Chereads / Demon Become Hero / Chapter 185 - Chapter 185

Chapter 185 - Chapter 185

Pada keesokan harinya semua sudah berkumpul di depan istana untuk kembali ke istana. Hanya saja mereka sedang menunggu Kira datang. Sejak tadi pagi Chors sudah mengetuk-ngetuk pintu Kira hanya saja Kira tidak bangun. Chors tidak ingin karena itu dia membiarkannya dan menunggu Kira untuk bangun dengan sendirinya.

"KIRA! Kenapa dia sangat lama?" Ema berteriak dengan kesal.

"Tunggu saja, aku yakin Kira akan segera bangun. Dia pasti sangat kelelahan."

"Aku tahu dia lelah tapi ini sudah satu jam kita menunggunya!" Ema berteriak dengan frustasi.

"Maaf karena aku lama."

Teman-teman Kira terkejut ketika berjalan keluar dari istana. Kira berjalan dengan tubuh yang dipenuhi dengan luka. Mereka kebingungan bagaimana bisa Kira bisa penuh dengan luka hanya dalam satu malam. Ditambah dengan kekuatan yang Kira miliki sekarang seharusnya tidak banyak yang bisa melawannya.

"Kira apa yang terjadi padamu?" Ema berlari ke arah Kira.

"Siapa yang melakukan ini padamu? Akan aku pastikan agar dia mendapatkan balasannya." Chors bertanya dengan tatapan yang tajam, tidak hanya Chors Alice juga menunjukan tatapan tajamnya.

"Haha tidak perlu seperti itu, aku akan menceritakan semuanya di perjalanan."

"Apa kau bisa berjalan? Jika tidak aku akan membantumu."

"Tentu saja bisa, luka ini bukanlah apa-apa." Kira berjalan dengan sendirinya dan masuk ke kereta.

Karena Kira sudah masuk ke kereta tentu teman-temannya juga ikut masuk ke dalam. Kusir kemudian langsung membawa kereta kuda keluar dari istana dan pergi menuju mansion Kira. Lucifer melihat ke arah kereta kuda Kira yang berjalan meninggalkan istana. Lucifer melihat dengan senyuman. {Jadilah lebih kuat Kira, kau harus melampauiku agar rencanaku dapat berjalan.}

Sepanjang perjalanan Kira menceritakan apa yang terjadi pada kemarin malam. Semua yang mendengar cerita Kira tentu menjadi kesal. Akan tetapi mereka juga tahu mereka tidak akan bisa melakukan apapun. Mereka semakin sadar akan gap yang mereka miliki dengan Kira sangatlah jauh.

"Sebenarnya apa yang Lucifer pikirkan kenapa juga dia harus bertarung denganmu!" Ema berbicara dengan kesal.

"Tidak perlu semarah itu sejak awal ini semua juga salahku. Jika aku tidak menyetujuinya aku pasti tidak akan terluka. Tapi jika aku juga tidak menyetujuinya aku pasti tidak akan tahu seberapa jauh aku sudah berkembang. Pada saat bertarung dengan Seth aku pikir aku sudah menjadi sangat kuat. Berkat Lucifer aku menjadi sadar bahwa aku masih sangat lemah. Jika aku bertarung dengan Raja Iblis Timur sekarang aku pasti akan kalah dengan telak."

Kalimat Kira membuat semua menjadi terdiam dan tidak dapat berkata apa-apa. Sepanjang perjalanan hingga mansion semua hanya diam tanpa berbicara sedikitpun. Ketika sampai di mansion kepala pelayan sudah menunggu bersama dengan para pelayan lainnya. Pelayan segera berjalan untuk membawa barang-barang Kira dan teman-temannya. Kira dan teman-temannya juga turun dari kereta kuda dan masuk ke dalam mansion.

"Kami sudah menyiapkan kamar untuk beristirahat. Jika anda lapar kami akan segera menyiapkan makanan."

