Pasukan sudah kembali ke ibukota, kabar mengenai kemenangan mereka sudah tersebar hingga ke seluruh Kardia. Raja yang merasa senang membuat perayaan besar-besaran untuk mengapresiasi jasa pasukan. Raja membuat perayaan selama tiga hari berturut-turut dan hari ini adalah hari ketiga. Raja membuat pesta dansa di istana dan mengundang bangsawan serta beberapa pasukan perang.
Sebelum kembali Jenderal melaporkan semua apa yang terjadi di medan perang, Dia juga memberitahu bagaimana kekuatan Kira yang sekarang. Karena mengetahui Kira berada di level yang berbeda, Raja tidak berani untuk mengusik Kira. Karena itu Raja memberikan semua fasilitas terbaiknya kepada Kira dan teman-temannya. Tidak hanya kamar terbaik, Raja bahkan sampai menyiapkan baju dansa dan juga gaun untuk Kira dan teman-temannya.
Pesta dansa akan dimulai pada malam hari, sejak sore hari para dayang sudah mendatangi kamar Kira. Mereka membantu Kira untuk bersiap-siap. Walau mendapatkan pelayanan yang terbaik Kira masih merasa tidak biasa. {Setelah hidup dua tahun di tengah hutan sekarang mendapat pelayanan seperti ini rasanya sungguh aneh.}
Para dayang kemudian membawakan pakaian yang akan Kira pakai. Dayang membawakan pakaian berwarna putih. Saat pakaian itu datang Kira langsung mengangkat tangannya untuk menolak pakaian tersebut.
"Bisakah kalian mencarikan pakaian berwarna hitam?"
"Baik tuan, akan saya carikan."
Dayang menemukan pakaian berwarna hitam dan membawakannya pada Kira. Begitu melihat pakaian tersebut Kira langsung setuju. Dia langsung memakai pakaian hitam tersebut. Dayang membawakan cermin untuk Kira berkaca. Kira kemudian melihat dirinya dengan seksama.
"Warna yang paling aku benci sekarang menjadi identitasku sendiri. Rasanya aneh saat aku memakai pakaian yang bukan warna hitam." Kira tersenyum sendiri karena sikapnya.
Begitu Kira selesai bersiap para dayang meninggalkan ruangannya. Kira tidak ingin pergi ke pesta dansa sendiri, sejak awal dia sudah sepakat untuk pergi bersama teman-temannya. Karena itu Kira menunggu teman-temannya di ruangannya. Saat sedang duduk, pintu Kira diketuk dengan perlahan-lahan.
*tok..tok..tok*
"Masuk." Pintu kemudian terbuka.
Kira begitu terkejut dengan orang yang masuk ke dalam ruangannya. Kyra adalah orang yang mengetuk-ngetuk pintu Kira. Tentu saja Kira terkejut dengan seorang putri masuk ke dalam ruangannya. Kyra berjalan dengan senyuman di wajahnya dan duduk berhadapan dengan Kira.
"Bagaimana kabarmu?" Tanya Kyra pada Kira.
"Tentu saja baik, kau sendiri bagaimana? Dan bagaimana bisa putri berada disini?"
"Memangnya aneh jika seorang putri berada di istananya sendiri? Lagi pula aku kebetulan lewat."
"Aku tidak bermaksud seperti itu, tapi bagaimana jika rumor buruk mengenai putri dekat dengan pemegang simbol kegelapan muncul?"
"Sejak kapan kau peduli dengan rumor seperti itu. Bahkan jika rumor seperti itu muncul aku tidak peduli. Sejak kau membantu aku tidak peduli dengan apapun dan hanya ingin dekat denganmu."
"Tentu saja jika aku sendiri aku tidak peduli dengan rumor, tapi karena tidak hanya tentangku saja maka aku pasti akan lebih berhati-hati."
"Sebaiknya kita lanjut bicara ketika pesta saja, waktu sudah tidak banyak." Kyra berdiri dan berjalan menuju pintu.
Saat Kyra membuka pintu teman-teman Kira juga datang. Kyra yang sedang terburu-buru hanya dapat menyapa dengan senyuman saja. Teman-teman Kira menjadi kebingungan dengan Kyra yang keluar dari ruangannya. Terutama Alice yang sudah mengkerutkan dahinya ketika melihat Kyra.
