Setelah Alice mengeluarkan semua racunnya, mereka memutuskan untuk kembali. Dengan tawaran yang diberikan perdana menteri tentu mereka tidak berpikir dengan jernih bila ada di istana. Karena itu mereka memilih untuk mendiskusikannya di penginapan. Begitu Alice tertidur mereka segera berkumpul di kamar Kira.
"Jadi apa yang kita lakukan sekarang?" Chors bertanya pada Kira.
"Aku tidak tahu, aku tidak bisa memutuskan begitu saja. Jika ingin mendiskusikan apa yang dibicarakan Tiaz lebih baik aku memberitahu Lucifer terlebih dahulu."
"Tiaz?" Ema menjadi bingung karena tidak tahu nama perdana menteri.
"Itu nama perdana menteri, tapi bagaimana menurutmu Kira bukankah perdana menteri terlalu baik?"
"Jujur saja aku juga merasa begitu, dia bahkan menyiapkan obat untuk Alice secara cuma-cuma. Selain itu aku tidak merasakan apapun dari perdana menteri."
"Merasakan apa yang kau maksud?"
"Bukankah kau menyadarinya juga? Perdana menteri tidak terlihat berbahaya, untuk memastikannya aku juga melihat tangannya. Tangannya sangatlah bersih, sekalipun kau penyihir tidak mungkin tanganmu bisa sebersih dan sehalus itu."
"Aku tidak menyangka kau memperhatikan hingga sedetail itu."
"Hei, hei bisakah kalian berhenti dan membahas yang bisa aku mengerti!" Ema merasa dia tidak dianggap diantara mereka berdua. "Ada yang aku ingin tanyakan pada kalian, apa saja yang kalian lawan di dungeon itu?"
"Aku hanya melawan kelabang biasa dan juga kelabang merah."
"Aku melawan kelabang dan minotaur."
"Apa minotaur? Apa ada sesuatu yang aneh dari minotaur?"
"Ada, minotaur yang aku lawan mempunyai bola kristal di dadanya?"
"Apa?! Benarkah, apa warna bola kristal itu?"
"Hijau."
"Jangan bilang kalau minotaur itu dapat beregenerasi."
"Benar, bagaimana kau bisa mengetahuinya?" Chors terkejut karena Ema dapat mengetahui kemampuan minotaur.
"Kira apa kau juga menyadarinya?"
"Benar, aku jadi mengingatnya."
"Apa maksud kalian?"
"Aku dan Ema pernah melawan monster yang mirip dengan minotaur kau ceritakan."
"Jadi ini bukan pertama kali monster seperti ini muncul?"
"Benar, aku dan Kira melawan monster dengan kemampuan yang sama. Tapi sepertinya tidak hanya ada kristal hijau saja, kelabang merah yang aku lawan mempunyai kristal berwarna merah di kepalanya."
"Lalu apa kemampuan dari kristal merah ini?"
"Aku tidak tahu dengan pasti, sepertinya kristal merah ini dapat mengendalikan monster lain. Karena saat aku melawan monster di dalam dungeon, mereka dapat bergerak dengan sangat terkoordinir. Mereka benar-benar menyulitkanku dengan kelompokku."
"Haah.." Kira menghela nafasnya mendnegar percakapan Chors dan Ema, "Sepertinya ini sudah terlalu rumit untuk kita tangani sendiri. Ditambah melihat respon jenderal saat mengetahui manticore ada di dungeon Alice. Aku yakin kerajaan juga tidak akan tahu mengenai monster yang ada di dungeon kalian."
"Haruskah kita mencoba menyelidiknya?" Chors menatap Kira dan Ema.
"Sebaiknya kita lupakan masalah ini terlebih dahulu. Kita bahkan belum mendapatkan informasi apapun mengenai istana. Sebaiknya kita mencoba menyelidiki istana terlebih dahulu."
Ema langsung mengingat kembali rasa takut yang dia rasakan. Muka Ema menjadi pucat karena mengingat rasa takut itu.
"Hei bisakah aku tidak ikut menyelidiki istana? Aku akan mencoba menyilidiki dungeon."
"Apa maksudmu Ema?" Chors tidak mengerti dengan jalan pikir Ema.