"Aku tidak lapar, aku ingin beristirahat saja." Kira menolak tawaran kepala pelayan, begitu juga dengan teman-temannya.

Sejak kemarin Kira tidak bisa tidur dengan tenang, karena itu dia masih merasa sangat lelah. Tanpa berbicara dengan teman-temannya, Kira langsung berjalan menuju kamarnya. Begitu masuk ke dalam kamar, Kira dapat melihat kasur yang begitu nyaman. Dia segera melempar dirinya ke atas kasur.

"Bagaimanapun, rumah sendiri memanglah yang paling nyaman." Kira berbicara sambil melihat atap kamarnya, dia yang awalnya ingin beristirahat tiba-tiba saja kembali memikirkan pertarungan kemarin. "Bagaimana cara aku bisa lebih kuat? Sepertinya aku masih berlatih lebih lama lagi dengan master."

Kira terus memikirkan cara untuk cara menjadi kuat, namun dia tidak menemukan jawabannya dan terus mencari. Kira akhirnya tertidur karena berpikir terlalu keras. Dengan semua rasa lelah yang dia miliki, tentu Kira tertidur dengan lelap. Kira tertidur hingga hari menjadi sore. Kira terbangun ketika matahari segera terbenam, dia terbangun karena perutnya lapar.

Kira berjalan turun untuk meminta makanan, saat dia berjalan turun Kira menjadi kebingungan. Kira merasa kalau mansionnya sangatlah sepi. Dia tidak ada mendengar suara teman-temannya sedikitpun. Kira yang melihat kepala pelayan segera mendekatinya.

"Dimana yang lain kenapa kau tidak ada melihat mereka?"

"Mereka mengatakan akan kembali nanti malam."

"Kembali? Memangnya mereka kemana?"

"Mereka mengatakan akan melakukan latihan."

"Begitukah, terima kasih kalau begitu aku juga akan kembali nanti malam. Tolong siapkan makanan untuk kami semua."

"Baik, akan segera saya siapkan."

Kira berjalan keluar dari mansion dengan kesal. Dia ingin mencari teman-temannya hanya saja tentu akan sulit tanpa petunjuk apapun. Kira beruntung karena sudah mempelajari mana alam. Mana alam membantu Kira dapat merasakan sekitarnya dengan baik, berkat ini Kira dapat merasakan keberadaan teman-temannya.

"Apa mereka tidak tahu yang namanya istirahat?" Kira terbang ke udara. "Kebetulan mereka bertiga ada di tempat yang berbeda, aku perlu berbicara secara pribadi dengan mereka." Kira terbang ke arah mana terdekat.

Kira dari kejauhan dapat melihat satu persatu pohon menjadi tumbang. Kira menjadi bertanya-tanya siapakah yang akan dia temui. Kira kemudian dapat melihat Alice di bawahnya sambil menebang pohon menggunkan pedangnya. Alice tidak hanya menebang pohon begitu saja, setiap satu pohon dia langsung memanggil pedang lainnya dan menggantinya.

"Sepertinya aku perlu melihat lebih dekat." Kira turun dengan perlahan-lahan ke tanah.

Kira duduk di atas salah satu pohon yang sudah Alice tebang. Ini adalah kali pertama Kira melihat kemampuan Alice secara langsung. {Aku tidak menyadarinya selama perang, tapi Alice mempunyai kemampuan yang menarik.} Alice merasa sudah bergerak terlalu jauh dari tempat awalnya, karena itu dia memutuskan untuk kembali. Saat Alice berbalik dia terkejut karena melihat Kira, Alice langsung berlari untuk menghampiri Kira.

"Kenapa kau bisa ada disini Kira?"

"Aku mendengar dari kepala pelayan kalau kalian bertiga melakukan latihan, aku hanya ingin melihatnya saja. Kemarilah duduk disampingku, kau juga perlu istirahat." Tentu saja Alice dengan senang hati duduk disamping Kira. "Alice kenapa kau mau ikut denganku?"

