Chereads / Demon Become Hero / Chapter 187 - Chapter 187

Chapter 187 - Chapter 187

"Jadi kau mengatakan kita akan pergi ke wilayah Utara?" Tanya Ema pada Kira.

"Begitulah rencana Lucifer, jika tidak ada perubahan maka kita akan pergi."

"Aku setuju saja dengan rencananya tapi itu hanya terjadi jika hanya kita bertiga yang berangkat. Jika Alice ikut aku tidak akan setuju dengan rencana ini."

"Sejak awal aku tidak pernah memaksa kalian untuk ikut, kalau kalian tidak bersedia kalian cukup menunggu disini saja. Tapi kenapa kau tidak ingin Alice ikut?" Kira bertanya pada Ema.

"Wilayah Utara hanya berisi es dan salju saja aku takut Alice akan sakit jika terlalu lama disana."

"Yah aku setuju dengan apa yang kau katakan, ditambah hewan dan monster liar disana lebih agresif. Akan tetapi kau juga tidak bisa memutuskannya hanya sepihak saja, jika Alice memang setuju maka biarkanlah dia ikut."

"Aku setuju dengan Chors, kau boleh khawatir dengan Alice tapi tidak seharusnya kau mengaturnya sejauh itu. Kita cukup memberitahu kalau ini berbahaya untuk keputusan apa yang dia ambil maka biarkan dia yang memutuskannya."

"Baik-baik kita akan tanyakan keputusan Alice besok. Tapi sepertinya ini akan menjadi masalah yang berat. Pertama kita juga harus mengurus masalah batu mana kedua kita juga harus mencoba menyusup untuk mencari informasi."

"Kau benar, aku juga belum pernah ke kota wilayah Utara, bagaimana denganmu?"

"Aku hanya hidup di desa kecil saja dan tidak pernah sekalipun ke kota."

"Tidak perlu khawatir untuk masalah wilayah Utara, seharusnya Scuro dan Wine dapat memberikan informasi yang penting untuk kita. Sekarang lebih baik kalian kembali ke kamar masing-masing dan istirahat."

"Kalau begitu kami pergi." Chors dan Ema berjalan keluar dari kamar Kira.

Di istana Iblis Barat Wine sedang berjalan menuju ruangan Lucifer. Wine datang dan membuka ruangan Lucifer, Lucifer nampak kebingungan dengan kedatangan Wine. Wine menghela nafasnya di depan pintu, setelah menghela nafas dia berjalan masuk ke dalam.

"Ada apa? Kenapa kau kemari? Sepertinya aku tidak ada memanggilmu."

"Saya datang untuk membahas rapat tadi."

"Hmmm.... Kenapa kau tidak membicarakan saat rapat? Bukankah kau sudah setuju sebelumnya dengan keputusan rapat?"

"Jujur saya tadi yakin karena anda sangat yakin dengan keputusan anda sendiri, tapi seteleh memikirkan kembali sepertinya membuat saya menjadi ragu?"

"Ragu? Apa yang membuat ragu?"

"Mengingat Kira tidak hanya melakukan penyusupan tapi juga melakukan diskusi dagang kita tentu ini bukan hal yang mudah. Jika hanya melakukan penyusupan saja mungkin saya tidak akan begitu meragukannya."

"Kau benar, transaksi yang kita lakukan juga tidaklah sedikit."

"Kalau begitu apakah yang mulia akan membatalkan keputusan yang mulia?" Tampak jelas wajah Wine menjadi tersenyum berbinar-binar.

"Tidak, aku tidka merubah keputusanku."

"Tapi yang mulia!"

"Wine percaya saja padaku, kalau kau tidak yakin dengan kemampuan Kira dalam melakukan transaksi kau bisa mengajarinya. Kau juga lihat sendiri kalau Kira tidak sebodoh yang dulu."

"Mungkin mengajari Kira bagaimana cara melakukan transaksi memang memungkikan. Tapi masalah terbesarnya adalah kualitas barang yang akan dia dapatkan. Dia tidak tahu kualitas seperti apa yang akan dia dapatkan. Mereka perlu saya untuk menilai batu mana yang akan dijual."

"Memangnya bagaimana cara kau menilai kualitas batu mana?"

"Saya biasanya menilai berat dan juga banyaknya mana yang terkandung di dalam batu mana itu."