"Bagaimana bisa Kyra masuk keluar dari sini?"
"Dia kebetulan lewat karena itu kami saling menyapa."
"Benarkah? Tapi sepertinya tuan putri sengaja melewati ruanganmu. Apa saja yang kalian yang bicarakan?"
"Sudah aku bilang tidak ada yang spesial, kami hanya saling menyapa satu sama lain saja. Daripada itu kalian semua terlihat luar biasa."
"Benarkah?"
"Tentu saja benar, kau tampak sangat cantik." Kira mengelus-elus kepala Alice.
"Aku pikir kau akan menggunakan warna yang berbeda. Terakhir kali kau mengatakan kau membenci warna hitam."
"Kau benar, dulu aku sangat membenci warna ini karena membuatku semakin terkesan menjadi pemegang simbol kegelapan. Tapi sekarang aku merasa warna ini sudah menjadi identitasku sendiri."
"Aku tidak bermaksud menghentikan pembicaraan kita, tapi sepertinya ini sudah waktunya untuk kita datang ke aula pesta." Chors mencoba menghentikan pembicaraan mereka.
"Kau benar, kita tidak boleh lebih terlambat dari keluarga kerajaan." Kira yang sebelumnya duduk, menjadi berdiri.
Kira dan teman-temannya kemudian berjalan keluar dari ruangan. Mereka langsung berjalan menuju arah aula pesta. Dari kejauhan mereka sudah dapat mendengar keramaian dari aula pesta. Cahaya dari aula juga sangat terang sehingga siapapun dapat mengetahui ada pesta di tempat itu. Kira dan teman-temannyapun berjalan masuk ke aula pesta.
Saat mereka berjalan, semua mata langsung menuju pada mereka. Mereka pandangan sinis, semua orang yang menghadiri pesta kali ini adalah orang-orang penting di Kardia. Tentu saja orang-orang ini mempunyai harga diri yang tinggi dan mereka tentu tidak ingin di ruangan yang sama dengan demi human. Kira yang mendapatkan pandangan seperti itu langsung mengerti, dia berjalan ke pojok ruangan yang dimana tidak ada siapapun dan hanya ada dia dan teman-temannya.
Chors dan Ema tentu sangat kesal dengan pandangan yang mereka dapatkan. Sejak masuk ke aula mereka sudah mengkerutkan dahi mereka. Sekarangpun mereka berdiri sambil menatap sinis ke orang-orang. Tentu saja tatapan sinis yang mereka berikan jauh berbeda dengan orang-orang mereka menatap dengan tajam hingga orang-orang tidak berani melihat ke arah mereka.
"Hanya karena mereka bangsawan mereka menganggap diri mereka lebih superior dari yang lain."
"Mereka bahkan tidak berterima kasih pada kita. Perang ini dapat dimenangkan karena Kira, memang mereka bisa apa jika tanpa Kira."
"Tidak perlu sampai seperti itu, Kardia sudah membayar kita dan memberikan fasilitas yang bagus. Jadi tidak ada alasan untuk kita untuk membenci mereka. Sejak awal kita memang diperlukan seperti ini, jadi tidak ada yang perlu diherankan."
Para pemegang simbol kemudian masuk ke aula pesta. Seisii ruangan menjadi heboh ketika mereka datang. Mereka berteriak untuk memberikan ucapan dan mengatakan bahwa para pemegang simbol adalah pahlawan Kardia. Chors dan Ema menjadi semakin kesal dengan apa yang mereka lihat dan dengar.
Para pemegang simbol merasa tersanjung dengan apa yang mereka dapatkan. Mereka tidak merasa bersalah sedikitpun dan tampak menikmatinya. Berbeda dengan Wiliam sejak awal dia merasa ada yang salah karena itu sejak mendapatkan ucapan dia merasa tidak enak. Wiliam memisahkan diri dari kerumunan dan mendekati Kira.
"Senang bertemu dengamu, aku Wiliam pemegang simbol tanah." Wiliam mengulurkan tangannya untuk berjabat tangan.
"Kira pemegang simbol kegelapan, senang bertemu denganmu juga." Kira menjabat tangan Wiliam.
"Maaf karena kami mengambil sorotanmu."