"Sebenarnya saat aku mengatakan akan ke toilet aku mencoba untuk menyusup. Aku berhasil keluar dari toilet, tapi ketika aku ingin mencoba untuk berpindah tempat tiba-tiba saja aku langsung merasakan tekanan yang begitu kuat. Tekanan itu sangatlah kuat, seolah-olah seperti ada yang siap memangsaku. Aku tidak ingin merasakan itu lagi." Ema berbicara sambil menundukan kepalanya.
"Sepertinya itu begitu kuat hingga membuat instingmu merasakan takut juga."
"Insting?"
"Kami berdua adalah demi human mempunyai naluri insting yang lebih kuat. Mudahnya apa yang terjadi pada Ema adalah seekor rusa tidak akan berani mendekati singa karena menyadari perbedaan kekuatan mereka. Begitu insting demi human dikalahkan seperti ini sebaiknya kau jangan terlalu berharap untuk dapat bertarung seperti biasa."
"Sejak awal aku memang tidak berniat melibatkan kalian semua untuk menyelidiki istana. Aku akan mencoba menyilidikinya sendiri. Kalau kalian ingin menyelidiki dungeon maka lakukanlah. Karena mungkin saja ini ada kaitannya dengan Iblis Timur."
Ketika Kira berbicara pintu kamar terbuka dengan perlahana-lahan. Mendengar pintu terbuka mereka semua langsung waspada dan bersiap untuk bertarung. Akan tetapi rasa waspada itu rupanya tidak diperlukan, orang yang membuka pintu adalah Alice. Dia berjalan mendekati mereka dengan tubuh yang tampak masih lemas.
"Alice apa yang kau lakukan disini?" Kira mendekati Alice dan membawanya ke kasur.
"Kenapa, kenapa kalian tidak mengajakku?!" Alice berteriak sambil menangis. "Kenapa aku merasa seperti sedang tidak dianggap?!"
"Tidak Alice kami tidak bermaksud seperti itu." Ema mencoba menjelaskan.
"Aku tahu aku tidak pintar seperti kalian semua, aku tahu aku hanya bisa diam saja selama kalian berdiskusi. Tapi seharusnya kalian tetap mengajakku! Jika seperti ini terus aku benar-benar merasa tidak berguna!"
"Jangan khawatir Alice, selama beberapa hari kedepan kau mempunyai peran yang paling penting diantara kami semua."
"Huh? Peran penting?" Kira membuat Alice berhenti berbicara.
"Benar karena itu berhentilah menangis." Kira mengelus kepala Alice. "Sekarang sebaiknya kau beristirahat terlebih dahulu, besok aku akan memberitahu peranmu. Karena itu kau harus menyiapkan tubuhmu terlebih dahulu."
"Baik," Alice menjawab dengan lemas.
Kira kemudian mengantar Alice kembali ke kamarnya. Dia menunggu Alice agar tertidur pulas, begitu Alice tertidur Kira kembali ke kamarnya. Dia kemudian menghela nafasnya dan kembali duduk.
"Aku tidak menyangka Alice akan seperti itu." Ema masih terkejut dengan sikap Alice.
"Mungkin saja ini karena apa yang terjadi di dungeon. Dia ingin menjadi lebih berguna dan juga kuat."
"Lalu apa maksudmu Kira, apa peran penting Alice?"
"Seperti yang kau tahu perdana menteri adalah dokter yang merawat Alice. Jika kau membawa Alice ke istana dan mengatakan kalau aku ingin perdana menteri memeriksanya seharusnya tidak akan menjadi masalah. Selama Alice diperiksa aku akan memanfaatkan waktu untuk memeriksa istana."
"Dengan sifat perdana menteri seharusnya hal itu sangat mungkin terjadi."
"Kalau begitu sekarang serahkan istana padaku. Kalian bisa menyelidiki dungeon untuk jika kalian menemukan jejak Iblis Timur hentikan penyelidikan kalian. Karena tujuan kita adalah mengetahui Iblis Timur terlibat dengan dungeon atau tidak. Kalian bisa beristirahat sekarang."
Chors dan Ema kemudian berjalan keluar dari kamar Kira. Begitu mereka keluar, Kira langsung mengambil pena dan juga kertas. Kira menulis surat untuk Lucifer, dia memberitahu apa yang terjadi padanya di dungeon dan juga permintaan perdana menteri Tiaz. Kira juga bertanya kapan mereka akan melakukan diskusi batu mana. Tidak butuh waktu yang lama untuknya menuliskan semua itu. Kira kemudian memanggil elang dan mengirim surat yang sudah dia tulis. Karena Kira belum mengantuk Kira melihat ke arah istana.
