Chereads / Demon Become Hero / Chapter 182 - Chapter 182

Chapter 182 - Chapter 182

Kira berhenti dan mendarat di depan guild petualang. Tentu mereka menjadi tontonan orang-orang yang ada disana. Hanya sedikit orang yang pernah melihat seseorang terbang. Karena itu hingga mereka masuk ke dalampun orang-orang masih melihat dengan penasaran.

Saat Kira masuk ke dalam para petualang yang ada tentu menyambut dengan senyuman. Akan tetapi senyuman mereka menghilang seketika, Kira yang masih sangat kesal tidak bisa menyembunyikan niat membunuhnya. Para petualang ingin menghentikan Kira, namun mereka tidak dapat berbicara dengan niat membunuh yang begitu kuat. Lilia bahkan sampai kesulitan bernafas karena Kira.

"Tidak bisakah kau menyembunyikan niat membunuhmu?" Agust berjalan menuruni anak tangga.

Agust kemudian berjalan mendekati Kira, semua orang terkejut karena Agust masih dapat berjalan seperti biasa. Agust berdiri tepat di depan Kira dan menatap Kira dengan tajam. Kira yang masih kesal membalas tatapan Agust, karena tubuh Agust yang besar membuat Kira harus sedikit mendongak ke atas.

"Sampai kapan kau akan membiarkan niat membunuhmu?" Kira diam dan tidak menjawab. "Sepertinya kau lupa akan satu hal Kira, di tempat ini akulah bosnya dan siapapun yang mengacau harus berhadapan denganku." Agust berbicara sambil memegang pundak Kira.

Agust kemudian membalas niat membunuh Kira. Kedua niat membunuh ini membuat orang-orang tidak dapat bernafas termasuk dengan teman-teman Kira. Kira yang melihat teman-temannya kesakitan menjadi semakin kesal, namun dia mencoba untuk menahan dirinya. Kira menarik nafas yang dalam dan mencoba mengatur nafasnya.

"Maafkan aku, aku hanya terlalu kesal." Kira akhirnya dapat meredam niat membunuhnya.

Agustpun juga ikut meredam niat membunuhnya. Semua orang dapat kembali bernafas setelah sesak yang sangat panjang. Mereka semau juga lega karena tidak terjadi sesuatu yang lebih buruk. Jika Kira dan Agust sampai bertarung semua orang tahu tidak akan ada yang bisa menghentikan mereka.

"Bagus seharusnya kau seperti ini sejak datang. Jadi ada apa kau kemari?" Agust berbicara sambil menepuk pundak Kira.

"Bawa aku ke ruanganmu."

"Hmm? Baiklah."

Agust kemudian membawa mereka berempat ke ruangannya. Ketika di ruangannya, Agust langsung menanyakan apa yang terjadi.

"Jadi ada apa dengan kalian? Dengan niat membunuh seperti itu tidak mungkinkan kalian baru saja dari taman bermain?"

Ema kemudian menjelaskan semuanya kepada Agust. Ketika Agust mendengar itu dia diam sejenak dan tidak berbicara. Dia kemudian menghela nafas yang panjang.

"Jadi hanya itu saja masalah yang membuat dia menjadi seperti tadi?" Agust menunjuk Kira.

Semua orang yang ada di ruangan menjawab sambil mengangguk-anggukkan kepala. Agus kembali menghelas nafasnya, hanya dengan melihat wajahnya saja Agust tampak sudah lelah.

"Kira aku akan beritahu kau satu hal, jangan lupa kalau kau sekarang adalah jendral Iblis Barat. Saat kau menjadi petinggi kerajaan maka mau tidak mau kau juga akan ikut ke politik kerajaan. Suka ataupun tidak suka itu adalah sebuah kewajiban yang tidak dapat kau elakan. Jika mendengar cerita Ema maka kau bisa saja menimbulkan konflik antar dua kerajaan."

"Kalaupun sampai perang terjadi kalian tidak perlu ikut campur aku akan mengurus semuanya."