"Tentu karena Kira sudah menyelamatkanku."

"Bukankah lebih baik kalau kau menunggu di mansion saja daripada ikut berperang seperti kemarin? Perang seperti kemarin terlalu berbahaya untukmu akan lebih aman jika kau di mansion."

"Tidak, aku akan tetap ikut dengan Kira kemanapun walau bahaya. Tanpa Kira Alice terkadang merasa tidak nyaman. Alice menyayangi Kira." Alice memeluk Kira dengan erat.

Kira terkejut karena Alice memeluknya, Kira sedikit bingung harus apa tapi dia kemudian memeluk Alice juga. Setelah memeluk cukup lama Alice akhirnya melepaskan pelukannya. Kira masih terdiam dengan kebingungan. Alice yang merasa sudah lama duduk akhirnya berdiri dan melanjutkan latihannya.

"Alice akan berlatih lagi."

"Haha benar lanjutkanlah jangan terlalu memaksakan dirimu." Kira juga berdiri. "Aku akan melihat yang lain kembalilah saat malam, aku sudah meminta untuk menyiapkan makanan." Kira terbang ke udara.

Tanpa pikir panjang Kira segera terbang menuju arah mana lainnya. Dari kejauhan dia dapat melihat hutan menjadi porak poranda. Pohon tidak seperti tumbang akan tetapi seperti dicopot dengan paksa. {Apakah ini mungkin ulah Chors?} Kira terkejut begitu dia mendekat, dia tidak menyangka kalau Emalah yang melakukannya.

Ini adalah kali pertama Kira melihat Ema menggunakan [Tornado]. Karena semakin penasaran Kira segera mendekat untuk melihat lebih jelas. Hanya dengan berada di dekatnya saja Kira dapat merasakan kalau tubuhnya seperti sedang ditarik ke dalam topan. Ema melakukan latihannya sambil menggunakan mata mananya. Karena mana Kira yang begitu kuat, mana Kira sampai ke depan Ema. Tentu Ema segera berbalik ketika melihat bentuk mana yang kuat.

"Kira?!" Ema berjalan mendekati Kira. "Kenapa kau bisa ada disini?"

"Kepala pelayan mengatakan kalau kalian melakukan latihan. Karena itu aku ingin memeriksanya. Saat perang kenapa kau tidak menggunakan sihir ini?"

"Mana yang aku pakai untuk sihir ini sangatlah banyak. Aku tidak yakin untuk menggunakannya selain itu aku juga perlu sedikit waktu untuk menyiapkannya."

"Begitukah?"

"Karena itulah aku latihan, aku ingin membuat sihir ini menjadi semakin efektif."

"Ema."

"Ya?" Ema menjawab dengan kebingungan.

"Kenapa kau mengikutiku? Bukankah lebih baik jika kau berhenti dari party ini? Jika kau tidak mengikutiku, kau tidak akan terlibat perang berbahaya seperti kemarin. Kau juga tidak perlu berlatih sekeras ini jika tidak bersamaku."

*plak*

Ema menampar Kira dengan sangat keras. Kira terkejut karena Ema menamparnya dengan begitu tiba-tiba. Ema menatap Kira dengan kesal, Kira menjadi semakin bingung karena Ema menatapnya seperti itu. Kira tidak dapat berkata apa-apa.

"Bagaimana bisa kau berbicara seperti itu denagn mudahnya?! Setelah semua yang kita lewati bersama kau memintaku untuk pergi?! Apa kau mengusirku karena aku tidak berguna?"

"Tidak, bukan itu maksudku." Kira menjawab dengan wajah yang panik. "Aku tidak ingin kau terluka!" Kira berbicara sambil berteriak dan membuat Ema terdiam. "Semakin lama kau bersamaku maka kau akan dalam bahaya. Aku hanya membuat kalian semua terlibat dengan masalah."

