Chereads / Demon Become Hero / Chapter 191 - Chapter 191

Chapter 191 - Chapter 191

Sejak hari menjadi pagi Kira dan teman-temannya langsung berjalan menuju guild petualang. Namun kejadian kemarin tidak bisa dilupakan Kira. Dia berjalan sambil melihat ke istana dengan tatapan yang serius. {Sebenarnya dimana dia?} Kira terus mencoba mencari dimana orang yang mengawasinya saat dia mencoba mendekati istana. Tentu teman-teman Kira menyadari kalau Kira sedang tidak fokus.

"Ada apa Kira?" Chors bertanya sambil memegang bahu Kira.

"Tidak ada apa-apa." Karena Kira tidak ingin membuat teman-temannya terbebani Kira mencoba untuk tidak membahasnya. "Ayo kita segera pergi ke guild." Kira mempecepat langkahnya.

Ketika mereka tiba di guild petualang, staf sudah menyambut mereka dengan senyuman. Dengan senyuman yang mereka dapatkan membuat mereka menyadari kalau mereka akan mendapatkan kabar baik. Staf guild langsung membawa mereka ke ruangan guildmaster. Guild masterpun nampak sudah menunggu mereka.

"Selamat kami sudah mendapatkan kabar dari kerajaan. Mereka mengatakan akan menerima kalian dan kalian semua akan dijadikan pemimpin dungeon."

"Benarkah? Apa kerajaan memang sebaik ini?"

"Sepertinya ini bisa terjadi karena peringkat kalian. Jika kalian bukan peringkat A mungkin saja kalian tidak akan diterima."

"Lalu apa yang harus kami lakukan sekarang?"

"Sekarang kalian bisa langsung pergi ke istana." Guildmaster menyerahkan sebuah kertas. "Serahkanlah surat ini pada penjaga istana."

"Baiklah, kami akan segera pergi." Kira bangun dari sofa dan berjalan ke pintu. "Terima kasih karena sudah membantu kami, aku pasti akan membalasnya."

"Tentu saja kau harus membalasnya."

Sesuai dengan arahan guildmaster mereka langsung berjalan menuju istana. Ketika mereka sedang berjalan mereka melihat ada banyak petualang yang juga mengarah ke istana. Melihat ini nampaknya mereka akan berkumpul dengan petualang lain. Karena hal ini membuat Ema terpikirkan satu hal.

"Hei Kira kita akan ke istana bukan?"

"Ya memangnya kenapa?"

"Bagaimana jika kita mencoba untuk menyusup ke istana?" Mendengar Ema membuat Kira langsung terkejut.

"Ema benar, kita dapat memanfaatkan kesempatan ini."

"Tidak, kita tidak dapat melakukanya menyusup istana pasti akan sangat sulit."

"Ayolah kita bahkan belum mencobanya." Ema bersikeras untuk membujuk Kira.

"Sebenarnya aku tidak ingin membicarakan ini tapi kalian tidak memberiku pilihan." Kira kemudain menjelaskan apa yang dia rasakan semalam.

"Apa kau menyusup ke istana sendiri?!" Tentu Ema sangat marah.

"Kemarin aku merasa sepertinya adalah kesempatan yang bagus tapi sepertinya aku terlalu gegabah."

"Bagaimana bisa kau begitu ceroboh seperti itu."

"Kau tidak perlu khawatir dengan Kira Ema. Dia adalah yang terkuat diantara kita semua. Dibandingkan Kira yang mencoba menyusup bukankah lebih menarik dengan Kira yang merasa diawasi?"

"Kau benar jika seperti apa yang Kira ceritakan bukankah dia terasa seperti bisa mengawasi seluruh istana."

"Karena itulah sejak pagi aku mencoba untuk melihat ke arah istana. Tapi tetap saja aku tidak menemukan tempat yang tampak bisa melihat kesuluruhan istana."

"Kalau begitu bagaimana jika kita memakai kesempatan ini untuk menyusup istana?" Chors memberikan usulan pada teman-temannya.

"Yah sepertinya kita bisa mencoba memanfaatkan kesempatan ini."

"Aku yang akan menyusup." Ema menawarkan dirinya.

"Tidak itu terlalu berbahaya." Kira menolaknya dengan tegas.

"Kira kau juga harus mengandalkanku jangan hanya melakukan ini sendiri. Sejak awal kita kemari sebagai party jadi kita harus bekerja sama."

"Baiklah jika kau bersikeras, kau pasti sudah mempunyai rencana bukan?"

"Tentu saja sudah."

