Chereads / Demon Become Hero / Chapter 198 - Chapter 198

Chapter 198 - Chapter 198

Kira dan jenderal menunggu kedatangan kelompok lain. Setelah kedatangan jenderal tidak lama kemudian kapten kesatria kembali bersama kelompoknya. Kapten dan kelompok kesatria mendapatkan luka-luka yang cukup banyak tubuh mereka. Sama dengan jenderal, mereka terkejut karena kelompok Kira tidak ada yang terluka sedikitpun.

Chors kemudian datang dengan tubuh yang penuh luka. Melihat Chors penuh dengan luka, Kira langsung bangun dari batang pohon dan menghampiri Chors. Kira datang dengan wajah yang nampak khawatir.

"Apa kau tidak apa-apa?"

"Aku baik-baik saja keadaan lebih baik daripada dia." Chors menunjuk ke belakang.

Tepat di belakang Chors ada kelompok Ema yang membuntuti dari belakang. Ema datang dengan digendong oleh seorang kelompok. Melihat Ema yang digendong membuat Kira lebih khawatir dia langsung berlari ke arah Ema.

"Ema! Apa kau baik-baik saja?"

"Aku baik-baik saja, aku terlalu banyak menggunakan manaku. Kau tidak perlu khawatir aku hanya butuh istirahat sebentar saja. Aku pasti akan segera pulih."

"Lebih baik kalian segera kembali, kalian harus segera diobati. Aku akan menunggu Alice disini."

"Apa yang kau bicarakan mana mungkin kami meninggalkan kalian berdua?"

"Sejak awal kita selalu bersama-sama bukan?" Chors berbicara sambil tersenyum ke arah Kira dan Ema.

"Kau benar.." Kira menjadi tersenyum karena Chors.

Mereka bertiga kemudian duduk di atas batang pohon menunggu kedatangan Alice. Hari sudah menjadi sore dan semua orang sudah nampak sangat lelah. Kira tampak tidak tenang karena Alice begitu lama, dia terus menggerak-gerakan kakinya. Jenderal berjalan ke depan Kira.

"Kira maafkan aku tapi kami tidak bisa menunggu lebih lama lagi."

"Tinggalkan saja kami, kami akan segera menyusul kalian. Sebelum kalian pergi bisakah kau beritahu aku dimana dungeon Alice."

Jenderal memberitahu dimana letak dungeon Alice, setelah itu jenderal dan juga semua kelompok kemudian kembali ke istana. Hari sudah menjadi malam dan Alice sama sekali tidak muncul. Kira sudah tidak tahan untuk menunggu lebih lama lagi. Dia langsung bangun dari batang pohon.

"Aku akan mencari Alice kalian kembalilah."

"Tidak, kami akan ikut denganmu." Ema menahan tangan Kira.

"Kalian berdua sedang tidak dalam kondisi yang baik. Kita tidak tahu apa yang terjadi pada Alice. Jika ada monster yang begitu kuat aku tidak bisa melindungi kalian semuanya secara bersamaan."

"Ta-."

"Kira benar Ema, sebaiknya kita kembali kita tidak tahu apa yang akan terjadi disana. Dengan kondisi kita yang sekarang lebih baik kita kembali."

"Kalau begitu aku pergi sekarang." Kira terbang meninggalkan Chors dan Ema.

Kira terbang secepat yang dia bisa, dia sangat khawatir dengan apa yang terjadi. Begitu dia sampai di depan dungeon, dia tidak dapat merasakan apapun. Kira hanya dapat merasa seperti gua kosong tidak seperti sebuah dungeon. Kira kemudian masuk ke dalam dungeon.

Dia tidak dapat mendengar suara pertempuran, hal ini membuat Kira menjadi semakin khawatir. Dia kemudian melihat mayat-mayat dari kelabang. Mayat-mayat kelabang itu mempunyai bekas luka yang tidak wajar. Kira sadar tidak mungkin Alice dapat membuat luka-luka seperti itu.

'Apa yang sebenarnya terjadi disini?! Kenapa tempat ini sangat tenang?"

KIra kemudian menemukan mayat-mayat dari kelompok Alice. Begitu melihat mayat kelompok Alice wajah panik Kira tidak bisa ditahan. Dia terbang sambil melihat sekitar dengan panik. Kira juga berteriak untuk memanggil Alice.