"Dan bagaimana cara kau mengetahui jumlah mana yang ada di dalamnya?"

"Saya biasanya mencoba melihat dengan mata mana milik saya."

"Kalau begitu sederhana saja, kau juga perlu mengajari Ema bagaimana cara untuk menilai kualitas batu mana."

"Itu..." Wine terdiam dan tidak dapat berkata apa-apa.

"Sederhana bukan? Berapa lama kira-kira kau membutuhkan waktu untuk mengajari mereka berdua?"

"Aku tidak tahu, tergantung seberapa cepat mereka dapat menangkap apa yang saya ajari."

"Apakah kau bisa mengajari mereka kurang dari satu minggu?"

"Saya tidak yakin, tapi kenapa harus kurang dari satu minggu?"

"Aku ingin mengirim mereka lebih awal dari rencana kita."

"Apa? Kenapa anda ingin melakukan itu?"

"Tentu saja aku ingin membuat elemen kejutan. Jika sejak awal wilayah Utara mengetahui kita akan datang dan mereka mempunyai sesuatu yang mencurigakan maka bukankah mungkin saja untuk mereka menyembunyikannya. Tapi jika kita datang lebih awal tentu mereka tidak akan mengetahuinya."

"Tapi apa yang akan kita katakan pada mereka jika mereka menyadari kalau kita membawa Kira lebih awal dari surat yang kita kirim?"

"Kalau itu kita hanya perlu memikirkanya nanti saja. Sekarang kita hanya perlu mengirim mereka semua secepat mungkin. Besok pagi beritahu mereka semua untuk pergi ke istana."

"Baiklah." Wine sudah menyerah untuk berdebat dengan Lucifer dan hanya dapat mengikuti perintah Lucifer saja.

Begitu pagi tiba Kira dan teman-temannya langsung berangkat ke istana. Karena Lucifer memberitahu kalau ini berkaitan dengan masalah keberangkatan mereka ke wilayah Utara membuat mereka tidak punya banyak waktu untuk memikirkan Alice. Apapun yang Alice katakan itu akan menjadi keputusan mereka, karena itu Alice sekarang bersama mereka. Mereka berangkat dengan waja yang tidak senang dan juga lesu.

"Bagaimana bisa mereka memanggil kita sepagi ini dan juga dengan sangat mendadak?"

"Aku juga tidak mengerti dengan Lucifer, seharusnya kita tidak mungkin dipanggil dalam waktu dekat. Tapi kenapa dia memanggil kita?"

"Hoaam... Apakah kita akan pergi ke wilayah Utara?" Alice bertanya sambil menguap.

"Tidak sekarang tapi kita pasti akan segera berangkat." Kira menjawab sambil tersenyum pada Alice.

"Yang jelas sepertinya hari ini bukanlah waktu kita untuk berangkat."

"Hah? Darimana kau bisa mengetahuinya?"

"Kita tidak ada diberikan mantel untuk bersiap ke wilayah Utara."

"Tapi bukankah bisa saja mereka baru menyiapkannya di istana?" Chors menjadi terdiam karena Ema.

"Yah apapun yang terjadi di istana kita akan tahu ketika kita sampai di istana."

Mereka akhirnya sampai di istana, Wine sudah berdiri menunggu mereka. Ketika kereta berhenti Wine segera berjalan mendekati pintu kereta. Dia membuka pintu kereta sambil melihat ke arah Kira dan Ema. Kira dan Ema tentu menjadi bingung, mereka berdua hanya melihat satu sama lain.

"Kalian berdua ikut denganku sekarang. Yang lainnya bisa lakukan apapun yang kalian inginkan." Wine berjalan ke arah pintu masuk istana. "Kenapa kalian diam saja? Cepat kemari?"

"B-Baik!" Kira dan Ema berlari turun dari kereta dan mengejar Wine.

Kira dan Ema yang tidak mengerti hanya berjalan mengikuti Wine dengan kebingungan. Mereka bingung dengan Wine yang nampak sangat terburu-buru. Tentu saja Kira menanyakan apa yang sebenarnya terjadi dengan rencana yang sudah dibuat di rapat.

"Kenapa kalian memanggil kami begitu cepat?"

"Ada perubahan rencana untuk kalian semua."

"Perubahan? Kenapa kalian tidak memberitahu lebih awal?"

