Chors dan Ema sedang pergi dungeon yang mereka masuki di tengah hutan. Mereka hendak untuk masuk ke dalam dungeon hanya saja ada jenderal dan bersama pengawal kerajaan disana. Karena itu Chors dan Ema memilih untuk mengawasi dari jauh sambil bersembunyi di balik pohon.
"Haruskah kita mencoba menyapa mereka? Mungkin saja tujuan kita sama."
"Aku mungkin akan melakukannya, tapi Kira mengatakannya bisa saja kerajaan ada kaitannya dengan Iblis Timur. Kita tidak tahu siapa diantara mereka yang berkaitan. Bisa saja itu adalah salah satu dari mereka."
"Kau benar, sial kenapa kita terlambat." Ema merasa kesal.
"Tidak, begini ini malah lebih bagus. Kita bisa dapat mengawasi mereka."
Jenderal tidak masuk ke dalam dungeon, dia hanya membiarkan para kesatria masuk ke dalam dungeon. Jenderal hanya menunggu di depan dungeon sambil duduk. Setelah para kesatria masuk ke dalam dungeon cukup lama akhirnya para kesatria keluar. Mereka keluar dan menggeleng-gelengkan kepala mereka. Begitu jenderal melihat kesatria menggeleng kepalanya, dia nampak kecewa.
Jenderal kemudian pergi meninggalkan dungeon. Chors dan Ema kemudian melihat satu sama lain begitu jenderal pergi. Mereka kemudian berjalan mendekati dungeon.
"Sebenarnya aku ingin mengikuti jenderal, tapi aku lebih penasaran dengan dungeon ini."
"Kita coba telusuri dengan cepat, tapi ini adalah dungeon yang aku masuki seharusnya tidak ada yang aneh."
"Kalau begitu ayo." Ema berjalan masuk ke dalam dungeon.
Mereka berjalan sambil melihat-lihat sekeliling dungeon. Chors merasa tdak ada yang aneh dari dungeon ini. Dibandingkan dengan dungeon, Chors lebih penasaran mengenai jenderal.
"Sebenarnya apa yang mereka cari di dalam sini?"
"Bukankah sudah jelas mereka mencari petunjuk tentang Ibilis Timur."
"Tapi kenapa jenderal begitu kecewa saat para kesatria keluar dari dungeon?"
"Mungkin mereka tidak menemukan petunjuk, tapi kenapa mereka nampak kecewa? Bukankah seharusnya mereka senang?"
"Aku juga menjadi semakin penasaran, aku sangat yakin pasti ada yang mereka sembunyikan. Ayo kita segera selesaikan tempat ini."
Seluruh dungeon sudah mereka telusuri namun tidak ada satupun hal aneh yang mereka temukan. Mereka hanya melihat sisa-sisa mayat monster di sepanjang dungeon. Chors dan Ema merasa sangat kesal karena mereka merasa buang-buang waktu saja.
"Seharusnya kita langsung ikuti mereka saja begitu pergi!" Ema berbicara dengan raut wajah kesal.
"Kita hanya bisa mengejar mereka saja sekarang."
Ketika mereka berjalan keluar dari dungeon, begitu mereka melangkah kaki keluar. Chors langsung melihat Ema dan saling menatap satu sama lain. Mereka kemudian saling mengangguk-anggukan kepala.
"Apa kau juga mencium baunya?"
"Aku bahkan melihat mananya." Ema menjelaskan pada Chos.
"Keluarlah kau! Tidak perlu bersembunyi!"
Kemudian dari balik pohon muncul seseorang menggunakan jubah. Dia kemudian berjalan mendekati Chors dan Ema. Karena nampak mencurigakan Chors bersiap untuk bertarung. Melihat tangan Chors yang siap untuk mengeluarkan pedangnya, orang dengan jubah tersebut mengangkat tangannya untuk memberitahu Chors untuk berhenti.
"Seperti yang diharapkan dari demi human mempunyai penciuman yang begitu kuat." Identitas orang berjubah tersebut adalah seorang wanita, wanita itu kemudian membuka tudung yang menutupi wajahnya. "Sepertinya kalian mempunyai kecurigaan pada kerajaan bukan?" Wanita itu mempunyai kulit yang gelap dan juga rambut hitam yang panjang.
"Jangan mendekat! Siapa kau?!" Chors berteriak dengan mata yang penuh kecurigaan.