"Untuk apa kalian meminta maaf aku tidak peduli dengan hal seperti itu. Lagi pula kami sudah mendapatkan bayaran. Tidak ada gunanya menuntut terlalu banyak hal."
Wiliam terkejut dengan respon Kira. Wiliam lebih memilih jika Kira marah padanya, namun jika Kira seperti ini membuat Wiliam merasa bersalah. Sejak keputusan untuk menjadikan Kira sebagai kambing hitam dari semua permasalahan membuat Wiliam merasa bersalah. {Tidak bisakah kau marah saja? Jika kau marah setidaknya aku tidak akan merasa semakin bersalah.}
"Sepertinya kalian menikmati semua pujian yang kalian dapatkan." Chors menatap ke arah Wiliam.
"Apakah kami tampak seperti itu?" Wiliam menjawab dengan keringat dingin.
"Siapapun yang melihat tentu saja dapat mengetahuinya." Ema mencoba memojokan Wiliam. "Kira mungkin menyambutmu dengan baik tapi aku sejak awal sudah tidak menyukai kalian semua."
"Aku juga tidak memaksa kalian untuk menyukai kami semua."
"Baguslah jika kau mengerti."
"Sepertinya aku membuat suasana disini menjadi tidak menyenangkan. Kalau begitu aku akan kembali, permisi."
"Bagaimana bisa kau masih tersenyum seperti sekarang?" Ema bertanya pada Kira.
"Aku sudah mengatakan bukan? Master tidak hanya mengajariku bagaimana cara menjadi kuat dia juga memberikan pengetahuan padaku. Sebagai pemimpin dari kelompok ini tentu saja aku harus dapat mengendalikan emosiku. Tapi tenang saja jika masih hanya berhubungan denganku aku akan menahan diri. Berbeda jika menyangkut kalian, aku pasti akan menghabisi semua orang disini jika mencoba mengusik kalian."
"Kalau begitu kau seharusnya mengerti apa yang kami rasakan Kira."
"Huh?" Kira terkejut dengan perkataan Chors. "Apa maksudmu?"
"Sama halnya denganmu, kami tidak akan terima bila mereka berusaha menganggumu."
"Terima kasih, aku menghargainya."
"Sejak awal aku memang membenci mereka." Ema menatap dengan sinis ke arah pemegang simbol. "Pemegang simbol angin bahkan tidak membiarkanku mengenakan gaun berwarna hijau. Dia mengatakan hanya dia saja yang boleh memakai warna itu. Dasar waita gila."
"Benar, Alice juga tidak suka dengan mereka." Kira dapat merasakan mana Alice meluap.
"Tenangkan dirimu Alice." Kira memegang kedua pundak Alice sambil tersenyum. "Kenap kita tidak menikmati pestanya saja, ayo kita cari makanan." Kira mengulurkan tangannya pada Alice.
Alice menggenggam tangan Kira dengan wajah yang merona. Kira membawa Alice untuk mencoba makanan yang ada di pesta. Sedangkan Chors dan Ema tetap berada di tempat mereka dan melihat ke arah para pemegang simbol.
"Bisa-bisanya mereka dapat tersenyum dengan bangga dan menunjukan bahwa semau ini adalah jerih payah mereka."
"Kau benar, tidak aku sangka mereka semua bisa menjadi pemegang simbol." Ema menatap dengan semakin sinis. Rasanya aku ingin menghajar mereka semua."
"Aku juga merasakan yang sama. Aku sangat ingin meninju wajah mereka semua. Orang-orang seperti mereka sudah sewajarnya untuk dihabisi."
Kemudian para prajurit masuk ke aula pesta. Mereka membentuk barisan di depan pintu. Keluarga kerajaan kemudian memasuki aula pesta. Raja berjalan paling depan dengan putra mahkota di belakangnya dan putri di belakang putra . mahkota. Ruangan menjadi hening karena kedatangan Raja. Raja melihat sekitar dan tersenyum.
"Apa yang kalian lakukan? Kenapa kalian semua diam dan tidak menikmati pesta. Tidak perlu menunggu sambutanku ini sudah bukan hari pertama. Kita akan menikmati pesta kemenangan kita."
Berkat kata-kata Raja, suasana pesta kembali mencair. Semua orang yang berdiri diam kembali menikmati pesta. Pesta perayaanpun dimulai.