Berkat pertarungan tersebut Ema mendapatkan respeknya pada kelompoknya. Hanya saja tidak semua orang dapat menerima hasil tersebut. Banyak yang tidak menerima hasil tersebut karena menganggap Ema menyerang saat lawannya tidak siap. Selama Ema berjalan di depan dia dapat merasakan tatapan dari kelompoknya dari belakang.
{Tidak bisakah mereka untuk tidak menatapku sepeti itu?} Dahi Ema mulai berkerut rasanya dia ingin mencolok mata dari orang-orang di kelompoknya. Ema mencoba untuk meredam emosinya dan hanya menghela nafasnya. Dia berhenti berjalan dan berbalik ke belakang.
"Aku tahu dari kalian semua masih banyak yang tidak menerimaku menjadi pemimpin. Karena itu aku akan memberitahu kalian sekali lagi, jika ada yang tidak menerima maka maju sekarang." Akan tetapi setelah Ema yang berbicara tidak ada satupun yang maju. "Yang benar saja? Kemana mata kalian yang menatap ke arahku? Apa hilang begitu saja? Jangan bercanda! Majulah jika kau tidak terima aku!"
*blar. blar, blar*
Seisi gua menjadi hancur dan monster kelabang bermunculan dimana-mana. Kelompok Ema benar-benar terkepung oleh para monster. {Pertama aku harus manfaatkan kesempatan ini. Aku akan menyerang mereka dan menunjukan kemampuanku.} Ema mengeluarkan pisaunya dan membuat pedang pendek.
Ema langsung bergerak ke arah monster kelabang. Berkat serangan sebelumnya mereka berhasil menemukan kelemahan monster kelabang. Ema langsung mengincar pola garis yang ada di tubuh monster kelabang. Saat serangan Ema akan mengenai monster kelabang, dengan cepat monster kelabang dapat menghindarinya. Ema menjadi terkejut karena serangannya dapat dihindari.
"CIh menghadapi monster seperti ini saja tidak bisa." Petualang yang sebelumnya menantang Ema menjadi kesal. "Apa yang kalian tunggu?! Ayo kita serang, incar kelamahannya!"
Kelompok Ema langsung berlari untuk menyerang mosnter kelabang. Saat mereka mencoba menyerang pola garis monster kelabang, sama seperti Ema monster kelabang menghindari serangan mereka dengan mudah. Setelah menghindari serangan para petualang, monster kelabang menyerang petualang dan Ema secara bersamaan.
{Tidak ini sudah bukan aneh lagi!} Ema tampak menyadari sesuatu setelah dia terhempas oleh monster kelabang. {Mereka nampak seperti bergerak dengan terkooridinir! Mungkinkah ada yang mengendalikan mereka?!} Ema mencoba melihat disekitarnya untuk mencari tahu siapa yang mengendalikan monster kelabang.
Tidak lama tanah-tanah gua menjadi retak. Ema dan kelompoknya langsung berlari untuk menjauh dari retakan. Kumpulan monster kelabang berwarna merah muncul. Salah satu dari kelabang merah mempunyai kristal berwarna merah di atas kepalanya. Ema langsung mengingat kejadiannya saat di dungeon goblin.
"Kristal itu! Aku harus menghancurkan kristal itu dengan cepat." Ema berlari dan melompat ke udara dengan sihirnya.
Ema tidak tahu apa fungsi dari kristal tersebut, tapi dia sangat yakin kalau dia harus menghancurkan kristal tersebut. Saat Ema bergerak mendekati mosnter tersebut, kelabang merah lainnya langsung menyerang Ema. Ema berhasil menghindari serangan tersebut, tapi setelah dia menghindar kelabang lainnya menyerang.
"Aku tidak bisa mendekatinya jika seperti ini."
Para petualang yang terbaring mulai berdiri dengan perlahan. Setelah mendapatkan serangan dari monster kelabang para petualang menyadari kalau ada yang aneh dari monster kelabang. Monster kelabang merah kemudian menyemburkan cairan hijau ke arah Ema. {Cairan asam!}
Ema langsung melompat ke belakang untuk menghindari cairan asam. Cairan asam itu membuat tanah menjadi meleleh. Para petualang yang melihat menjadi ketakutan dan juga terkejut ketika melihat cairan asam tersebut.
"Seperti yang aku duga, jika begini aku tidak akan pernah bisa mendekatinya." Ema kemudian melihat ke arah kelompoknya. "Aku harus bekerja sama dengan mereka."
Ema berlari ke arah kelompoknya, kelabang merah tidak membiarkan Ema lari darinya begitu saja. Dia menyerang Ema dengan terus menerus dengan cairan asam miliknya. Karena melihat Ema datang bersama dengan cairan asam di belakangnya, kelompok Ema berlari menjauhi Ema.
