Pada pagi hari Kira dan Ema berangkat menuju istana. Mereka berjalan sambil membawa surat perintah dari Iblis Barat. Sepanjang mereka berjalan Kira mencoba mendiskusikan apa yang mungkin dilakukan dengan mayat monster.
"Apakah mungkin mayat-mayat monster itu mempunyai kegunaan lain selain mengambil batu mana?"
"Beberapa monster dengan peringkat tinggi mempunyai bagian yang sangat bagus untuk dijadikan senjata ataupun armor."
"Jadi ada kemungkinan kalau monster itu akan digunakan sebagai material?"
"Mungkin saja, akan tetapi monster kelabang yang kita lawan sepertinya tidak mempunyai material yang begitu bagus. Untuk dijadikan armorpun sepertinya kulit mereka tidak terlalu keras dan sepertinya terlalu berat."
"Jadi kemungkinan untuk dijadikan material tidak begitu besar ya. Kalau begitu yang bisa kita asumsikan sekarang monster-monster tersebut diambil mayatnya untuk mengambil batu mana."
Karena Kira sudah datang beberapa kali ke istana, para penjaga sudah merasa cukup familiar dengannya. Mereka langsung mempersilahkan Kira untuk masuk. Kira langsung berjalan masuk ke dalam istana dan menuju ruangan perdana menteri. Kira melihat wajah Ema tampak gugup dan sedikit berkeringat.
"Apa kau gugup?"
"Sedikit, kau tahu aku masih sedikit ragu dengan penilaian batu manaku. Aku takut kalau aku tidak dapat menilai dengan baik."
"Tidak perlu khawatir untuk itu, karena pada akhirnya akulah yang akan menentukan harga. Kau hanya perlu memberitahu bagaimana nilai batu mana itu saja. Sisanya serahkan saja padaku."
Begitu mereka sampai di ruangan perdana menteri, Kira mengetuk pintu dan membukanya. Perdana menteri terkejut karena Kira datang lagi ke istana. Dia juga tampak bingung karena Kira tidak datang bersama dengan Alice.
"Ada apa hingga kau kemari lagi? Apa Alice mempunyai keluhan baru lagi?"
"Tidak, Alice tidak ada keluhan apapun. Dia bahkan tampak sudah membaik, aku datang karena alasan lain." Kira kemudian berjalan ke meja perdana menteri dan menaruh surat Iblis Barat. "Kami datang karena ini."
"Hmmm." Perdana menteri membuka surat dan membacanya. Di dalam surat itu menjelaskan kalau Kira adalah jenderal Iblis Barat dan dia yang akan mengambil alih untuk transaksi. "Wah-wah aku tidak menyangka kalau Kira yang aku kenal ternyata adalah seorang jenderal Iblis Barat." Kira terkejut karena perdana menteri baru mengetahuinya.
"Aku pikir kau sudah mengetahuinya."
"Tentu saja tidak, terlalu banyak yang perlu aku urus karena itu aku tidak menyadarinya. Jadi bagaimana aku harus memanggilmu? Haruskah aku panggil jenderal?"
"Tidak, panggil saja aku seperti biasa. Selain itu bagaimana dengan transaksi batu mananya?"
"Rupanya kau orang yang tidak sabaran." Perdana menteri berjalan menuju pintu. "Karena kau datang cukup mendadak kami jadi tidak bisa menyiapkan semuanya dengan baik. Kalian bisa menunggu disini terlebih dahulu, aku perlu waktu untuk menyiapkannya. Aku juga akan memberitahu pelayan agar memberikan kalian minuman dan juga beberapa kudapan sembari kalian menunggu."
Perdana menteri kemudian meninggalkan Kira dan Ema di ruangannya. Begitu perdana menteri pergi, Ema tidak tahu apa yang harus dia lakukan, Ema kemudian melihat ke arah Kira. Ema jengkel dan juga kesal karena Kira sedang tidur. Dia tidak menyangka Kira bisa tidur saat Ema sedang sangat tegang.
"Kira kau benar-benar tidur!"
"Tidak aku sedang mencoba mencari hal aneh yang aku rasakan kemarin. Sebaiknya kita memanfaatkan waktu kita untuk menyelidiki istana dari dalam sini. Cobalah lihat sekeliling dengan mata manamu." Kira berbicara sambil memejamkan matanya."
Ema kemudian mencoba menggunakan mata mananya dan mencoba melihat sekeliling ruangan. Dia tidak melihat satupun yang mencurigakan. Ema bahkan tidak melihat satupun sumber mana di dalam ruangan tersebut. Sedangkan Kira mencoba untuk bisa merasakan seperti yang sebelumnya dia rasakan.
Kira mencoba untuk menyatu dengan mana alam itu sendiri. Hanya saja untuk dapat melakukan hal itu Kira perlu sangat fokus. Karena itu dia menutup matanya agar tidak terdistraksi dengan hal lain. Kira membutuhkan beberapa menit untuk dapat merasakan hal-hal yang ada di luar ruangan.
