Kira dan teman-temannya tiba di wilayah Iblis Barat. Karena perjalanan yang panjang membuat mereka kelelahan dan tertidur di dalam kereta kuda. Setelah berjalan cukup lama kereta kudapun berhenti. Kira yang sudah tertidurpun menjadi terbangun, Kira kemudian membuka tirai yang ada di jendela kereta.
Saat Kira membuka tirai dia menjadi kebingungan. Apa yang dia lihat bukanlah mansion miliknya yang berada di tengah hutan. Kira malah melihat istana Iblis Barat, Kira yang tidak yakin dengan apa yang dia lihat membuka tirai lainnya. Kira melihat taman istana di tirai lainnya. Karena Kira yang tidak bisa diam membuat semua orang yang ada di dalam menjadi terbangun.
"Ada apa? Kenapa kau tidak bisa diam?" Ema berbicara sambil mengusap-usap matanya.
"Sepertinya kusir kereta ini salah dengan tujuannya, dia tidak mengantarkan kita ke mansion. Dia malah membawa kita ke istana."
"Apa? Benarkah? Jadi kita belum pulang?"
"Kira benar." Chors berbicara sambil membuka tirai. "Tidak salah lagi ini memang istana."
"Aku akan turun dan berbicara langsung dengan kusir kereta." Kira membuka pintu kereta dan turun dari kereta. "Bisa-bisanya dia membawa kita ke tempat yang salah."
"Tidak, dia membawa kalian ke tempat yang benar."
Kira mendengar suara yang tidak asing di depannya. Kira yang menoleh ke belakangpun melihat ke depan. Kira melihat Wine berdiri di depannya bersama beberapa pelayan di belakangnya. Melihat adanya Wine membuat semua orang turun dari kereta.
"Haha kalian bahkan turun sebelum aku menyuruh kalian. Kalau begitu kalian ikutlah denganku, jika kalian membawa barang biarkan para pelayan yang membawanya."
Wine membawa Kira ke dalam istana, semua kebingungan dengan apa yang akan mereka lakukan. Sejak mereka berjalan di istana Kira terus memikirkan apa yang sebenarnya akan terjadi. {Kenapa mereka membawa kami semua ke istana? Lucifer tidak ada memberitahu apapun padaku.} Wine berhenti di lorong yang berisi banyak ruangan.
"Baiklah sekarang kalian dapat beristirahat disini dan Kira sekarang kau ikuti aku."
"Apa? Kenapa hanya Kira saja?"
"Kira harus memberikan laporan pada yang mulia. Kalian dapat beristirahat saja disini, lagi pula kami perlu membahas masalah penting."
"Tunggu kenapa kami tidak ikut?"
"Hentikan Ema, sejak awal kita berada di bawah Kira sudah sewajarnya hanya Kira yang dipanggil."
"Baiklah, sepertinya aku tidak perlu menjelaskan lebih jauh lagi. Sekarang ayo kita pergi Kira." Wine dan Kira berjalan meninggalkan mereka bertiga.
"Kenapa mereka hanya memanggil Kira saja ya?"
"Kita hanya akan tahu jika Kira sudah menceritakannya besok. Sekarang lebih baik kita beristirahat saja. Alice juga tampak sudah lelah."
Wine dan Kira berjalan menuju ruangan Lucifer. Sepanjang perjalanan Kira nampak dengan jelas menatap Wine dengan penuh kecerugiaan. Hal ini membuat Wine merasa tidak nyaman dengan tatapan Kira. Diapun berhenti berjalan dan berbalik ke arah Kira.
"Sepertinya kau tidak perlu menatapku seperti itu. Tidak perlu terlalu curiga kami tidak mungkin akan mencelakai kalian semua. Mau bagaimanapun kalian sudah menjadi bagian dari kami."
"Haah... Baiklah maafkan aku, aku hanya bingung dengan kalian yang tiba-tiba membawa kami kemari."
"Baguslah." Wine kembali berjalan. "Memang kenapa kau sampai bingung seperti itu sudah sewajarnya kau melaporkan misimu."
"Bukankah aku sudah melaporkannya dengan surat dan juga memangnya ada hal penting apa yang harus kita bahas?"
"Tentu saja Iblis Timur."
"Iblis Timur?!"