"Tenang tidak perlu marah seperti itu, aku datang untuk memberikan kalian penawaran."
"Penawaran?" Ema menjadi bingung.
"Benar, aku sudah melihat kalian sejak kalian melakukan pembersihan dungeon. Aku tidak bisa memberitahu penawaran apa yang akan kalian dapatkan nanti tapi akan aku pastikan penawaran itu akan menguntungkan kalian."
"Untuk apa kami menerima tawaranmu, bila kau sendiri saja tidak bisa memberitahu kami."
"Benar juga, tapi itu semua adalah kuasa tuanku. Aku hanya datang untuk memberi tahu kalian mendapatkan tawaran dari tuanku."
"Kenapa tidak tuanmu saja sendiri yang datang kemari dan berbicara langsung pada kami?"
"Tuanku ingin melakukan seperti itu tapi dia sedang berada di kondisi yang cukup sulit."
"Kalau begitu sebaiknya kau tidak kemari jika tuan-."
"Berhenti Ema, jika memang tuanmu dapat memberikan kami tawaran yang menguntungkan bagaimana bisa dia berada di situasi yang sulit?"
"Aku tidak bisa menjelaskan terlalu banyak, aku hanya akan memberitahu kalian kalau kalian ingin mengambil tawaran ini buatlah tanda pada salah satu pohon disini. Kemudian timbunlah dengan salju sebuah kertas yang berisi kapan dan jam kalian ingin bertemuku." Wanita itu kemudian menggunakan kembali tudung untuk menutupi wajahnya. "Aku akan memberitahu kalian sebelum aku pergi, kalian harus waspada dengan perdana menteri dan juga seluruh istana." Wanita itu kemudian meninggalkan Chors dan Ema.
"Dia sangatlah mencurigakan."
"Kau benar." Chors melepaskan genggaman tangannya dari pedangnya. "Tapi jika mengingat apa yang dikatakan Lucifer bukankah perdana menteri memang mencurigakan."
"Kau benar, tapi menurutku dia cukup baik."
"Aku tidak mengatakan jahat, hanya saja orang yang terlalu baik terkadang lebih mencurigakan."
"Lalu apa yang harus kita lakukan?" Ema bertanya pada Chors.
"Kita akan beritahu Kira dan membicarakannya lebih lanjut."
"Lalu bagaimana dengan menyelidiki dungeon?"
"Kita masih harus melanjutkannya, mungkin saja kita dapat menemukan sebuah petunjuk."
"Baiklah."
Chors dan Ema kemudian melanjutkan perjalanannya untuk pergi ke dungeon terdekat. Begitu hari menjadi sore Kira dan Alice kembali ke penginapan. Karena kondisi yang sudah jauh lebih membaik Alice sudah dapat berjalan seperti biasa.
"Apa kondisimu sudah lebih baik?"
"Heem." Alice menganggukkan kepalanya.
"Syukurlah." Kira merasa lega karena wajah Alice sudah tidak pucat dan juga lesu.
"Bagaimana dengan istana apa kau menemukan sesuatu?"
"Sepertinya aku menemukan sesuatu hanya saja aku tidak yakin."
Saat mereka sedang berbicara, elang pembawa pesan kemudian terlihat dari jauh. Hanya dengan sekali melihat saja Kira tau kalau itu adalah milik Iblis Barat. Kira segera mengangkat tangannya agar elang mendarat padanya. Kira mengambil surat itu dan melihat sekitar.
"Kita harus segera kembali dan melihat surat ini."
Kira dan Alice segera kembali ke penginapan mereka. Begitu mereka kembali, Kira segera membawa Alice ke kamarnya dan membaca suratnya. Kira hanya membaca surat tersebut dengan wajah yang datar. Dia tidak menunjukan sebuah ekspresi yang menunjukan isi surat itu, Alice merasa kalau surat itu bukanlah sesuatu yang penting karena ekspresi Kira.
"Apa isi surat itu?"
"Bukan hal yang penting, mereka hanya memberitahu besok adalah hari kami untuk melakukan negosiasi batu mana. Aku hanya perlu menunggu Ema kembali. Istirahatlah terlebih dahulu, aku akan memberitahu jika mereka sudah kembali."
