali kepalanya tampak hampir terjatuh ke tanah karena dia tidak bisa menahan ngantuknya. Ema segera duduk di sampingnya dan membiarkan Alice bersandar padanya.

"Hei Alice bagaimana menurutmu? Apa kau akan melakukan rencana yang diberikan Fritz?"

"Alice tidak tahu, aku hanya akan mengikuti keputusan Kira."

"Jadi begitu, kau tahu melihat kejadian tadi aku menjadi ragu dengan apa yang harus kita lakukan. Menjalankan rencana Fritz tampaknya hanya akan membuat masalah baru."

Alice tidak menjawab Ema dan hanya terdiam. Ema kemudian melihat ke arah Alice dan Alice tampak sudah tertidur dengan lelap. Alice kembali memikirkan rencana yang diberikan pada Fritz. Dia menjadi bimbang dan tidak mengerti apa yang harus dia lakukan. Alice mencoba melihat ke langit untuk menjernihkan pikirannya.

{Apa yang harus aku lakukan? Bagaimana jika perdana menteri berhasil dijatuhkan? Apakah di saat-saat seperti ini orang-orang bisa diselamatkan? Perdana menteri sangatlah memberikan bantuan besar dalam menolong orang-orang hari ini.} Ema menjadi semakin bimbang.

"Apa yang kau pikirkan?" Suara perdana menteri terdengar di depan Ema, dia kemudian melihat ke depan dan perdana menteri berdiri di depan dia.

"Tidak, aku hanya merasa lelah saja."

"Kalau begitu istirahatlah di dalam, walau tidak begitu nyaman. Setidaknya di dalam akan lebih baik daripada diluar di tengah salju seperti ini."

"Kenapa kau menyelamatkan orang-orang seperti itu? Bukankah kau bisa menyuruh tenaga medis saja untuk menyelamatkan mereka semua?"

"Tentu saja aku bisa melakukan seperti itu hanya saja itu seperti sebuah panggilan tersendiri padaku. Menyelamatkan orang-orang sudah merupakan tugasku sebagai dokter. Aku memanglah seorang perdana menteri sekarang, hanya saja jauh sebelumnya aku adalah seorang dokter. Beristirahatlah aku akan menunggu kalian."

"Apa kita akan kembali hari ini?"

"Tidak, beristirahatlah dulu, aku tahu kalian semua kelelahan. Menghadapi monster sebanyak ini tidak mungkin kalian tidak lelah. Jika kalian ada merasa kesakitan beritahu saja aku, aku akan menolong kalian."

Perdana menteri kemudian pergi meninggalkan Ema dan Alice. Ema yang melihat Alice sudah tertidur lelap menyandarkan kepalanya pada Alice. Mereka berdua kemudian tertidur dengan lelap hingga hari menjadi pagi. Pada pagi hari Ema dan Alice terbangun mencium aroma makanan. Mereka berdua kemudian membuka matanya dan perdana menteri berdiri di depan mereka sambil membawa makanan untuk mereka.

"Maaf sepertinya aku membuat kalian terbangun." Perdana menteri berbicara sambil menunjukan senyumnya.

"Tidak, tidak kami memang sudah bangun sejak tadi."

"Begitukah? Kalau begitu sepertinya aku datang di waktu yang tepat. Aku sudah menyiapkan makanan untuk kalian berdua. Ini sup yang dibuat oleh tenaga medis, sup ini akan membantu kalian memulihkan stamina kalian berdua." Perdana menteri kemudian meletakan dua mangkuk sup di depan Ema dan Alice.

"Terima kasih." Ema dan Alice menjawab bersama.

"Jika kalian tidak keberatan aku ingin agar kita segera kembali begitu kalian selesai makan."

"Tentu saja."

"Baiklah, nikmati makanan kalian."

Begitu perdana menteri pergi, mereka semua langsung menyantap sup yang diberikan perdana menteri. Di tengah-tengah salju yang padat tentu saja menyantap sup sangat nikmat. Karena itu mereka berdua tampak sangat menikmati sup yang sedang mereka makan. Begitu mereka selesai menghabiskan sup mereka, mereka segera pergi ke kereta kuda.