"Sepertinya kau sudah mengerti, sekarang masuklah." Wine membuka pintu ruangan Lucifer.
Lucifer tampak sudah menunggu kedatangan Kira. Dia bangun dari kursinya dan berjalan mendekati teko teh yang ada di ruangannya. Tanpa meminta izin Kira langsung duduk di sofa. Lucifer datang dengan membawa dua cangkir teh. Setelah meletakkan teh pada Kira, Lucifer segera duduk.
"Bagaimana perjalananmu kemari? Aku mendengar tentang kau membuat masalah di Kardia." Lucifer yang mengingat bagaimana isi surat itu membuatnya tertawa lagi. "Hahaha!" Lucifer sampai meneteskan air mata karena mengingatnya. "Kau tidak perlu khawatir dengan apa yang kau lakukan di Kardia. Sejak awal hubungan kita dengan Kardia memanglah tidak baik hanya dengan menambah satu masalah seperti ini tidak akan merubah apa-apa." Kira terkejut karena Lucifer tidak mempermasalahkan apa yang sudah dia perbuat.
"Jika bukan karena itu kenapa kau memanggilku kemari?"
"Aku ingin membahas tentang perang yang baru saja kau lalui? Apakah kau tidak merasa ada yang aneh dengan perang ini?"
"Hmm.... Jika kau bertanya seperti itu aku masih tidak mengerti kenapa perang ini bisa terjadi." Wine terkejut dengan Kira yang dapat berpikir hal yang sama. "Jika dia memang mencariku seharusnya dia tidak pergi ke Kardia melainkan langsung kemari."
"Hahaha seperti yang diharapkan dari pak tua itu dia memang melatihmu dengan baik. Sepertinya kau juga merasa ada yang janggal dengan perang ini. Jujur saja aku masih tidak tahu apa tujuan Iblis Timur, jika menggunakan perang ini sebagai pengalih perhatian maka apa yang mereka lakukan selama perhatian kita semua teralihkan. Tidakkah kau menemukan sesuatu yang aneh disana?"
"Tidak kami tidak menemukan apapun, sebelum aku datang Chors mengatakan mereka sudah menyusuri tempat perang dan tidak menemukan ada yang janggal."
"Bagaimana menurutmu Wine?"
"Hmm jika anda bertanya pada saya tentu saya juga bingung. Tapi kita menemukan jawaban yang sedikit lebih jelas. Kemungkinan besar Kardia bukanlah tujuan dari Iblis Timur."
"Hoo, kenapa kau berpikir begitu?"
"Saya tidak mengatakan dengan pasti bahwa Kardia bukan tujuan mereka tapi yang jelas tempat berperang bukanlah tujuan mereka. Menurut saya sekarang kita perlu menyelidiki ketiga kerajaan dengan seksama."
"Iblis Timur benar-benar membuatku sakit kepala. Mereka terlalu merepotkan untuk diurus. Aku juga tidak mengerti kenapa mereka bergerak dengan aneh. Seharusnya jika Raja Iblis Timur memang sudah pulih kembali seharusnya dia menyerang kita semua dengan seluruh kekuatan militer mereka. Akan tetapi sekarang mereka hanya menyerang seperti untuk mencari kesenangan saja."
"Yang bisa kita lakukan sekarang adalah menunggu kabar Scuro. Mungkin saja Scuro dapat memberikan informasi penting."
"Kau benar."
"Scuro? Memangnya apa yang dia lakukan sekarang?"
"Aku memerintahkannya untuk menyelidiki wilayah Utara. Mereka semakin lama menjadi semakin tertutup saja, aku tidak peduli dengan mereka yang menutup diri. Hanya saja jika mereka seperti itu disaat seperti ini akan membuat mereka menjadi mencurigakan. Karena itu aku ingin menyelidiki mereka lebih dalam."
"Jadi apa saja yang sudah Scuro berikan mengenai wilayah Utara?"
"Kami belum mendapatkan informasi apa-apa."
"Apa?! Apa mereka memang sangat tertutup seperti itu?"
"Tidak, Scuro menyelidiki wilayah Utara selama satu tahun. Waktu dia miliki sangat banyak daripada saling bertukar informasi kecil, akan lebih baik jika aku langsung mendapatkan informasi secara menyuluruh. Seharusnya beberapa hari lagi dia akan kembali. Omong-omong bagaimana dengan pak tua itu? Apakah dia mengajarimu dengan baik?"
