Kira berjalan dengan tubuh yang lemas menuju area perang. Sejak awal dia memang tidak ada menerima serangan yang fatal pada tubuhnya. Hanya saja dia benar-benar kehabisan tenaga. Bahkan sebenarnya dia tidak yakin apakah bisa sampai medan perang atau tidak.
"Ini pertama kali aku bertarung dengan seseorang lagi, tapi aku tidak pernah menyangka akan dibuat sampai kelelahan seperti ini. Sepertinya aku butuh istirahat sejenak." Kira duduk sambil bersandar dengan batang pohon yang ada di dekatnya.
Sedangkan di medan perang sendiri semua orang sedang merasa ketakutan. Mereka semua sudah menyadari Kira dan Seth berada di tempat yang berbeda. Semua merasa gugup dan juga penasaran dengan hasil pertarungan mereka berdua. Mereka semua ingin mencari tahu langsung bagaimana pertarungan berlangsung. Akan tetapi pasukan Iblis Timur yang tersisa masih mencoba untuk melawan.
"Sial mereka tidak ada habisnya." Chors berbicara sambil meninju orc-orc yang mendekatinya. "Sebenarnya kemana para pemegang simbol?!"
Para pemegang simbol dan jenderal sedang mengamankan diri mereka di sisi hutan. Mereka membuat jarak yang tidak begitu jauh dari medan perang. Mereka tahu kalau situasi baik mereka harus mengambil kesempatan kembali ke medan perang. Tapi begitu kesempatan tidak ada di pihak mereka, mereka tahu mereka harus kabur pada saat itu.
"Hei apa kau yakin ini tidak apa-apa?" Wiliam menjadi ragu dengan tindakan mereka semua.
"Kita melakukan ini karena tidak punya pilihan lain. Memangnya kau punya pilihan lain selain lari dari tempat ini? Sejak awal yang meminta kita semua lari adalah kau." Luce berbicara dengan kesal.
"Tapi aku hanya ingin agar kita menghindari serangan naga air itu. Aku tidak ingin kita berlari sampai ke dalam hutan seperti ini. Seharusnya kita membantu orang-orang."
"Lagi pula sejak awal kita ikut perang ini untuk mengalahkan Iblis Timur. Jika seperti ini kita hanya mempermalukan diri kita saja. Orang-orang juga sudah menaruh harapan pada kita semua dan menjadikan kita sebagai simbol harapan. Jika mereka tahu semua ini kita tidak akan dimaafkan."
"Bagaimana jadinya jika orang-orang tahu kita melarikan diri dari peperangan?" Edward yang memgang teguh harga dirinya tentu tidak menyukai rencana ini.
"Tentu saja kita tidak boleh membuat orang-orang tahu tentang kita yang melarikan diri!" Dahi Luce menjadi berkerut karena mendengar ocehan Wliam dan Edward. "Sejak tadi kalian terus membicarakan harga diri kalian saja. Kalau begitu pergilah kembali kesana! Sejak awal kita melarikan diri kita tidak pernah memaksa siapapun untuk ikut. Cobalah kembali kesana dan selamatkan orang-orang yang ada. Itupun jika ada yang berhasil selamat dari serangan mengerikan itu!"
"Haah." Jenderal menghela nafasnya. "Apa yang kalian semua katakan tidak ada salahnya. Luce bersikap realistis dengan melarikan diri. Kalian juga melakukan hal yang benar dengan masih memikirkan orang lain. Tapi cobalah lihat dengan seksama apakah kalian bisa menghadapi kekuatan monster itu? Jika kalian mengatakan kalian adalah simbol harapan maka karena kalian simbol harapanlah kalian lari."
Catarina kemudian datang, saat Catarina datang semua menghentikan perdebatan satu sama lain, Mereka lebih tertarik dengan apa yang Catarina lihat. Karena Catarina adalah orang yang mereka minta untuk memantau peperangan. Semua dibuat kebingungan dengan wajah datar Catarina.
"Serangan naga air sudah berhenti."
"Apa?! Bagaimana bisa apa pemegang simbol mengalahkannya?" Edward bertanya dengan penasaran.
"Aku juga tidak tahu, rasanya mereka bertarung jauh dari medan perang. Aku tidak dapat melihat bola air di langit."