Begitu Ema membuka pintu kereta kuda perdana menteri sudah menunggu mereka. Setelah istirahat yang cukup perdana menteri sudah tampak tidak lelah lagi.

"Sepertinya kalian siap untuk kembali lebih cepat dari yang aku duga."

"Kami hanya makan saja, jadi kami tidak lama."

"Jadi begitu, kalau begitu kita berangkat sekarang. Teman-teman kalian sudah menunggu kalian di istana sejak kemarin?"

"Benarkah?"

"Iya mereka menyelesaikan dungeon kurang dari satu hari. Mereka benar-benar orang yang sangat kuat."

Dengan wilayah Utara yang tidak begitu luas membuat mereka dapat sampai di istana tepat pada sore hari. Di depan istana Kira dan Chors sudah menunggu mereka sambil berdiri. Begitu perdana menteri membuka pintunya, Kira dan Chors sudah menunggu.

"Sepertinya kalian sangat menunggu kedatangan teman-teman kalian."

"Kami hanya ingin segera kembali saja." Kira menjawab perdana menteri.

"Begitukah? Apakah kalian akan segera pergi dari Utara?" Perdana menteri berjalan turun dari kereta kuda.

"Tidak tahu juga, kami hanya akan menikmati liburan saja sejenak."

"Liburan ya? Aku jadi iri, entah kapan aku bisa merasakan liburan seperti kalian. Untuk urusan pembayaran akan segera aku berikan pada kalian."

"Baiklah terima kasih, kalau begitu kami akan kembali."

Kira kemudian kembali di penginapan. Mereka semua seperti biasa berkumpul di kamar Kira. Ema tahu, mereka akan membahas mengenai rencana Fritz. Wajah Ema sudah tampak tidak nyaman bahkan sebelum mereka semua berbicara.

"Kira aku minta maaf hanya saja tampaknya aku tidak akan ikut dalam rencana ini."

"Sejak awal aku tidak ingin memaksa kalian semua untuk ikut dalam rencana ini. Bagaimanapun rencana ini adalah hal yang sangat beresiko. Jadi jika kalian masih ada yang ingin keluar dari rencana ini silahkan saja aku tidak akan memaksa kalian."

"Jujur saja Kira aku tidak mengikutimu bukan karena aku meragukanmu. Hanya saja aku melihat bagaimana perdana menteri membantu orang-orang. Aku menjadi ragu untuk menggantikan dia dengan Fritz. Aku tidak yakin Fritz dapat melakukan hal yang sama."

"Jadi begitu, aku mengikuti rencana Fritz hanya mencari keuntungan yang dia janjikan. Bagaimanapun di dalam rencana ini aku tidak berada dalam kondisi yang buruk. Karena itu aku dapat mengkhianati siapapun disini, sejak awal rencana ini atas namaku bukan Demonhard. Jadi kalian tidak perlu merasa terbebani bila kalian tidak ikut."

"Kalau begitu aku ingin beristirahat saja. Aku doakan agar rencana kalian dapat berjalan dengan lancar." Ema berjalan keluar dari ruangan Kira.

"Lalu bagaimana denganmu Alice? Apa kau akan ikut dengan Ema juga?" Alice menggeleng-gelengkan kepalanya.

"Tidak, Alice akan tetap dengan Kira."

"Baiklah karena kalian berdua masih ada disini aku akan anggap kalian berdua setuju dalam rencana ini. Aku sudah melakukan kontak dengan Fritz, besok kita akan bertemu dengan mereka. Kita juga akan membawa pelayan yang bekerja di dapur. Aku dan Chors sudah menangkapnya kemarin malam."

"Membawanya? Memangnya dimana kau menaruhnya?"

"Aku menaruh pelayan itu di salah satu rumah pengikut Fritz, besok pagi kita akan mengambilnya. Karena itu aku minta kau berangkat lebih pagi untuk mengamankan jalan sekitar." Kira melihat ke arah Chors.

"Dan untuk Alice jika kita dalam keadaan yang gawat aku ingin kau menggunakan pedangmu untuk menerbangkan pelayan ini."

"Baik."

"Baiklah beristirahatlah sekarang."