"Aku dan yang mulia baru saja mengubah rencana ini tadi malam. Kami tidak ingin menganggu waktu istirahat kalian. Karena itulah kami memutuskan untuk memberitahu tadi pagi."

"Lalu apa perubahan rencananya?"

"Tidak banyak yang berubah, kami hanya akan mengirim kalian lebih awal saja."

"Kalau begitu kenapa tidak mengirim kami langsung ke wilayah Utara?"

"Tentu saja itu tidak bisa." Wine berhenti di sebuah pintu. "Karena kalian perlu mempelajari sesuatu terlebih dahulu sebelum kalian pergi." Wine kemudian membuka pintu ruangan dan berjalan masuk ke dalam.

Kira dan Ema masuk ke dalam. Mereka melihat banyak tumpukan kertas di meja dan juga di atas meja berisi sebuah kotak yang penuh dengan batu mana. Karena penasaran mereka berjalan mendekatinya. Mereka menjadi bingung kenapa ada begitu banyak batu mana.

"Apa kau ingin aku menyerap semua batu mana ini?"

"Tidak, batu mana itu milik Ema."

"Apa? Aku? Kenapa kalian memberiku begitu banyak batu mana?"

"Kami tidak memberimu, tapi aku ingin kau menilai semua batu mana."

"Apa menilai?"

"Benar pisahkan yang menurutmu kualitas terbaik dan juga buruk. Kualitas terbaik berada di kanan dan buruk di kiri. Sebelum matahari terbenam kau harus dapat memisahkan semuanya. Lalu aku juga ada tugas denganmu Kira."

"Tunggu, jangan bilang." Kira melihat ke arah Wine.

"Sepertinya kau sudah mengerti apa yang akan kau lakukan." Wine berbicara sambil mengangguk-anggukkan kepalanya. "Sekarang aku sudah menyiapkan dokumen yang berisi harga batu mana selama lima tahun kebelakang. Kau dapat melihat perubahan harganya, setelah kau dapat menganalisa semuanya jawablah pertanyaan yang aku buat. Sama seperti Ema selesaikan sebelum matahari terbenam."

"Kenapa kami harus mengerjakan ini semua?!" Ema berteriak karena mengeluh.

"Tentu kalian harus mengerjakan ini semua, kalian akan pergi ke wilayah Utara untuk membicarakan perdagangan kita. Aku tidak mau kalau kalian hingga menyebabkan kerugian untuk kerajaan. Karena itu aku menyiapkan ini semua untuk kalian." Wine kemudian berjalan keluar dari ruangan. "Sebaiknya kalian segera menyelesaikannya sebelum aku kembali." Wine menutup pintu ruangan.

Chors dan Alice karena tidak tahu harus melakukan apa. Mereka hanya berjalan mengelilingi taman istana seperti orang linglung. Ketika sedang berjalan merreka berpapasan dengan Affilia. Alice tentu sangat senang karena bertemu dengan Affilia, dia segera berlari menghampirinya.

"Guru!" Alice memeluk Affilia dengan kencang.

"Haha kenapa kau bisa ada disini." Saat Affilia mengusap kepala Alice, Chors berjalan menghampiri mereka.

"Halo." Chors menyapa sambil membungkukkan kepalanya dengan canggung.

"Begitu, karena kau ada disini pasti Alice juga akan ikut dengan kalian ke wilayah Utara."

"Benar Alice akan ikut bersama kami. Tapi karena Kira dan Ema masih punya urusan Alice bersamaku hingga urusan mereka berdua selesai." Saat sedang berbicara dengan Chors, Affilia menyadari kalau Chors memegang salah satu koleksi pedangnya.

"Kau apa kau tahu itu adalah pedangku?"

"Tidak, apa kau ingin dikembalikan?"

"Tidak, bukan begitu yang aku maksud. Semua koleksi pedangku adalah pedang yang berharga dan juga kuat. Tapi aku tidak tahu apakah kau adalah orang yang layak untuk menggunakan pedang itu. Karena mereka akan lama bagaimana kalau kalian latihan saja denganku? Aku sudah lama tidak berlatih bersama Alice." Alice kemudian melihat Chors dengan mata berbinar-binarnya.

"Tentu ayo kita latihan."

Chors dan Alice kemudian mengikuti Affilia untuk pergi ke tempat latihan.