"Bagus ini kesempatan kita." Luce yang sedang duduk langsung berdiri.
"Apa maksudmu?" Wiliam menjadi bingung.
"Tentu saja ini akan menjadi kesempatan kita. Pertama kita harus kembali ke medan perang jika pemegang simbol kegelapan dapat mengalahkannya setidaknya kita harus bersama dengan para prajurit. Tapi jika pemegang simbol kegelapan kalah maka kita harus mengambil kesempatan. Melihat gaya bertarung mereka, mereka pasti akan bertarung hingga benar-benar ada yang tewas. " Hanya dengan membicarakan rencananya saja sudah membuat Luce tersenyum lebar. "Sekarang ayo kita pergi."
Mereka kemudian berlari untuk kembali ke medan perang. Saat mereka tiba di medan perang, Luce langsung menunjukan senyumnya. Dia tidak melihat Seth dimanapun, ditambah sepertinya sebagian besar minotaur sudah dibantai. Dengan pasukan musuh yang seperti itu membuat Luce dapat yakin untuk mengalahkan mereka semua.
"Bangkitlah pasukan!" Luce berteriak dengan kencang. "Habisi semua yang ada di depan kalian." Luce berlari ke depan.
Luce membuat pedang cahaya di belakangnya dan menerbangkannya ke salah satu prajurit yang hampir ditusuk oleh goblin. Melihat serangan Luce membuat para prajurit seperti mendapatkan semangat mereka kembali. Mereka melihat harapan yang membantu mereka. Luce menyelamatkan banyak prajurit yang sedang terpojok.
Chors yang melihat kedatangan kembali para pemegang simbol merasa seperti ada yang janggal. {Sebenarnya kemana saja mereka sejak tadi? Kenapa mereka semua bisa datang tepat waktu. Aku merasa seperti ada yang aneh.} Namun Chors tidak bisa bertanya dengan terang-terangan. Dia hanya dapat menyimpan di pikirannya saja.
"[Wind Slash]"
Karena kedatangan pemegang simbol yang janggal membuat Chors tidak fokus dengan pertarungan. Dia bahkan tidak sadar kalau seekor orc mendekatinya dan bersiap untuk menyerangnya. Chors beruntung karena Ema menyerang orc sebelum Chors mendapatkan luka fatal. Ema dan Alice yang baru saja turun langsung mendekati Chors.
"Ada apa denganmu? Kau tampak seperti tidak biasanya."
"Tidak aku hanya merasa janggal dengan para pemegang simbol."
"Ya, mereka datang terlalu tepat waktu."
"Alice!" Saat Chors dan Ema berbicara, Alice berlari ke kumpulan orc.
Alice berlari sambil memunculkan dua pedang di tangannya. Dia langsung melompat ke dalam kumpulan orc. Dengan satu ayunan Alice memegang kepala orc yang ada di depannya. {Alice akan menunjukan kalau Alice berguna! Kira pasti akan bangga dengan Alice.}
Alice kemudian mengganti kedua pedang biasanya menjadi pedang api dan petir. Dia menarik nafasnya dengan dalam, dia kemudian melihat ke samping dan melihat sekumpulan goblin. Alice langsung berlari ke arah sekumpulan goblin. Dia menggunakan mana yang tersisa untuk mengaktifkan pedang api dan petirnya.
*swosh*
Saat sedang menebas para goblin, sebuah pedang cahaya hampir mengenai Alice. Alice berhasil menyadari kalau pedang cahaya mengarah padanya sebelum mengenai dirinya. Alice tahu hanya satu orang saja yang dapat menggunakan pedang cahaya. Alice langsung melihat ke arah Luce, namun Luce menatap Alice dengan tajam sesaat.
"Maaf aku ingin menyerang goblin yang ada di depanmu." Setelah menatap dengan tajam, Luce meminta maaf pada Alice.
Saat Alice menatap Luce, seekor goblin melompat ke arah Alice dan mencoba untuk menusuknya. Saat goblin itu berada di udara sebuah bola api terbang ke arahnya. Bola api itu membuat goblin terbakar sebelum dapat menyentuh Alice. Edward yang melemparkan bola api itu segera mendekati Alice.