"Sebenarnya apa yang ada disana?" Kira melihat istana dengan penasaran. "Haruskah aku mencobanya?"
Kira menatap istana dengan tatapan yang begitu tajam. Tatapan Kira tidak hanya tajam tapi dia juga melihat istana dengan niat membunuh. Pada beberapa detik awal tidak ada yang aneh, tapi kemudian tekanan yang sebelumnya Kira rasakan kembali muncul. Kira merasa sangat sesak karena tekanan yang dia rasakan.
"D-Dari sejauh ini? Bagaimana bi-bisa." Kira berbicara dengan kesulitan.
Karena ada yang ingin Kira pastikan dia mencoba melihat ke bawah. Tepat di jalan utama kota tidak ada seseorangpun yang merasakan tekanan. Hanya Kira saja yang merasakan tekanan yang begitu menyiksa ini.
"Bagaimana bisa dia melakukan ini?" Kira akhirnya menyerah untuk menatap tajam ke istana, tekanan yang Kira rasakanpun menghilang. "Bagaimana bisa dia menekanku hingga sejauh ini? Apa yang sebenarnya mereka sembunyikan di dalam istana?" Kira masih sangat penasaran dengan istana.
Tapi Kira menyadari jika dia mencoba menyelidiki lebih lanjut sama saja akan menyiksa dirinya sendiri. Pilihan yang Kira miliki saat ini hanyalah menunggu hari esok dan masuk ke dalam istana bersama Alice.
Di wilayah Barat, surat Kira baru saja tiba. Wine bergegas untuk membawakan pada Lucifer. Begitu mengetahui surat itu datang dari Kira, Lucifer menjadi bersemangat untuk melihat surat itu. Lucifer mengeluarkan berbagai ekspresi begitu membaca surat Kira.
"Seperti yang aku duga memang ada yang aneh dengan wilayah Utara."
"Ada apa tuan?"
"Sepertinya ada beast tamer di wilayah Utara. Aku tidak tahu itu adalah pihak Iblis Timur atau bukan?"
"Beast tamer? Darimana anda mengetahuinya?"
"Kira melaporkan kalau ada banyak kejanggalan di dalam dungeon yang mereka masuki. Sebenarnya aku masih tidak yakin 100% hanya saja itu adalah kemungkinan terbesar. Jika benar ini adalah beast tamer, sepertinya beast tamer yang akan mereka lawan adalah orang yang berbahaya."
"Berbahaya bagaimana tuan? Bukankah semua beast tamer berbahaya?"
"Beast tamer yang mereka lawan bukanlah beast tamer biasa. Dia tidak ragu untuk menggunakan kristal mana dan menanamkan kemampuan ke dalam kristal itu."
"Haruskah kita memberi bantuan pada mereka tuan?"
"Tidak, untuk saat ini sebaiknya kita tidak memberi bantuan terlebih dahulu. Tujuan utama kita sejak awal bukanlah untuk bertarung di wilayah Utara. Yang kita perlukan hanya informasi sebelum kita mendapatkan informasi yang kita butuhkan sebaiknya kita tidak berbuat banyak dan juga Kira sudah bertemu dengan perdana menteri Azure yang baru."
"Lalu bagaimana menteri itu?"
"Kira mengatakan tidak ada yang janggal dari dia. Dia juga mengatakan kalau perdana menteri itu adalah orang yang baik, Kira mengatakan perdana menteri itu menolong Alice dari maut."
"Tetap saja kita tidak bisa menilai seseorang dengan mudah."
"Benar sekali terlalu cepat untuk menilainya. Kita perlu membuat Kira lebih sering bertemu dengannya, Kira mengatakan dia mungkin masih dapat bertemu dengan perdana menteri setidaknya mungkin tiga hari ke depan. Apakah menurutmu kau bisa membuat permintaan bisnis kita berjalan lebih cepat?"
"Saya akan memastikannya yang mulia."
"Baiklah kalau begitu, coba periksa terlebih dahulu jika memang memungkinkan segera buat surat untuk Kira."
"Baik yang mulia."
"Sebaiknya kau segera kembali ada yang ingin kudiskusikan denganmu." Wine berjalan keluar dari ruangan Lucifer. "Sekarang aku hanya perlu memikirkan permintaan perdana menteri."