Ema kemudian memberitahu rencana yang ada di kepalanya. Semua hanya mendengarkan dan tidak memotong Ema sedikitpun.

"Bagaimana?"

"Yah sepertinya itu tidak buruk." Chors nampak setuju dengan rencana Ema.

"Kalau begitu kita sekarang ke istana."

Kira berjalan memimpin untuk pergi ke istana. Ketika mereka sampai di istana gerbang istana sudah dijaga oleh beberapa penjaga. Petualang-petualang yang datang tampak menyerahkan surat milik mereka. Kira langsung mengikuti apa yang dilakukan petualang lain. Dia memberikan surat yang diberikan guildmaster.

Ketika para penjaga membaca surat yang diberikan Kira mereka nampak terkejut. Penjaga yang membawa surat Kira berlari masuk ke dalam istana. Setelah masuk ke dalam istana beberapa saat dia kembali sambil berlari.

"Tolong ikuti saya tuan."

Penjaga itu kemudian menuntun Kira untuk masuk ke istana. Karena mendapatkan perlakuan yang berbeda membuat Kira dan teman-temannya menjadi sorot perhatian orang-orang. Petualang lain hanya berjalan sendiri masuk ke dalam istana, selain itu Kira dan partynya juga tidak dibiarkan menunggu di halaman istana. Mereka dibawa ke dalam istana langsung.

Mereka sedikit kebingungan dengan apa yang dilakukan penjaga istana. Akan tetapi mereka mengingat kalau mereka akan dijadikan pemimpin pembersihan dungeon. Karena itu mereka mencoba untuk mengikuti kemana penjaga istana membawa mereka. Penjaga istana menuntun mereka ke sebuah pintu.

"Tolong masuklah ke dalam jenderal menunggu kalian."

{Jenderal?!} Semua terkejut begitu mendengar kata jenderal, tapi mereka mencoba untuk menutupinya. Kira kecewa karena dia hanya bertemu dengan jenderal. Pada awalnya Kira menduga akan bertemu dengan perdana menteri. Namun mereka hanya bisa mengikuti apa yang dikatakan saja.

Mereka berjalan masuk ke dalam, di dalam sudah ada seorang jenderal yang menunggu mereka. Jenderal mempunyai tubuh yang cukup besar, namun tidak sebesar Agust. Ketika Kira dan jenderal saling bertatapan, Kira dapat merasakan kalau jenderal adalah orang yang kuat. Setidaknya kekuatan jenderal setara dengan jenderal Kardia.

"Selamat datang aku sudah menunggu kalian. Aku sangat penasaran dengan party yang berisi dua orang petualang dengan peringkat A, duduklah."

"Terima kasih, jadi kenapa anda memanggil kami?" Kira bertanya sambil duduk di sofa.

"Aku hanya ingin bertemu dengan kalian, sebenarnya aku cukup khawatir karena menjadikan orang-orang yang tidak pernah aku temui sebagai pemimpin pembersihan dungeon."

"Tidak perlu khawatir kami akan pastikan pembersihan dungeon berjalan dengan lancar."

"Aku harap begitu, setidaknya kalian berdua pasti dapat memimpin kelompok dengan baik." Jenderal berbicara sambil melihat ke arah Chors dan Kira. "Tapi sebenarnya aku tidak yakin dengan kedua orang itu?"

"Apa maksud anda?" Kira sedikit kebingungan dengan kalimat jenderal.

"Aku tidak yakin dengan kemampuan mereka berdua untuk memimpin karena mereka hanya peringkat B dan juga C."

"Apa maksud anda tuan? Hanya karena peringkat kami lebih rendah bukan berarti kami lebih lemah." Ema menjadi kesal karena kalimat jenderal. "Seperti yang anda lihat sendiri kami masih ada di party ini sudah pasti kami mempunyai kemampuan."

"Yang kau katakan itu tidak ada salahnya tapi bukan berarti itu benar. Banyak petualang yang aku temui mereka masih di dalam party yang kuat bukan karena kemampuan mereka. Tapi karena mereka sudah bergabung dengan party itu sejak awal, hal itu membuat mereka tidak bisa dikeluarkan mereka bisa beralasan kalau mereka adalah yang membuat party bisa ada. Nyatanya mereka hanyalah penghambat party untuk berkembang. Juga jika kau berbicara seperti itu kenapa kau masih belum peringkat A? Akan aku beritahu satu hal padamu dunia hanya menginginkan hasil. Dunia tidak peduli dengan proses yang kau lalui, dunia hanya membutuhkan hasil."

"Tunggu apa maksud anda kami akan memimpin lebih dari satu kelompok?" Kira bertanya pada jenderal.