"Apa kau tidak apa-apa?"
"Iya." Alice menjawab dengan masih menatap ke arah Luce.
"Berhati-hatilah jangan sampai kau berbuat ceroboh." Edward berlari meninggalkan Alice.
Catarina sedang berlari ke arah para prajurit yang sedang bertarung dengan para orc. Dia dapat melihat kalau para prajurit sudah berada pada ambang batas mereka. Dari kejauhan dia mengeluarkan jarum-jarumnya dan menerbangkannya ke arah para orc. Setiap jarumnya Catarina arahkan ke dalam tubuh orc dan menghancurkan setiap organ yang ada.
Para prajurit yang tidak dapat melihat jarum menjadi kebingungan. Mereka bingung dengan orc yang tiba-tiba saja tumbang. Catarina berjalan dari belakang dan jarum-jarum miliknya terbang keluar dari tubuh orc. Melihat Catarina membuat para prajurit merasakan harapan untuk mereka semua.
"Bergabunglah dengan yang lain, sebaiknya kalian mencoba melawan goblin saja. Serahkan para orc dan minotaur pada kami."
Dengan langkah yang pelan Kira akhirnya dapat sampai kembali di medan perang. Ketika dia menapakkan kaki di medan perang dia dapat melihat banyak mayat yang sudah hancur. Genangan darah yang sudah menutupi tanah itu sendiri. Dia kemudian melihat ke depan dan melihat teman-temannya masih sedang bertarung.
"PASUKAN IBLIS TIMUR! HENTIKAN SERANGAN KALIAN JENDERAL KALIAN SUDAH AKU BUNUH!" Kira berteriak dengan kencang.
Semua orang dapat mendengar teriakan Kira yang sangat kencang itu. Namun para monster nampaknya mengabaikan Kira. Tentu saja Kira menjadi kesal, dia kemudian berlari ke arah salah satu minotaur. Kira meninju perut minotaur kemudian dia melompat ke atas dan memberikan tinju pada kepala minotaur. Dengan dua tinju itu Kira menumbangkan minotaur.
Setelah menumbangkan minotaur, Kira kemudian berdiri diam tanpa bergerak sedikitpun sambil memejamkan matanya. Kemudian Kira membuka matanya dan menunjukan niat membunuh yang kuat. Niat membunuh Kira menusuk semua orang dan membuat tidak ada yang bisa bergerak. Semua orang merasakan ketakutan dari niat membunuh Kira, bahkan jenderal veteran perang sekalipun menjadi berkeringat dingin.
"Akan aku beri kalian pengampunan. Dalam hitungan tiga kalian harus meninggalkan tempat ini. Satu...Dua...Tiga."
[Fire Spear], [Lightning Javelin] dan [Sky Thunder Spear] muncul dan memenuhi langit. Kira menyerang semua pasukan Iblis Timur dengan sihir yang dia keluarkan. Semua orang dapat mengetahui kalau para monsterpun juga merasakan rasa takut karena niat membunuh Kira. Bahkan monster sekalipun juga mempunyai insting bertahan hidup.
Niat membunuh Kira membuat insting bertahan hidup monster keluar. Mereka melihat Kira sebagai predator yang dapat menerkam mereka kapapun. Karena itu mereka menjadi membatu ketika merasakan rasa takut yang amat kuat. Sihir Kira membuat seluruh pasukan Iblis Timur tewas dalam sekejap. Medan perang menjadi hening ketika Kira menunjukan sihirnya.
Luce melihat Kira dengan tatapan tajam yang penuh dengan rasa kesal. {Sebenarnya bagaimana dia masih mempunyai mana sebanyak ini? Dia sudah terlihat dengan jelas kalau dia lelah! Apa yang sebenarnya orang ini lakukan hingga bisa seperti ini?!} Jenderal mencoba untuk mengubah suasana perang.
"Pasukan Kardia! Perang hari ini telah dimenangkan oleh kita! Sekarang kembalilah dengan wajah bangga kita dan tunjukan pada dunia kalau kita menang!" Jenderal berbicara sambil mengangkat tangannya yang mengepal.
Berkat teriakan jenderal para prajutit dapat merasakan semangat mereka kembali.