"Bajingan-bajingan ini kenapa mereka lari dariku?!" Ema menatap dengan kesal.
Ema kemudian menggunakan sihirnya untuk mengejar kelompoknya. Hanya dalam beberapa langkah saja Ema dapat menyusul kelompoknya. Karena Ema tiba-tiba muncul membuat semuanya terkejut. Beberapa dari mereka juga menjadi ketakutan karena tatapan Ema yang tajam.
"Kenapa kau menghalangi kami?"
"Seharusnya aku yang bertanya pada kalian semua. Kenapa kalian lari dariku?!" Ema bertanya dengan kesal.
"Bagaimana mungkin kami tidak lari, kau sendiri mendekati kami dengan cairan aneh itu?" Petualang tersebut menunjuk ke arah monster kelabang.
Semua orang menjadi terkejut ketika melihat ke arah monster kelabang. Monster kelabang berhenti mengejar Ema dan hanya diam di tempat mereka. Mereka menyadari kalau ada yang aneh dari monster itu.
"Apakah kalian juga merasa aneh?" Ema bertanya pada kelompoknya.
"Mereka tidak bergerak dari tempat mereka."
"Sepertinya kau menyadarinya, tapi aku akan memastikannya sekali lagi." Ema berlari mendekati monster kelabang.
{Aku tidak bisa hanya berlari mendekati mereka lalu kembali begitu saja. Aku akan mencoba memancing amarah mereka.} Ema melihat celah pada kelabang merah yang memiliki kristal merah. Ema menggunakan [Wind Slash] untuk menyerang kristal merah. Tapi monster kelabang lain langsung menggunakan tubuhnya untuk melindungi kristal merah.
"Aku sudah tahu itu tidak akan berhasil tapi aku tetap saja kecewa."
Kelabang merah kemudian mulai menembakan cairan asam ke arah Ema. Ema menghindari serangan tersebut dan pergi ke atas udara. Ema mencoba mencari celah dengan terus bergerak di udara. Sambil menghindari cairan asam Ema terus menyerang tapi satupun serangan Ema tidak mengenai kristal merah.
Kelompok Ema akhirnya dapat melihat kehebatan Ema. Mereka tidak menyangka kalau Ema dapat bergerak dengan cepat dan juga seleluasa itu di atas udara. {Sepertinya ini sudah cukup aku tidak boleh terlalu membuang banyak manaku.} Ema kembali ke arah kelompoknya, dia melihat ke arah belakang. Seperti yang mereka kira monster kelabang tidak mengikutinya.
"Baguslah jika seperti ini kita punya keuntungan untuk melawan mereka."
"Apa maksudmu?" Petualang tidak mengerti dengan apa yang Ema katakan. "Untuk apa kita kalahkan mereka? Lebih baik kita kembali saja. Mereka juga bahkan tidak akan bergerak dari tempat mereka."
"Apa yang kau katakan tidak sepenuhnya salah, tapi kita tidak tahu mereka dapat bergerak atau tidak. Seandainya kita kembali dan mereka dapat bergerak maka sama saja kita semua akan mati."
"Kalau begitu apa yang harus kita lakukan sekarang?"
"Aku ingin kalian mengulur waktu untukku. Aku akan memakai sihir yang cukup untuk menghancurkan mereka."
"Apa maksudmu kau bisa mengalahkan mereka semua?"
"Aku akan mengalahkan mereka, karena itu tolong berikan aku waktu untuk menyiapkan sihirku."
Petualang tersebut sebenarnya tidak ingin setuju dengan Ema, tapi setelah memikirkannya. Dia menyadari dia tidak ada pilihan lain selain membantu Ema.
"Berapa lama kami harus mengulur waktu?" Ema langsung menunjukan senyumnya.
"Beri aku lima menit saja."
"Saja? Kau pikir mudah mengulur waktu lima menit?!"
"Aku tidak pernah mengatakannya mudah, karena itu aku minta tolong pada kalian tahan sampai lima menit saja." Tatapan Ema membuat semua orang tidak dapat menolaknya.
"Baiklah, baiklah tapi jika keadaannya memang tidak memungkinkan kami akan mundur."
"Oke."
Ema dan kelompoknya langsung berlari ke arah monster kelabang. Ema mengambil posisi untuk membuat jarak dengan monster kelabang. Sedangkan para petualang berlari melewati Ema. Para petualang yang hebat degan sihirnya memberikan bantuan dari bekalang. Sedangkan petualang yang terbiasa dengan pertarungan jarak dekat langsung berlari ke arah kelabang.