Alice kemudian berdiri dan berjalan keluar dari kamar Kira. Begitu dia membuka pintu Chors dan Ema sudah ada di depan pintu dengan nafas yang terengah-engah. Kira terkejut dengan karena mereka datang dengan nafas yang terengah-engah.
"Kenapa nafas kalian seperti itu?"
"Kami baru saja melihat sesuatu yang aneh dari prajurit istana."
"Katakan padaku." Kira menatap ke arah Ema.
Ema kemudian menjelaskan apa yang terjadi ketika dia mencoba menulusuri dungeon. Begitu mereka tiba di tempat dungeon Kira, dia menemukan kalau para prajurit sedang memindahkan mayat-mayat kelabang merah. Chors dan Ema menatap satu sama lain.
"Haruskah kita melihat lebih dekat?"
"Mungkin kita bisa lihat apa yang sebenarnya mereka lakukan."
Chors kemudian berjalan mendekat, begitu mereka berjalan mendekati jenderal. Ema menginjak sebuah ranting yang ada di tanah. Dengan hutan yang tidak begitu berisik membuat suara ranting dapat didengar dengan jelas. Jenderal langsung melihat ke asal suara. Chors dan Ema langsung menunduk dan bersembunyi di balik pohon, mereka menahan nafas mereka agar jenderal tidak menyadari mereka.
Di waktu yang tepat seekor kelinci melompat keluar dari balik pohon. Melihat kelinci muncul dari balik pohon, jenderalpun kembali dan tidak mencoba untuk melihat lebih jauh.
"Cepat selesaikan semunya sebelum hari menjadi sore!"
Ema kemudian melihat ke arah Chors. Chors menunjukan sebuah bahasa isyarat yang mengatakan bahwa mereka harus segera pergi. Ema yang langsung mengerti segera mengendap-ngendap menjauh dari jenderal. Begitu mereka sadar kalau mereka sudah berada jauh dari jenderal, mereka berdua langsung berlari sekencang yang mereka bisa.
"Kita harus segera memberitahu Kira!"
"Tidak, tunggu dulu ada yang harus kita periksa."
Bila mereka ingin pergi ke kota mereka hanya perlu berjalan lurus saja. Akan tetapi Chors berbelok, Ema yang tidak mengerti apa yang Chors lakukan hanya dapat mengikutinya. Chors membawa Ema ke dungeon lainnya, Ema menjadi bingung kenapa Chors membawanya kemari.
"Ini adalah dungeon tempat Alice, ada yang harus kita periksa disini. KIta harus cepat!"
Chors langsung berlari ke dalam dungeon, Emapun mengikuti Chors. Chors berlari dengan wajah yang panik, dia melihat sekeliling dungeon dengan seksama. Mereka kemudian tiba di tempat Alice dan kelompoknya bertarung. Dia tidak melihat ada mayat manticore, namun mayat kelompok Alice masih ada disana.
"Tunggu jangan bilang!" Mendengar dari cerita Ema, Kira tampak menyadari sesuatu.
"Kau juga sadar bukan? Mayat manticore tidak ada disana."
"Jangan bilang kalau mereka mengambil mayat manticore?"
"Kami juga tidak yakin, karena itu kami ingin memastikannya." Ema melihat ke arah Alice.
"Aku sangat yakin kalau manticore itu ada disana, karena aku membunuhnya dengan cara membelahnya. Tidak mungkin mayat itu menghilang begitu saja."
"Tapi sepertinya kita tidak perlu waspada seperti itu, mengambil mayat monster bukanlah hal yang aneh."
"Aku tahu kau akan berpikir seperti itu, hanya saja pikiranmu akan berubah setelah mendengarkan ini."
Chors kemudian menjelaskan bagaimana mereka bertemu dengan wanita yang mencurigakan. Kira terdiam mendengar cerita tersebut, dia berpikir sejenak apa yang harus dia lakukan.
"Aku tidak tahu apa dia dapat dipercaya, hanya saja saat tadi berada di istana aku dapat merasakan sesuatu yang aneh."
"Apa itu?!" Chors dan Ema merasa penasaran.
"Aku juga tidak tahu apa, tapi itu terasa sangat samar. Jika sudah seperti ini sebaiknya kita tidak mempercayai siapapun. Karena itu Chors dan Alice besok akan memberikan surat untuk bertemu dengan wanita itu. Aku dan Ema akan melakukan transaksi batu mana besok. Kita harus mengamati kedua pihak ini dengan seksama."