Dia dapat merasakan pelayan-pelayan yang sedang berjalan melewati ruangan. Perlahan-lahan apa yang Kira rasakan semakin luas tidak hanya ruangan dia bahkan dapat merasakan seluruh bangunan istana. Hanya saja di dalam istana Kira tidak merasakan apapun yang aneh.
Kira mencoba untuk memperlebar kembali areanya hingga dia dapat merasakan seluruh istana. Begitu Kira dapat merasakan sensasi yang sebelumnya dia rasakan. Kira dapat merasakan sebuah hawa kebaradaan yang begitu mencekam dan juga menusuk. Tidak seperti sebelumnya hawa mencekam ini tidak seliar yang dia rasakan. Kira memang dapat merasakannya tapi dia tidak dapat merasakannya dengan pasti dimana letak hawa mencekam ini.
Keberadaan hawa ini menjadi lebih jelas dan berada di bawah Kira. Letak hawa ini tidak seperti sebelumnya yang di taman. Sekarang letak ini berada samar-samar di bawah Kira. Karena Kira tidak dapat merasakan hingga bawah tanah, Kira mencoba untuk memperluas areanya, ketika dia mencobanya tubuh Kira digoyang-goyangkan dan fokusnya menjadi hilang. Kira membuka kedua matanya dan Ema melihat ke arah Kira dengan khawatir. Kedua mata Ema bahkan sudah tampak berair.
"Ada apa denganmu?" Kira bertanya dengan kebingungan.
"Hidungmu..." Kira langsung memegang hidungnya dan melihat di tangannya ada bekas darah.
"Apa yang sebenarnya terjadi?"
"Saat kau sedang memejamkan mata hidungmu menjadi mimisan. Karena aku khawatir aku mencoba memanggil-manggilmu, tapi kau tidak sedikitpun menghiraukannya. Aku bahkan tadi tidak merasakan jantungmu selama beberapa detik."
"Jadi begitu, sepertinya ini terlalu beresiko. Ema, daripada itu coba kau lihat ke bawah dengan mata manamu."
"Hah?" Ema melihat ke bawah dengan kebingungan.
"Apa kau melihat sesuatu?"
"Tidak, aku tidak melihat apapun?"
"Apa kau bisa melihat hingga menembus sesuatu?"
"Sayangnya tidak bisa." Ema menjawab dengan kecewa.
Pada saat itu pintu ruangan terbuka, perdana menteri datang bersama dengan dua pelayan. Satu pelayan membawa kudapan dan juga minuman untuk Kira dan Ema. Pelayan lainnya membawakan sebuah peti kayu. Perdana menteri kemudian berjalan dan duduk di depan Kira dan Ema. Makanan dan juga peti kayu kemudian di letakan di atas meja. Begitu di atas meja, Kira dan Ema dapat melihat isi peti kayu. Peti kayu itu terisi penuh dengan batu mana.
"Nah, aku tahu salah satu dari kalian pasti bisa menilai batu mana itu. Sekarang kalian bisa menilai batu mana itu lalu kita akan diskusikan untuk harganya."
Ema kemudian mengambil batu mana dengan acak dan lalu melihatnya. Perdana menteri terkejut karena Emalah yang menilai batu mana. Perdana menteri mengira kalau Kiralah yang dapat menilai batu mana.
Ema mencoba untuk menilai batu mana yang sedang dia pegang. Dia mencoba untuk merasakan berat batu mana yang sedang dia pegang. Ema merasa kalau berat batu mana ini hanya sedikit diatas berat batu mana rata-rata yang dia pegang sebelumnya. Karena merasa sudah mengetahui berat batu mana, Ema mencoba melihat ke dalam batu mana.
Ketika melihat dengan mata mananya Ema terkejut dengan batu mana yang dia lihat. Aliran pada batu mana yang dia pegang sangat terpusat pada satu titik. Saat menilai sebuah batu mana tidak hanya jumlah mana yang dimiliki dari batu mana tapi juga aliran mana di dalam batu tersebut. Semakin terpusat aliran batu mana maka akan semakin bagus hasilnya saat diolah. Bahkan jika batu mana itu mempunyai jumlah mana yang tidak begitu banyak, namun mempunyai aliran mana yang terpusat maka nilai batu mana itu akan tinggi.
Untuk memastikannya sekali lagi, Ema menaruh batu mana yang sedang dia pegang dan mengambil batu mana lainnya dengan acak. Dia langsung memeriksanya dengan mata mananya. Sama seperti sebelumnya aliran batu mana itu sangatlah terpusat dan sangat bagus. Ema masih tidak yakin dengan apa yang dia lihat.
