Chereads / Demon Become Hero / Chapter 208 - Chapter 208

Chapter 208 - Chapter 208

Pada keesokan harinya mereka langsung pergi ke istana. Dengan wajah yang sudah akrab bagi penjaga, mereka sudah dapat masuk ke dalam istana tanpa perlu pemeriksaan. Begitu mereka masuk, mereka langsung membagi menjadi dua kelompok sesuai dengan rencana. Kira dan Alice langsung berjalan masuk ke dalam istana.

Chors dan Ema mencoba berkeliling di halaman istana. Seperti yang direncakan, Ema mencoba untuk menggunakan mata mananya. Dia mencoba melihat ke dalam bangunan. Bagaimanapun lemahnya seseorang mereka akan tetap memiliki mana. Ema mencoba mencari ruangan dimana hanya ada satu orang saja. Dia yakin Raja hanya ditempatkan sendirian saja di dalam ruangannya.

Hanya saja dia tidak dapat menggunakan mata mananya begitu lama. Begitu dia menggunakan mata mananya, Ema langsung merasakan perasaan mencekik. Ema menjadi terkejut dan juga kelelahan bernafas. Chors menyadari kalau Ema tidak berhasil melihat ke dalam.

"Sepertinya gagal ya?" Ema hanya menjawab sambil mengangguk-anggukan kepalanya. "Tidak perlu khawatir sejak awal kita sudah menduga ini. Sekarang kita hanya perlu memastikan apakah yang Kira katakan benar atau tidak. Tapi sebelum itu ada baiknya kita mencari tempat untukmu beristirahat."

"Aku tidak apa-apa." Ema menjawab sambil mengatur nafasnya.

"Tidak, kau perlu beristirahat. Dari awal memang aku hanya saja yang akan memastikannya."

Ema yang merasa kesal hanya dapat menerimanya saja. Chors kemudian membawa Ema ke taman istana. Disana terdapat sebuah bangku taman, Chors memutuskan agar Ema beristirahat disana.

"Tunggulah disini, aku akan segera kembali."

Chors berjalan meninggalkan Ema, Ema hanya menghela nafasnya dengan kesal. Kira dan Alice berjalan masuk ke dalam ruangan perdana menteri. Seperti biasa perdana menteri menyambut mereka dengan hangat.

"Jadi kenapa kalian datang kemari? Apakah ada sesuatu yang terjadi dengan Alice?"

"Tidak, dia baik-bak saja. Aku kemari hanya ingin kau mengeceknya aku khawatir jika ada sesuatu yang terjadi nanti."

"Jadi begitu memangnya ada apa hingga kau ingin aku memeriksanya."

"Sepertinya cepat atau lambat kami akan segera pergi dari wilayah ini."

"Begitukah? Apa kalian sudah mempunyai misi baru?"

"Tidak, sayangnya kami belum menemukan misi apapun. Sepertinya kami hanya akan mencoba berkeliling ke tempat baru."

"Kalau begitu bagaimana jika kalian bekerja pada Azure sekali lagi?"

Kira merasa senang karena dia dapat bertahan lebih lama di tempat ini. {Bagus sekarang kami pasti punya alasan untuk kembali ke istana ini. Selain itu aku juga bisa mengawasinya dari dekat.}

"Kita dapat membicarakan itu nanti, bagaimana jika kau coba periksa Alice terlebih dahulu."

"Benar, aku hampir melupakannya." Perdana menteri berjalan mendekati Alice.

Kira kemudian membiarkan perdana menteri memeriksa Alice. Dia berjalan mendekati jendela, saat sedang melihat ke arah luar Kira melihat Chors yang sedang berjalan. {Sepertinya Ema sudah gagal, aku harap hipotesisku hanyalah sebuah hipotesis saja. Jika hipotesisku benar maka....} Kira menggigit bibirnya dengan kesal. Jika hipotesis Kira benar maka mungkin saja luas wilayah tersebut seluas ibukota. Jika itu sampai benar maka mereka tidak akan dapat melakukan apapun.

Chors sedang berjalan sambil menekan kekuatannya dengan perlahan-lahan. Dia mencoba agar membuat dirinya tampak tidak mencurigakan dengan menyembunyikan kekuatannya dengan instan. Chors kemudian mencoba untuk berkeliling diluar istana.