"ALICE! Dimana kau? Jawab aku Alice!"

Kira kemudian menemukan tubuh monster. Dia langsung mendekati mayat monster dan melihat rambut berwarna perak.. Sudah sangat jelas kalau itu adalah Alice. Dia langsung mendekati Alice, begitu dia melihat Alice mulut Kira langsung berteriak.

"Alice! Apa yang terjadi padamu?"

Sebagian tubuh Alice penuh dengan bintik-binyik merah, Kira bahkan tidak dapat melihat mata Alice. Tubuh Alice juga terasa sangat panas, dia juga mengeluarkan keringat yang begitu banyak. Kira kemudian mencoba untuk mendengarkan nadi Alice, nadi Alice sangatlah lambat. Kira kemudian membopong Alice dan membawanya terbang.

"Alice tolong bertahanlah." Kira berbicara hingga mengeluarkan air mata.

Kira terbang dengan seluruh kekuatannya, bahkan gua dungeon menjadi retak karena Kira. Begitu Kira keluar dari dungeon dia langsung mengarah ke kota. Chors dan Ema yang sedang berjalan di hutan terkena angin yang kuat karena Kira. Mereka kemudian melihat ke atas dan melihat Kira terbang.

"Itu Kira kita harus menyusulnya." Chors berlari sekencang yang dia bisa.

"Lama." Ema memegang tangan Chors dan melangkah dengan sihirnya.

Begitu tiba di kota Kira langsung pergi mengarah ke isatan. Kira mendarat tepat di depan halaman istana. Kesatria yang menjaga istana langsung menganggap Kira sebagai penyusup. Mereka memanggil kesatria lainnya untuk menangkap Kira.

"Jura! Dimana kau Jura?!" Kira berjalan mendekati pintu istana.

"Berhenti disana." Beberapa kesatria menghalangi jalan Kira.

"Kalian! Kalian menghalangi jalanku!" Kira mengeluarkan niat membunuh yang begitu menusuk.

Dia membuat semua kesatria yang mengelilingnya tidak dapat bernafas. Mereka menjadi bertekuk lutut di depan Kira. Jenderal Jura kemudian berlari keluar dari istana. Dia terkejut karena Kira tampak begitu marah.

"Tuan Kira apa yang sebenarnya terjadi disini?"

"Jura tolong." Kira berbicara dengan wajah yang memelas. " Tolong selamatkan Alice, aku mohon padamu."

Jenderal Jura terkejut begitu melihat Alice. Ini kali pertama Jura melihat kasus seperti Alice. Jura tidak mengerti apa yang terjadi pada Alice. Dia tidak yakin itu adalah sihir atau racun. Jura menjadi tidak yakin dapat membantu Alice.

"Maafkan aku Kira, aku tidak tahu apa yang sebenarnya terjadi pada Alice. Aku tidak yakin apa aku bisa membantu kalian."

"Hei kau bercanda bukan?" Kira berbicara dengan air mata yang mengalir di wajahnya, Jura begitu terkejut melihat Kira menangis. "Kau tidak serius bukan? Kenapa kau diam saja? Jawab aku Jura! Kau bisa membantu kami bukan?!"

"Aku bisa membantumu."

Suara seorang pria terdengar dari belakang Jura. Pria itu mempunyai rambut panjang dan juga warna rambut biru muda. Dengan pakaian yang bagus itu, sudah pasti kalau pria itu adalah orang penting di istana. Dia kemudian mendekati Alice dan melihatnya dengan seksama.

"Kau, kau bisa menyelamatkan Alice?"

"Tentu aku bisa."

"Tuan perdana menteri apa yang anda katakan? Saya sendiri bahkan tidak tahu apa yang terjadi padanya."

"Jenderal Jura sepertinya anda masih perlu membaca banyak buku lagi. Ayo ikut aku ke dalam aku akan membantu temanmu." Perdana menteri kemudian berjalan masuk ke dalam istana.

Kira kemudian mengikuti perdana menteri bersama dengan Jura. Ketika Kira mengikuti perdana menteri dia sangatlah kesal. Perdana menteri berjalan dengan begitu santai seolah tidak ada apa-apa. Tapi bagi Kira, setiap waktu yang ada sangatlah berharga.

"Kenapa kau berjalan sangat lama?! Tidak bisakah kau lebih cepat!" Kira berteriak dengan kencang.