"Kira, kau harus tahu aku bersamamu hingga saat ini aku tidak pernahpun merasa terpaksa. Jika aku memang ingin pergi maka aku pasti sudah menghilang sejak dua tahun yang lalu! Tapi lihatlah sekarang aku tidak pergi kemanapun. Party ini sudah bukanlah sekedar party bagiku, tapi ini adalah keluargaku juga. Aku tidak mungkin meninggalkan keluargaku Kira.." Kira terdiam dan tidak bisa berkata apa-apa.

"Jangan terlalu memaksankan dirimu." Kira terbang ke udara dan meninggalkan Ema begitu saja.

Kira terbang dengan tatapan yang kosong, dia begitu memikirkan kata-kata Ema. {Haruskah aku berhenti mengatakan ini?} Kira kemudian menggeleng-gelengkan kepalanya. {Tidak aku harus mengatakannya, diantara kami berempat Chorslah orang yang paling menderita.} Tanpa harus merasakan mana Chors, Kira dapat melihat tempat Chors berlatih. Dia dapat melihat beberapa bagian hutan menjadi beku akan es. Kira mendarat tepat di belakang Chors.

"Apa kau ingin mengubah hutan ini menjadi es?"

"?!" Chors terkejut dan berbalik. "Kira kenapa kau kemari?"

"Kepala pelayan mengatakan kalian semua sedang latihan, aku hanya penasaran dengan latihan kalian?" Kira berjalan mendekati Chors. "Jadi apa kau akan membuat seluruh hutan ini menjadi es?"

"Tentu saja tidak, bahkan jika aku ingin aku juga tidak akan sanggup."

"Apakah kau tidak lelah?"

"Tentu saja aku lelah aku baru saja latihan."

"Tidak yang aku maksud apakah kau tidak lelah bersamaku?"

"Kenapa kau tiba-tiba menanyakan ini?"

"Aku hanya merasa membawa kalian semua ke masalah saja."

"Kira aku tidak tahu apa yang kau pikirkan tapi sebaiknya kau hilangkan pikiran itu. Atau jangan-jangan kau mengkasiani diriku karena ini?" Chors melihat ke tangan kanannya.

"Tidak bukan begitu...." Kira terdiam. "Tapi aku tidak mungkin berbohong dan mengatakan kalau aku tidak merasa bersalah. Kau kehilangan tanganmu karena kau menyelamatkanku. Aku tidak tahu apa yang akan menanti kalian semua kedepannya. Karena itu aku pikir lebih baik jika kalian semua berhenti saja, sebelum ada yang kehilangan nyawa kalian."

"Sepertinya kau sudah berbicara dengan yang lain. Tapi Kira asal kau tahu aku merasa senang karena mengorbankan diriku untukmu. Jika aku berhenti sekarang dengan kondisi yang aku miliki sekarang memangnya aku bisa apa?" Kira diam dan tidak menjawab. "Bagiku kau bukanlah sekedar pemimpin party saja tapi kau juga sudah menjadi alasanku berada disini. Kalau kau bertanya kenapa aku melakukan sejauh ini aku juga tidak tahu. Hanya saja aku merasa kalau aku mengikutimu adalah hal yang benar. Sekarang sudah malam bagaimana jika kita kembali saja."

"Kau kembalilah terlebih dahulu, aku ingin disini sebentar."

"Baiklah." Chors melangkah meninggalkan Kira.

Kira hanya menatap ke atas langit dengan kebingungan. Dia tidak mengerti dengan apa yang dia rasakan. Kira merasa senang dan juga kesal disaat yang bersamaan. Dia semakin tidak mengerti dengan perasaanya sendiri.

"Aku senang karena mereka semua tetap bersamaku. Tapi aku kesal karena mereka akan berada dalam bahaya. Aku harus menjadi lebih kuat hingga mereka tidak perlu melakukan apapun."