Seperti yang mereka kira, Chors tidak merasakan apapun. Dia bahkan dapat berjalan dengan tenang tanpa merasakan ada tekanan. Chors kemudian melihat ke arah istana, {Haruskah aku masuk ke dalam?} Setelah berpikir sebentar Chors memutuskan untuk berjalan masuk ke dalam. {Jika mereka bertanya padaku kenapa aku ada disini, aku bisa memikirkannya nanti.}

Chors beruntung karena tidak ada orang yang mencoba menghentikannya. Karena itu juga dia dapat berkeliling dengan tenang di lantai satu. {Haruskah aku mencoba mengelilingi lantai lainnya? Tidak, aku tidak perlu mengambil resiko terlalu besar. Aku juga sudah berhasil menemukan dapur istana.}

Chors akhirnya berjalan keluar dari istana. Begitu dia berada diluar istana Chors langsung mencoba untuk berhenti menekan kekuatannya. Dia bahkan mencoba untuk mencoba menunjukan kekuatannya hingga di titik tertentu. Begitu dia mencobanya dalam sekejap Chors merasa tercekik.

*khak!*

Chors merasa sangat tercekik, dia mencoba untuk kembali menekan kekuatannya. Begitu kekuatannya ditekan Chors dapat bernafas dengan baik. Chors langsung merasa panik dengan apa yang baru saja dia alami. Dia segera berjalan kembali ke Ema. {Sial bagaimana ini? Jika begini maka mungkin saja seluruh ibukota berada dalam pengawasan. Dengan kata lain kami tidak dapat melakukan apa-apa!}

Perdana menteri memeriksa kondisi tubuh Alice. Dia hanya memeriksanya dengan sesaat dan berhenti.

"Kondisi tubuhnya sudah kembali pulih. Dia sudah dapat bertarung seperti sebelumnya."

"Benarkah?" Alice tampak senang mendengar perdana menteri.

"Benar kau sudah tidak perlu khawatir lagi." Perdana menteri menjawab dengan senyum.

"Haah..." Kira menghela nafasnya. "Baguslah, terima kasih karena selalu mau merawat Alice." Kira berjalan ke sofa.

"Tidak ini memang sudah menjadi tugasku. Jadi bagaimana bisakah kita mencoba membahas misi yang akan aku berikan?"

"Baiklah." Kira duduk di sofa. "Tolong jelaskan sedetail mungkin."

"Jika kau mengatakan seperti itu aku akan menjelaskan situasi apa yang terjadi disini sekarang. Saat ini dungeon semakin tidak dapat dikontrol, kami sudah menduga dungeon akan semakin kuat setiap waktunya. Hanya saja lonjakan kekuatan semakin tidak masuk akal."

"Jadi bisa disimpulkan dungeon yang selama ini kalian pelihara kini sudah menyerang berbalik pada kalian?"

"Benar sekali, aku memang malu untuk mengatakannya tapi begitulah kenyataannya."

"Lalu apa yang akan kalian lakukan sekarang?"

"Aku sudah mengirim jenderal untuk menangani dungeon. Hanya saja kami kekurangan orang untuk menangani ini semua. Kami sudah mengirim beberapa petualang hanya saja mereka kembali dengan luka-luka di tubuh mereka."

"Seberapa berbahaya dungeon kalian hingga para petualang terluka?"

"Pada mulanya dungeon ini hanya berisi monster tingkat C saja. Karena itu aku mengirim petualang peringkat C hingga B. Namun mereka mengatakan mereka tidak dapat berkutik melawan monster-monster di dalam dungeon. Mereka beruntung karena tidak masuk terlalu dalam. Jika mereka masuk terlalu dalam mereka semua pasti akan mati."

Mendengarkan perdana menteri berbicara Kira tampak mengerti apa yang terjadi di dalam dungeon. {Maka aku bisa simpulkan semakin lama dungeon bertahan maka semakin berbahaya. Tidak salah lagi pasti ini semau karena mana alam.} Apa yang Kira pikirkan adalah dungeon menyerap mana alam disekitarnya.

Bisa dikatakan dungeon seperti sebuah tong kosong yang tidak berisi apa-apa. Karena tong yang begitu kosong membuatnya dapat mudah untuk diangkat. Hanya saja karena ada mana alam maka bisa dikatakan tong kosong itu terus diisi hingga menjadi berat. Dengan membuat tong semakin berat maka akan semakin sulit untuk diangkat. Dengan kata lain selama masih ada mana alam tidak menutup kemungkinan dungeon tidak akan berhenti untuk menyerapnya.