"Kita akan segera sampai tenanglah."

Perdana menteri membawa Kira ke dalam ruangannya.

"Tolong baringkan dia sofa."

Setelah Kira membaringkan Alice di sofa, perdana menteri mengambil sarung tangan dan mengambil alat-alat yang dia perlukan. Dia kemudian mendekati Alice, dan mengeluarkan sebuah pisau yang sangat kecil. Melihat pisau itu Kira menjadi kesal.

"Apa yang ingin kau lakukan pada Alice?!"

"Tenanglah, aku berasa menolongnya."

"Percayalah pada tuan perdana menteri dia adalah dokter sekaligus ahli obat-obatan yang hebat." Jenderal memegang pundak Kira.

Perdana menteri begitu kesulitan untuk menemukan kulit pada tubuh Alice. Tubuh Alice hanya dipenuhi dengan bintik-bintik merah yang sangat besar. Begitu dia menemukan bagian kulit pada Alice, perdana menteri langsung membuat sayatan kecil. Dia kemudian mengambil sebuah selang kecil. Selang tersebut kemudian dimasukkan ke dalam sayatan yang sudah dibuat sebelumnya. Sedangkan ujung selang lainnya ditaruh ke dalam wadah.

Begitu perdana menteri selesai dengan selang dia kemudian kembali berdiri. Dia kemudian mendekati lemari kaca yang penuh dengan kotak-kotak. Dia membuka satu persatu kotak-kotak yang ada disana. Perdana menteri tampak seperti sedang memilih isi-isi kotak tersebut.

Setelah melihat isi-isi kotak, perdana menteri kembali ke Ema dengan membawa beberapa kotak. Dia kemudian membuka kotak-kotak tersebut, di dalam kotak yang perdana menteri bawa berisi serbuk dengan berbagai warna. Warna pada serbuk itu begitu beragam mulai dari merah, putih, dan biru. Perdana menteri mengambil sebuah sendok kecil dan menegukkan serbuk-serbuk tersebut.

Begitu Alice menelan serbuk selang kecil tersebut langsung mengeluarkan cairan berwarna ungu. Melihat caira ungu keluar dari tubuh Alice, Kira langsung memegang kerah perdana menteri.

"Apa yang kau lakukan pada Alice? Kenapa ada cairan itu bisa keluar dari tubuh Alice!"

"Kau harusnya berterima kasih padaku karena aku sudah mengeluarkan racunnya."

"Racun?"

"Tidak salah lagi kalau temanmu terkena racun manticore."

"Manticore?!" Jenderal begitu terkejut begitu mendengar manticore.

"Temanmu beruntung karena kau membawanya pada waktu yang tepat. Jika kau terlambat sedikit saja temanmu pasti sudah akan mati. Racun manticore sangatlah berbahaya, pada awalnya dia hanya menginfeksi pada kulit saja. Semakin lama racun ini diam di dalam tubuh maka akan racun ini akan menyerang organ dalam terutama paru-paru. Melihat temanmu yang masih tidak mengalami sesak sepertinya dia belum sampai di fase tersebut. Kita juga beruntung karena racun belum berubah warna menjadi hitam. Sekarang aku akan memindahkan dia ke ruangan yang lebih layak. Jenderal tolong panggil tenaga medis dan beritahu untuk persiapkan kamar."

"Baik, saya akan segera menyiapkannya." Jenderal meninggalkan ruangan perdana menteri.

"Terima kasih karena sudah membantu Alice." Kira berterima kasih sambil membungkukan badannya.

"Tidak perlu berterima kasih padaku, aku hanya membantu kalian karena sudah membantu kami juga."

"Kira!"

"Bagaimana Alice?!"

Ema dan Chors masuk ke dalam ruangan perdana menteri dengan wajah penuh keringat.

"Sangat jarang aku melihat ada orang berkeringat di wilayah Utara ini. Tidak perlu khawatir dengan teman kalian dengan beberapa penanganan dari kami, dia pasti akan segera sembuh."

"Syukurlah." Chors dan Ema menghela nafasnya dengan lega.

"Aku tahu kalian semua sedang kelelahan sebaiknya kalian beristirahat disini saja terlebih dahulu. Aku akan meminta pelayan untuk menyiapkan kamar untuk kalian. Beristirahatlah hingga teman kalian kembali pulih."