"Lebih tepatnya setiap orang dari kalian akan memimpin kelompok yang berbeda-beda. Aku melakukan ini karena ingin menghemat waktu. Semakin cepat dungeon dibersihkan maka semakin cepat kami bisa menambang batu mana. Pendapat kerajaan Azure sebagian besar berasal dari batu mana jika kami terlambat maka akan membuat rakyat dan kerajaan menjadi menderita."

Sejak berpendapat dengan jenderal membuat Ema kesal, namun dia hanya bisa diam saja. Ema menyadari kalau apa yang jenderal katakan tidak sepenuhnya salah. Hal itu membuat Ema menjadi semakin kesal.{Akan aku tunjukan hasilku pada dunia!}

"Maaf memotong pembicaraan anda, bisakah anda memberitahu dimana toilet?"

"Keluarlah dan bicara pada penjaga diluar, dia akan mengantarmu."

"Terima kasih." Ema berjalan keluar dari ruangan jenderal, tepat di depan pintu sudah ada pengawal yang menjaga ruangan jenderal. "Bisakah mengantarkan aku ke toilet?"

"Ikuti saya."

Ketika Ema mengikuti pengawal dia melihat istana dengan seksama. Ema mencoba untuk menghafal apa yang dia lihat. Baik dari letak jendela dan juga apa yang ada diluar jendela. Ema mencoba membuat skema istana di dalam otaknya. {Istana ini cukup banyak jendela, seharusnya aku dapat memanfaatkannya.}

"Sebelah sini." Pengawal menunjukan toilet pada Ema.

"Terima kasih." Ema berjalan masuk ke dalam toilet.

Ketika Ema masuk ke dalam toilet dia juga melihatnya dengan seksama. Ema hanya menemukan satu jalan keluar dan itu adalah jendela. Dia kemudian berjalan mendekati pintu dan menempelkan telinganya pada pintu. Ema mencoba mendengarkan diluar, tapi dia tidak yakin karena terlalu hening.

"Aku tidak bisa menunggu terlalu lama juga." Ema memutuskan mendekati jendela. "Bagus ini sudah cukup sepi." Ema melompat keluar dan naik ke atas dengan sihirnya.

Pada awalnya Ema berniat untuk menyusup istana ketika pembersihan dungeon selesai. Hanya saja kata-kata jenderal membuatnya menjadi panas. Dia menjadi ingin menunjukan bahwa dia adalah orang yang hebat juga. Ema yang awalnya harusnya hanya mengobservasi istana menjadi menyusup istana karena jenderal.

Setelah berada diatas Ema berniat untuk melihat ke bangunan lainnya. Ketika dia hendak menggunakan sihirnya. Ema langsung merasakan sebuah tekanan yang datang entah darimana. {Ini bukanlah hanya sekedar diawasi tapi ini adalah niat membunuh!} Ema menjadi kesulitan bernafas dan juga kesulitan berdiri.

"A-Aku tidak bisa terlalu lama di tempat ini." Dengan merangkak Ema mencoba untuk turun kembali ke toilet.

Karena Ema tidak dapat bergerak dengan leluasa dia membuat tubuhnya terjatuh dengan kedua tangan yang terangkat keatas. Ketika dia menjatuhkan tubuhnya dia langsung memegang jendela dengan kedua tangannya. Dengan nafas yang sesak Ema mencoba untuk kembali ke toilet, dia membutuhkan banyak usaha untuk kembali ke toilet.

"Haah, haah." Ketika Ema di dalam toilet semua tekanan yang dan juga sesak yang dia rasakan menjadi hilang, pada saat itu juga wajah Ema menjadi pucat.

Ema berjalan keluar dari toilet dan penjaga mengantarnya kembali ke ruangan jenderal. Ketika Ema berjalan kembali ke ruangan jenderal dia menjadi waspada dengan segala hal. Ema juga menjadi takut karena dia merasa kalau dia benar-benar diawasi. Ema kembali masuk ke ruangan jenderal.

"Untungnya kau tidak lama, aku ingin membawa kalian ke tempat para petualang lain berkumpul. Tunggulah disini aku akan memakai armorku sebentar." Jenderal berjalan meninggalkan ruangannya.

Ketika Ema masuk ke ruangan, semua orang menyadari ada sesuatu yang terjadi pada Ema. Sorot mata yang Ema tunjukkan sangatlah berbeda dengan sebelumnya.

"Ema apa kau baik-baik saja?" Kira bertanya pada Ema.

"Aku baik-baik saja."

"Baiklah kalau begitu." Kira tidak ingin memaksa Ema untuk bercerita.