Chereads / Demon Become Hero / Chapter 207 - Chapter 207

Chapter 207 - Chapter 207

Seperti yang dikatakan sebelumnya tidak ada yang menentang keputusan Kira. Karena itu pada keesokan harinya mereka kembali ke Fritz. Mereka datang untuk membicarakan bagaimana rencana Fritz. Sebelum membicarakan rencana Kira ingin menandatangani surat terlebih dahulu.

Sesuai yang Lucifer rencanakan Kira hanya menulis namanya. Tidak Demonhard ataupun Iblis Barat. Dengan begini semua tindakan yang dilakukan setelah ini murni dianggap sebagai tindakan Kira saja. Begitu surat selesai dengan sebuah sihir khusus surat itu menjadi dua, masing-masing dari kedua pihak memegang satu surat untuk jaga-jaga.

"Sekarang bagaimana rencanamu?"

"Untuk saat ini aku masih belum mempunyai rencana yang sangat matang. Sejauh ini aku hanya memberikan gambaran besar dari rencanaku. Dengan kondisiku yang sekarang aku tidak dapat bergerak dengan baik karena itu Lylah yang melakukan semua rencana. Lya tolong jelaskan pada mereka bagaimana rencana kita dan sudah sejauh mana rencana kita."

"Untuk saat ini rencana kita bahkan belum sampai 30%."

"Apa!" Kira nampak terkejut dan juga kesal. "Rencana ini bahkan belum matang tapi kalian sudah mengajak kami untuk bergabung?!

"Aku mengerti kenapa kau berpikir seperti itu tapi tolong biarkan Lya menjelaskan."

"Saat ini kami baru mengumpulkan beberapa kekuatan dari rakyat dan juga beberapa prajurit yang sudah mengundurkan diri."

"Lalu kenapa kalian semua belum memulai pergerakan."

"Saat ini kami masih membuat sebuah rute agar para rakyat dapat kabur dari ibukota. Tuan Fritz sejak awal sudah memperkirakan kalau ibukota bisa saja menjadi medan perang. Karena itu agar tidak ada korban berjatuhan, kami perlu membuat rute melarikan diri untuk rakyat."

"Apakah maksudmu rencana ini akan diketahui oleh seluruh rakyat? Bukankah ini sama saja akan menggagalkan rencana itu sendiri?"

"Aku mengerti kenapa kau berpikir demikian, hanya saja kita tidak punya pilihan lain. Banyak rakyat yang tidak mengerti dengan sebenarnya apa yang terjadi. Karena itu kita tidak boleh membuat mereka terlibat."

"Apa kau mengerti apa yang baru saja kau katakan? Bagaimana jika ada yang membocorkan rencana ini dan malah menjadi bumerang kehancuran kita sendiri?"

"Aku tahu hanya saja sejak awal aku melakukan ini semua untuk rakyatku sendiri. Karena itu aku tidak bisa mengabaikan mereka. Begitu rencana ini berhasil aku akan menjamin kau tidak akan mendapatkan kerugian sedikitpun."

"Tetap saja itu tidak mengubah sebuah kemungkinan kalau rencana ini akan bocor. Jika rencana ini sampai bocor ke pihak kerajaan maka aku akan mengkhianati kalian dan akan menghancurkan kalian. Bagaimana?" Kira mencoba memancing Fritz.

"Kau!" Lya tampak kesal dan mengeluarkan sebuah pisau.

Begitu Lya menarik pisaunya, sebuah pedang yang melayang muncul di depan lehernya. Alice langsung menunjukan sebaiknya Lya diam saja. Fritz akhirnya mengangkat tangannya.

"Berhenti Lya, sebaiknya kau keluar dari sini."

"Tapi tuan!"

"Keluarlah."

"Baik." Lya berjalan keluar dari rumah Fritz.

"Jika sudah begini berikan kami waktu berdua saja. Aku ingin kalian semua keluar dari sini."

Sekarang hanya tersisa Kira dan Fritz saja di dalam ruangan. Tidak seperti Lya yang mengkhawatirkan Fritz. Teman-teman Kira tidak khawatir sedikitpun. Karena mereka tahu tidak mungkin ada yang dapat melukai Kira. Sedangkan Lya tampak kesal dan menatap tajam ke arah Alice. Lya kemudian berjalan ke arah Alice, Chors, dan Ema.