Para petualang langsung mengincar pola bergaris pada tubuh kelabang. Hanya saja para kelabang saling melindungi satu sama lain. Hal ini membuat mereka kesulitan untuk menghabisinya. Bahkan beberapa petualang hampir terkena serangan langsung oleh monster kelabang. Tapi berkat bantuan sihir dari belakang, monster kelabang tidak dapat menyerang mereka dengan mudah.
{Kami tidak bisa terus seperti ini. Para kelabang ini mampu bekerja sama dengan sangat baik.} Petualang tersebut kemudian melihat Ema, Ema masih sangat jelas masih mempersiapkan sihirnya. Dia menjadi kesal dan juga bingung dengan apa yang harus dia lakukan. Jika monster kelabang tidak bekerja sama dengan baik, dia sangat yakin dapat meminta untuk setiap orang menangani satu kelabang. Tapi dengan kemampuan kelabang yang sekarang mereka tidak dapat memisahkan diri mereka, mereka harus terus bersatu untuk menjaga satu sama lain.
"Berapa lama lagi kami harus bertarung?!"
"Sebentar lagi!"
"Kenapa ini begitu lama ya?" Dia berlari ke depan.
Petualang tersebut berlari mencoba untuk menyerang kelabang. Kelabang tersebut baru saja menyerang petualang lain, karena itu dia memanfaatkan kesempatan tersebut. Dia mencoba menghabisi kelabang itu, tapi kelabang lain datang dan menyerang petualang. Dengan cepat dia langsung melihat ke samping dan menghindari serangan kelabang. Dia langsung berlari untuk menyerang pola garis pada tubuh kelabang.
"Bagus, akhirnya aku menemukan cara yang tepat."
"SEMUANYA MUNDUR SEJAUH YANG KALIAN BISA!" Tepat pada saat yang sama Ema berteriak dengan kencang.
Para petualang berlari dengan sekencang mungkin untuk ke belakang Ema. Kelabang tidak membiarkan mereka lari begitu saja, mereka menembakkan cairan asam ke arah para petualang. {Tahan, aku harus menunggu sampai mereka semua di belakangku.} Begitu orang terakhir melewati Ema, Ema langsung mengeluarkan sihirnya.
"[Tempest]!"
Lima angin topan langsung muncul begitu saja. Angin topat itu begitu kuat hingga dapat mengangkat monster kelabang. Karena angin topan yang begitu kencang membuat gua menjadi terguncang. Karena gua berguncang dengan begitu kuat, membuat Ema menjadi khawatir. {Aku harap gua ini tidak runtuh. Aku sudah menahan kekuatanku agar tidak berguncang.}
Angin topan Ema menyayat tubuh monster kelabang. Kelompok Ema begitu terkejut dengan kekuatan sihir yang Ema miliki. Melihat sihirnya Ema sangat yakin kalau dia berhasil menghabisi monster kelabang, tapi dia tidak yakin dengan kawanan kelabang merah. Begitu sihir Ema berakhir gua menjadi penuh dengan debu. Semua orang tidak dapat melihat apa yang ada di depan mereka.
Begitu debu menipis, siluet dari tubuh kelabang dapat terlihat. Ema terkejut dengan apa yang dia lihat. Ema langsung pergi ke arah kelabang merah. Begitu Ema mendekati kelabang merah, dia terkejut melihat kelabang merah lainnya. {Aku tahu kalau mereka dapat bekerja sama tapi aku tidak menyangka kalau mereka akan melindungi kelabang dengan bola kristal sejauh ini.}
Ema melihat tubuh kawanan kelabang merah tergeletak di sekitar kelabang kristal merah. Ema juga dapat melihat kalau sihirnya tidak menghabisi kelabang dengan suutuhnya.
"SEMUANYA HABISI KELABANG-KELABANG ITU!"
Para petualang kembali mendekati para kelabang untuk menghabisinya. Berkat sihir Ema membuat semua berjalan dengan begitu mudah. Kelabang merah menyemburkan cairan asam ke arah Ema, tapi dengan hanya dia yang tersisa membuat Ema dapat mengindarinya dengan mudah. Ema menggunakan [Wind Slash]nya untuk menyerang kristal yang ada di kepalanya.
Begitu kristal di kepalanya menjadi retak, kelabang nampak kesakitan. Ema mengeluarkan pisaunya dan membuatnya menjadi pedang pendek. Dengan mudah Ema berhasil memotong kristal menjadi dua. Begitu kristal hancur tubuh kelabang menjadi berkerut dan mengeluarkan darah. Ema kemudian kembali bergabung dengan kelompoknya.
"Apa kalian tidak apa-apa?"
"Maafkan kami." Semua orang di kelompoknya membungkuk pada Ema.
"Apa? Apa yang kalian lakukan?"
"Kami bersikap kurang aja padamu padahal kau ternyata sekuat ini."
"Tidak perlu memikirkannya, daripada itu aku lebih khawatir dengan kelompok lainnya."