Ema kembali menaruhnya dan mencoba untuk memasitkannya lagi. Tetap seperti sebelumnya batu mana yang Ema ambil juga mempunyai nilai yang sangat tinggi. Ema sangat yakin mencoba untuk mengambil batu mana yang terletak paling dasar. {Bagaimana bisa mereka mempunyai batu mana dengan nilai setinggi ini?} Ema akhirnya memutuskan untuk menaruh batu mana yang dia pegang dan menghela nafasnya.
"Bagaimana Ema apa batu mana itu sangat buruk?" Kira bertanya dengan penasaran.
"Apa maksudmu?" Ema tidak mengerti dengan apa yang Kira katakan.
"Kau berkali-kali menilai batu mana hingga membuat tumpukan batu mana seperti itu."
"Huh!" Ema terkejut karena tanpa dia sadari dia sudah membuat banyak tumpukan batu mana yang menggunung di depannya.
"Bagaimana?" Perdana menteri bertanya sambil tersenyum ke arah Ema.
"Batu mana ini mempunyai nilai yang sangat tinggi. Aku sangat yakin sulit untuk menemukan batu mana seperti ini."
"Rupanya kau dapat menilai dengan baik."
"Benarkah batu mana ini mempunyai nilai setinggi ini?" Kira mengambil batu mana yang ada di depan Ema. "Kalau begitu kenapa kau berkali-kali menilai batu mana hingga sebanyak ini?"
"Batu mana ini sangatlah bagus bahkan tidak bisa dibandingkan dengan apa yang ada di Iblis Barat. Aku bahkan sampai tidak mempercayainya, karena itu aku menilainya berkali-kali."
"Benarkah? Bagaimana kalian bisa memiliki batu mana seperti ini?"
"Hahahaha!" Perdana menteri tertawa dengan terbahak-bahak hingga mengeluarkan air mata. "Aku tidak menyangka kau akan bertanya seperti ini. Jika orang lain mungkin aku tidak akan menjawabnya. Tapi mengingat kerja sama panjang yang sudah pernah terjalin antara kerajaan Azure dan Iblis Barat aku akan memberitahumu. Batu mana ini berasal dari dungeon, di dalam dungeon ada banyak minera batu mana. Hanya saja membutuhkan waktu untuk membuatnya muncul. Semakin lama dungeon maka akan semakin bagus batu mana yang muncul."
"Apa kalian tidak khawatir jika seandainya dungeon melebihi kapasitas?"
"Tentu saja kami tahu karena itu adalah sebuah resiko yang ada sejak awal. Karena itulah kami perlu membersihkan dungeon secara berkala tanpa menyerang bos dan juga inti dungeon."
"Jika memang mendapatkan batu mana semudah ini kenapa wilayah lain tidak melakukan seperti kalian?"
"Tentu saja kemunculan dungeon di wilayah lain tidak sesering kami. Selain itu hanya wilayah kami yang berani mengambil resiko seperti ini."
"Lalu bagaimana dengan mayat-mayat monster?"
"Kami tidak menggunakannya, karena itu tidak berguna. Dibandingkan menjadikan mayat monster sebagai material, kami lebih memilih menggunakan bahan-bahan biasa dan mengabungkannya dengan batu mana."
"Benarkah? Aku pikir kalian akan mengambil mayat-mayat monster tersebut. Lalu bagaimana jika monster itu adalah monster dengan peringkat A seperti manticore?"
"Kami tetap tidak akan memperdulikannya karena mengolah material dari monster membutuhkan seorang tenaga ahli khusus. Bukankah lebih baik kita berdiskusi mengenai harga batu mana?"
"Kau benar, bagaimana dengan lima puluh silver pada setiap batu mana."
"Apa kau sudah gila?" Perdana menteri menatap dengan tajam. "Dengan batu mana sebagus ini kau tidak akan menemukannya di tempat lain. Delapan emas setiap batu mananya."
"Aku tahu nilai batu mana ini sangat tinggi tapi harganya terlalu tinggi. Kalian hanya memberikan kami batu mana mentah saja, 80 silver."
"Tidak kau masih terlalu gila. Sekalipun kami hanya memberi batu mana mentah nilainya tetaplah sangat tinggi, enam emas."
"Bagaimanapun juga kamilah yang akan mengelola batu mana ini. Karena itu beri aku 90 silver."
"Sepertinya kau masih tidak mengerti juga, tiga emas."
"Pada akhirnya nilai batu mana itu sendiri adalah tentang bagaimana cara kita mengolahnya. Selama kami bisa mengolahnya dengan baik nilai batu mana yang rendah bisa menjadi sangat tinggi. Beri aku satu emas."
"Dua emas penawaran terakhir."
"Haah.. Baiklah" Perdana menteri menghela nafasnya sambil menyerahkan surat dagang dengan wajah yang cemberut."
Kira dan Ema saling menatap satu sama lain dengan senyuman yang lebar. Mereka senang karena mereka dapat memberikan penawaran yang menguntungkan untuk Iblis Barat.