"Jika sampai tuan Fritz terluka maka aku akan membunuh teman kalian juga."

"Kau." Ema melihat ke arah Lya. "Apa kau mengerti apa yang baru saja kau katakan?" Ema dan Alice sudah menunjukan niat membunuh mereka.

"Katakan itu sekali lagi dan kepalamu akan jatuh ke tanah." Alice memunculkan pedangnya di udara.

"Hentikan kalian semua, karena inilah mereka meminta kalian semua di luar. Tidak ada gunanya kita bertarung di tempat seperti ini. Karena itu duduklah dan tunggu dengan tenang." Tentu saja Alice dan Ema mendengarkan Chors.

Mereka akhirnya menjatuhkan salah satu pohon dan duduk di atas pohon tumbang tersebut. Sedangkan Lya duduk di atas anak tangga sambil menunggu Fritz dan Kira selesai.

"Sepertinya mereka sudah tenang, bisakah aku melanjutkannya."

"Lanjutkanlah."

"Seperti yang kau katakan, jika rencana ini sampai bocor ke kerajaan kau boleh memutuskan hubungan denganku. Sejak awal kalian memang tidak seharusnya berhubungan dengan kami."

"Baiklah, itu adalah kabar yang bagus. Sekarang lanjutkan mengenai rencana kalian."

"Kami tidak hanya berencana untuk membuat rute untuk pelarian rakyat. Kami juga perlu membuat rute di istana. Kami perlu tahu dimana ruangan Raja dan juga perdana menteri."

"Jadi kau ingin kami membuat rute kalian di istana?"

"Benar sekali, kami tidak dapat masuk ke istana. Tapi itu semua berbeda dengan kalian, walau tidak bebas aku yakin kalian masih dapat masuk ke istana."

"Lalu apa yang akan kita lakukan setelah membuat semua rute ini?"

"Tentu saja kita akan menyerang istana. Mungkin lebih tepat jika aku mengatakan menyergap. Kita akan menangkap Tiaz dan juga Edmonz."

"Lalu bagaimana dengan prajurit kerajaan? Kalian pasti juga sudah memperhitungkannya bukan?"

"Tentu, jika hanya prajurit saja kami yakin bisa menanganinya. Tapi berbeda dengan jenderal kami tidak yakin dapat mengalahkannya. Karena itu aku ingin meminta bantuan pada kalian semua."

"Baiklah, aku sudah menangkap gambaran besar dari rencana ini. Jadi tugas yang kami dapatkan dari rencana ini adalah membuat peta istana dan mencari tahu dimana saja ruang perdana menteri dan juga Raja. Lalu kami perlu mengalahkan jenderal hanya itu saja bukan?"

"Benar hanya itu saja, kau mengatakan kalau itu seolah-olah mudah." Fritz tersenyum karena Kira tampak sudah mengerti rencananya.

"Kalau begitu aku akan menganggap pertemuan kita sudah berakhir sampai sini saja." Kira berjalan keluar dari rumah Fritz.

Begitu dia keluar dia sudah melihat Lya yang menghalangi tangga.

"Bangunlah, kami sudah selesai." Mendengar suara Kira, Lya langsung berdiri. "Tidak perlu khawatir aku tidak menyakitinya." Kira berjalan turun. "Beritahu padanya kami akan memberikan informasi bila sudah selesai membuatnya. Kami akan membuat tanda dan meletakan petanya." Lya hanya menjawab dengan mengaangguk-anggukan kepalanya.

Kira kemudian berjalan kembali ke arah penginapan. Saat sedang berjalan Kira menceritakan apa saja yang dia bicarakan bersama dengan Fritz. Kira melakukan ini karena sadar dia membutuhkan banyak rencana untuk mengetahui ruangan Raja.

"Bagaimana jika mencoba melakukan penulusuran di istana?"

"Aku juga berpikir seperti itu hanya saja sepertinya akan sulit mengingat kejadian sebelumnya." Kira melihat ke arah Chors.

"Kau benar dengan kejadian sebelumnya kita tidak dapat bergerak dengan bebas di dalam istana." Chors berhenti berjalan dan mencoba untuk berpikir. "Bagaimana jika kita mencoba menekan kekuatan kita hingga titik terntentu?"