"Jadi kau ingin kami melakukan apa?"

"Aku ingin kau dan juga Chors untuk menangani dungeon di arah utara. Di tempat itu dungeon sudah tidak dapat dikontrol lagi, kami beruntung masih bisa menyelamatkan beberapa rakyat desa. Karena itu aku ingin meminta kalian agar menghabisi semua monster disana sebelum mereka mendekati ibukota. Aku tidak akan memberikan izin pada kalian untuk menutup dungeon." Perdana menteri menatap mata Kira dengan serius.

"Baiklah, aku pikir kau memerlukan kami semua ternyata hanya aku dan Chors saja."

"Tidak, aku membutuhkan kalian semua. Aku tahu kalau kau dan Chors adalah orang yang memiliki kekuatan tempur terkuat diantara kalian berempat. Karena itu aku ingin kalian agar fokus dalam pembersihan dungeon. Sedangkan Alice dan Ema aku ingin agar kalian dapat mengawalku ke tempat pengungsian."

"Pengungsian?" Alice tampak tertarik.

"Benar itu adalah tempat dimana kami mengumpulkan orang-orang yang selamat dan merawatnya. Karena ibukota sudah terlalu penuh kami tidak punya pilihan lain selain membuat tempat pengungsian sementara. Ditambah dengan banyaknya orang yang terluka dan juga sakit maka aku tidak punya pilihan selain membantu tenaga medis."

"Lalu dimana tempat pengungsian itu?"

"Di Timur."

"Tunggu!" Wajah Kira langsung nampak terkejut. "Bukankah itu berarti tempat pengungsian itu dekat dengan Iblis Timur?!"

"Benar sekali." Perdana menteri menjawab dengan nada yang sedikit lemas.

"Kalau begitu bukankah tempat itu akan menjadi tempat yang lebih berbahaya dibandingkan dengan tempatku? Bagaimana jika tiba-tiba saja Iblis Timur bertindak dan menyerang kalian?!"

"Itu tidak akan terjadi, mungkin. Hanya saja wilayah ini tidak terletak tepat di samping perbatasan. Jadi Iblis Timur tidak akan dapat menyerang kami begitu saja. Selain itu jenderal juga bertugas dekat dengan pengungsian. Tidak ada yang perlu kau khawatirkan."

"Tidak perlu? Justru itu hanya akan membuatku semakin khawatir!" Kira berdiri karena merasa sangat kesal.

"Kira.." Alice memegang tangan Kira.

Wajah Kira yang sebelumnya sudah tampak kesal kembali menjadi tenang melihat Alice. Bagaimanapun Kira tidak dapat terlalu menunjukan rasa kesalnya di depan Alice. Karena itu dia hanya bisa menahannya dan kembali duduk di sofa. Alice kemudian menatap Kira dengan mata yang tampak memelas.

"Bisakah kau membiarkan aku ikut dalam misi ini?"

"Tidak Alice bisa saja ini akan berbahaya untukmu."

"Tidak perlu khawatir Alice sangatlah kuat! Alice juga sudah sembuh jadi tidak ada yang perlu dikhawatirkan."

Kira sangat ingin menolak misi ini jika tau begini. Hanya saja melihat wajah Alice membuatnya tidak dapat mengeluarkan semua yang ada dipikirannya. Karena itu Kira hanya diam sejenak dan mencoba memikirkannya. Setelah berpikir sebentar Kira menyadari dia tidak dapat berbuat apa-apa.

"Baiklah aku akan membiarkan kau ikut di dalam misi ini."

"Benarkah?"

"Benar." Kira mengelus kepala Alice. "Tapi jika sudah keadaan terlalu berbahaya kau harus lari sejauh mungkin. Tidak perlu peduli dengan hal lain kau hanya perlu memperdulikan dirimu saja. Jika kau bisa berjanji akan hal itu maka aku akan membiarkanmu untuk ikut di dalam misi ini."

"Mengatakan itu langsung di depanku bukankah kau terlalu kejam?" Perdana menteri tertawa kecil.

"Aku berjanji!"

"Bagus, aku akan membiarkan mereka ikut di dalam misi ini. Lalu kapan kami akan melakukan misi ini."

"Besok, kita sudah tidak punya banyak waktu lagi."

"Sepertinya kau tidak memberikanku waktu untuk beristirahat."