"Aku tidak tahu darimana kau bisa sepercaya diri itu, tapi jika memang seandainya terjadi perang dan kau dapat memenangkannya itu tidak menyelesaikan masalah. Keempat kerajaan saat ini masih melakukan kerja sama di berbagai bidang. Jika salah satu kerajaan mengalami kehancuran maka kerajaan lain juga akan terkena imbasnya. Jika kau berpikir dengan kasar dan menganggap kita hanya perlu mengambil Kardia, maka kau salah besar. kita tahu Kardia adalah kerajaan dengan daerah terluas di benua ini. Sekalipun kita dapat mengambilnya masalah selanjutnya adalah ada pada cara kita mengurusnya mengambil alih sebuah kerajaan yang luas memerlukan waktu yang lama, hal ini tidak semudah merebut desa kecil. Lihatlah dengan tindakan gegabahmu kau membuat kemungkinan perang terjadi."

Kira tidak menjawab Agust dan hanya terdiam. Walau Kira hanya diam saja, Agust dapat melihat kalau Kira memikirkan kata-katanya. Hal itu membuat Agust tidak begitu kesal dengan Kira. Setelah diam cukup lama, Kira akhirnya berbicara.

"Aku yakin mereka tidak akan berani untuk mengambil tindakan lebih jauh."

"Apa maksudmu?" Agust kebingungan dengan Kira.

"Ketika perang terjadi, aku sudah melihat bagaimana kekuatan tempur Kardia. Dengan kekuatan mereka yang sekarang, mereka pasti tidak akan berani melakukan apa-apa. Setidaknya tidak akan konflik berkelanjutan karena apa yang aku lakukan hari ini."

Agust terdiam dan tidak dapat berkata apa-apa. Agust sudah sangat lama tidak bertemu dengan Kira dia terkejut dengan Kira yang dapat menganalisis masalah. Selain itu dia juga tidak menyangka selama Kira diam tadi, dia berpikir dan memikirkan kemungkinan yang ada. Agust merasa Kira sudah jauh berbeda.

"Sepertinya sekarang kau sudah bisa menggunakan otakmu. Kita anggap saja masalah untuk kekacauan yang kau buat sudah selesai. Sekarang kenapa kau datang kemari? Tidak mungkin kau datang kemari hanya ingin bercerita saja bukan?"

"Lucifer mengatakan dia sudah menyiapkan kereta kuda untuk kami semua. Dia mengatakan kalau kereta kudanya ada disini. Bisakah kau memberi kereta kudanya sekarang?"

"Hmm.. Baiklah, tapi Kira sebaiknya kau jaga ucapanmu." Agust bangun dari kursinya dan mendekati Kira. "Sekarang mungkin aku sabar tapi jika aku kesal dan kau berani-beraninya menyebut nama yang mulia dengan mudah seperti itu maka akan aku pastikan kau tidak akan dapat berbicara lagi." Agust menatap Kira dengan tajam.

"Maafkan aku sepertinya aku masih kesal."

"Aku tidak peduli apa alasanmu tapi sebaiknya kau tidak mengulanginya lagi. Terutama jangan coba macam-macam dan berbicara seperti itu di depan jenderal lain. Aku mungkin sabar tapi yang lain mungkin saja tidak." Agust kemudian berjalan melewati Kira. "Tunggu disini aku akan memanggilkan kusir untuk kalian."

Agust kembali dengan membawa kusir untuk kereta kuda Kira. Kira dan teman-temannya menaiki kereta kuda dan kembali ke Iblis Barat. Setelah Kira pergi, Lilia mendatangi ruangan Agust. Seperti biasa Agust berdiri sambil menatap keluar jendela.

"Ada apa tuan? Kenapa anda memanggil saya?"

"Kira sudah bertambah kuat, tidak hanya itu sekarang sepertinya dia sudah lebih pintar dan teman-temannya seperti juga ikut berkembang. Sebenarnya tadi aku berharap agar dia tidak menahan dirinya, aku ingin tahu seberapa kuat dia yang sekarang. Bagaimana menurutmu apakah kau juga melihat yang ada yang berbeda dengan mereka sekarang?"

"Aku tidak tahu dengan kekuatan mereka tapi memang ada yang berubah dari mereka. Terutama Kira, pandangan dia sangatlah berbeda sekarang."

"Pandangan?"

"Kira yang dulu melihat dengan mata yang berbinar-binar. Akan tetapi Kira yang sekarang terasa berbeda aku tidak tahu bagaimana harus menjelaskannya."