"Tentu saja master sangat membantuku. Jika dia tidak mengajariku sepertinya aku sudah pasti akan tewas di tempat ini."
"Kau benar dia adalah master yang hebat, sama sepertimu jika dia tidak ada aku pasti tidak bisa seperti sekarang. Tidak hanya mengajari bertarung tapi dia juga mengajari bagaimana cara berpikir dengan baik." Lucifer kemudian berdiri. "Baiklah jika sudah seperti ini bagaimana jika kita bertarung."
"Hah? Apa?" Kira kebingungan dengan Lucifer yang tiba-tiba mengajaknya bertarung.
"Tentu saja aku ingin melihat kemampuanmu. Kau sudah berlatih dengan pak tua cukup lama kenapa tidak menunjukan kemampuanmu? Aku juga sudah pernah mencoba bertarung dengan teman-temanmu, selain itu ini untuk menilai apakah kau masih layak untuk menjadi Raja."
Wine yang mendengar Lucifer hanya bisa menggeleng-geleng kepalanya dan tidak habis pikir. Sedangkan Kira dia menjadi ragu untuk menghadapi Lucifer. Bagi Kira selain Raja Iblis Timur, Lucifer juga merupakan salah satu orang yang dia anggap sangat kuat. Karena itu dia menjadi ragu baginya Lucifer bagaikan tembok kokoh yang tidak bisa ditembus begitu saja.
Kira tidak menjawab Lucifer dan mencoba untuk memikirkannya dengan baik. {Aku sudah pernah bertarung dengan master tapi master saat itu belum serius. Haruskah aku coba bertarung dengan Lucifer? Saat melawan Horus dan Seth aku masih mencoba menahan diriku. Lalu bagaimana jika aku mencoba mengeluarkan semua yang aku punya?} Kira kemudian tersenyum kecil.
"Baiklah."
"Bagus, Wine ayo ikut dengan kami ke arena."
"Baik yang mulia."
Wine sedang melihat ke arena dari bangku penonton. Dia dapat melihat Lucifer dengan wajah yang bersemangat. Sedangkan Kira sendiri masih menunjukan wajah ragu-ragunya, dia tampak tidak yakin dengan kemampuannya. Wine menjadi heran dan menghela nafasnya.
"Jika kau tidak yakin kenapa kau menyetujuinya. Sepertinya tuan juga sedang sangat bosan akhir-akhir ini."
"Kira kau tahu aku sangat menantikan hasilmu setelah berlatih bersama dengan pak tua. Karena itu sebelum memulainya aku ingin mencoba sesuatu padamu."
Lucifer langsung memberikan tekanan pada Kira. Tekanan yang Kira dapatkan sangat berbeda dengan sebelumnya. Tekanan ini jauh lebih kuat dari yang pernah dia rasakan. Akan tetapi tidak seperti dulu Kira masih berdiri dengan tegak dan tidak berlutut seperti dulu.
Lucifer tersenyum karena Kira sudah menjadi lebih kuat. Jika Kira lebih kuat maka tentu saja dia akan mendapatkan lawan yang layak. Kira memang berdiri dengan tegak akan tetapi itu bukan berarti dia tidak merasakan apa-apa dari tekanan Lucifer. Tekanan Lucifer membuat kedua kaki Kira sedikit gemetar.
"Jadi sampai kapan kau hanya akan memberikan aku tekanan saja."
"Kau benar." Lucifer menghilangkan tekanannya pada Kira.
{Kau sudah lebih kuat sekarang setidaknya aku akan sedikit menunjukan kekuatanku. Dia juga sepertinya bisa membuat tempat ini menjadi hancur.} Kira kemudian melihat ke arah Wine. Wine terkejut karena Lucifer melihat ke arahnya.
Wine dapat mengerti kenapa Lucifer melihat ke arahnya. Lucifer meminta untuk dibuatkan pelindung yang cukup kuat untuk dia dapat bertarung dengan Kira. Wine membuatkan pelindung dengan ukuran yang lebih besar dari arena itu sendiri. Dia tahu kalau mereka membutuhkan ruang yang cukup untuk bertarung.
"Baiklah nak ayo kita mulai!"