"Itu mungkin saja berhasil, hanya sepertinya tidak dari kita semua dapat menekan kekuatan." Kira melihat ke arah Ema dan Alice, mereka berdua menggeleng-gelengkan kepalanya. "Selain itu jika rencana ini gagal aku dapat menyimpulkan sesuatu." Semua tampak penasaran dengan Kira. "Aku bisa mengatakan maka di dalam ibukota ada sebuah batas tertentu."

"Batas? Apa maksudmu Kira?"

"Mungkin saja kita dalam pengawasan di dalam batas tertentu. Karena itu selama kita masih berada di dalam batas itu, kita tidak akan dapat berbuat apapun. Yah itu hanya sebuah kesimpulan acak milikku saja. Ini bisa benar dan juga tidak, lebih baik kita segera kembali ke penginapan."

Mereka kembali melanjutkan perjalanan ke istana. Saat mereka sampai di ibukota, mereka melihat ada gerombolan orang-orang yang masuk ke istana. Wajah-wajah orang di dalam gerombolan tersebut tampak sedih. Ema sedikit penasaran dengan apa yang terjadi pada orang-orang itu, hanya saja saat ini dia mempunyai sesuatu yang lebih penting. Begitu sampai di penginapan, mereka langsung membicarakan kembali mengenai rencana yang akan mereka buat.

"Aku memikirkannya sejak tadi, jika kita memang ingin menelusuri istana maka kita perlu masuk ke dalamnya. Kalau begitu bagaimana cara kita masuk ke istana?" Ema bertanya sambil melihat teman-temannya.

"Mudah saja, kita masih bisa menggunakan Alice sebagai alasan kita."

"Lalu kau ingin kita mencoba untuk menelusuri istana dalam waktu yang singkat itu?" Ema bertanya pada Kira.

"Iya hanya itu saja pilihannya, aku dan Alice akan mengalihkan perdana menteri kalian berdua cobalah untuk mencari ruangan Raja. Karena Ema tidak dapat menekan kekuatannya maka cobalah untuk melihat sekeliling dengan mata manamu."

"Lalu bagaimana jika ini gagal?"

Pertanyaan Ema membuat Kira tidak bisa menjawabnya. Kira langsung berpikir untuk mencari rencana lainnya. Melihat Kira yang berpikir keras membuat semua juga mencoba untuk membuat rencana lainnya. Hanya saja membuat rencana untuk ini sangat sulit.

Mereka semua berpikir cukup lama hanya saja mereka tidak menemukan jawaban apapun. Ditengah keheningan itu Ema tiba-tiba berdiri, melihat wajah Ema yang tampak gembira tampaknya dia menemukan sebuah rencana.

"Aku tahu!" Ema berteriak dengan kencang.

"Katakan apa rencanamu? Jangan sampai ini menjadi hal yang konyol.."

"Kita hanya perlu menculik salah satu pelayan dan menanyakan dimana ruangan Raja."

"Haah..." Chors menghela nafasnya. "Bukankah aku sudah bilang jangan sampai ini menjadi hal yang konyol."

"Tidak, itu mungkin saja rencana yang bagus. Hanya saja sepertinya tidak semua pelayan dapat mengetahui ruangan Raja." Kira nampak setuju dengan rencana ini hanya saja mereka kembali buntu dalam rencana.

"Kau benar, melihat perdana menteri begitu menyembunyikan Raja tidak mungkin pelayan biasa dapat mengetahuinya."

"Kalau begitu bagaimana cara agar kita tahu dia adalah orang yang tepat." Chors sudah mulai menerima rencana Ema.

"Makanan." Alice tiba-tiba saja berbicara.

"Makanan?" Semua tampak bingung.

"Raja pasti membutuhkan makanan untuk tetap hidup."

"Tunggu!" Kira menyadari sesuatu dari Alice. "JIka mengikuti apa yang Alice katakan maka kita hanya perlu mencarinya di dapur untuk orang yang akan kita culik."

"Karena di dapur adalah tempat memasak makanan." Ema tampak mengerti apa yang Kira maksud.

"Dan untuk memasak makanan tersebut diperlukan orang untuk membuatnya. Maka setidaknya mereka akan mengetahui mengenai Raja walaupun sedikit saja."

"Benar, kalau begitu kita jadikan ini sebagai rencana kedua saja. Kita masih harus tetap bergantung pada rencana pertama."