"Begitu ya, lalu bagaimana dengan surat yang aku minta kau tulis?"

"Surat yang anda minta sudah saya kirimkan ke yang mulia."

"Baguslah kalau begitu kenapa kau tidak disini saja dan temani aku."

Elang pembawa pesan tiba di istana Iblis Timur. Wine yang melihat elang segera memberikan tangannya. Dia segara berjalan menuju ruangan Lucifer dengan surat yang dia dapatkan. Lucifer nampak sedang bekerja dengan tumpukan dokumen. Saat Wine datang, Lucifer dapat melihat surat ada di tangannya.

"Surat? Apakah itu surat untukku?"

"Benar yang mulia." Lucifer diam sejenak dan berpikir.

"Hmm, sepertinya aku tidak ada meminta surat pada siapapun. Siapa yang mengirim surat itu?"

"Agust yang mulia, sepertinya ada sesuatu yang mendesak hingga dia mengirimkan surat." Wine berjalan dan memberikan suratnya pada Lucifer.

Lucifer membaca surat tersebut dengan seksama. Ditengah-tengah membaca Lucifer menjadi tertawa terbahak-bahak. Wine menjadi bingung dengan Lucifer yang tertawa.

"Ada apa yang mulia?"

"Hahaha! Agust hanya membeirtahu kalau Kira mengacaukan pesta yang dibuat Raja. Seharusnya aku ada disana juga, aku ingin melihat wajah ketakutan orang tua itu."

"Pesta? Apakah itu berarti perang telah usai?"

"Apakah aku belum memberitahumu? Kira memenangkan perang."

"Tunggu jika perang memang usai, apa yang Iblis Timur lakukan sekarang?"

"Entahlah aku juga bingung dengan pergerakan mereka sekarang."

"Setelah saya pikirkan lagi perang kali inipun seperti tidak ada artinya. Saya sudah mencari informasi untuk di desa pinggiran yang ada di Kardia, namun tidak ada tanda-tanda invasi. Jika mengikuti pola yang dulu seharusnya mereka sudah menginvasi setiap desa yang ada."

"Aku juga tidak mengerti apa isi pikiran si bodoh itu. Jika mereka hanya diam seperti ini rasanya membuatku menjadi semakin tidak tenang. Jika kita mengatakan ini semua hanyalah ancaman maka kemungkinan mereka tidak akan bergerak lagi selama beberapa bulan. Akan tetapi jika bukan ancaman malah membuatku menjadi semakin bingung."

"Kita pasti akan menemukan jawabannya yang mulia. Sekarang kita hanya perlu menunggu Scuro kembali membawa informasi."

"Kau benar, aku hampir lupa kalau kita menyuruhnya ke wilayah utara. Sudah berapa lama kita mengirim dia?"

"Sudah setahun sejak Scruro menyucup ke wilayah utara."

"Wilayah utara semakin hari semakin terasa mencurigakan. Kau sendiri juga merasakannya bukan?"

"Benar, mereka menjadi semakin tertutup. Bahkan sekarang cukup sulit untuk orang luar untuk masuk ke wilayah utara."

"Tidak hanya karena tertutup tapi aku bahkan saat bertransaksi saja mereka sekarang menjadi lebih tertutup juga. Sekarang mereka hanya mengirimkan perwakilan saja. Aku tidak tahu bagaimana pemikiran Raja yang sekarang tapi sejak awal wilayah utara memanglah wilayah yang tertutup. Akan tetapi bukan berarti mereka akan mengasingkan diri dari kerajaan lain."

"Saya berharap mereka menjadi tertutup karena memang murni dari Raja mereka. Saya harap Iblis Timur tidak ada campur tangan dengan hal ini."

"Sekarang aku berharap agar Iblis Timur memang ada campur tangan dengan wilayah utara tapi aku juga berharap mereka tidak ada campur tangan dengan hal ini. Jika mereka memang ada setidaknya kita dapat mengetahui tujuan mereka, berbeda jika mereka tidak ada campur tangannya maka tujuan mereka menjadi semakin samar. Tapi jika mereka memang ada campur tangannya maka kita sudah terlambat satu langkah, tidak bahkan lebih. Jika memang ada campur tangan maka setidaknya rencana mereka akan segera siap."