"Sekarang akan aku perlihatkan bagaimana kami akan membalikan keadaan." Ucap William yang sedang berdiri di atas golem.
"JANGAN PIKIR HANYA KARENA BISA MEMUKULKU, MEMBUAT KALIAN BISA LEBIH UNGGUL!" Horus berteriak dengan kencang di udara.
Horus kemudian menggerakan tangannya ke atas dan membuat sebuah ombak yang sangat besar. Wiliam menaruh kedua tangannya di tanah dan menekannya hingga tangannya menjadi gemetar. Ema yang melihat Wiliam dengan matanya nampak terkejut. {Aku sudah lama tidak melihat seseorang menggunakan mana sebanyak itu!} Wiliam yang merupakan seorang pemegang simbol membuatnya memiliki jumlah mana diatas rata-rata. Mana yang dikeluarkan Wiliam setidaknya hampir dua kali lebih banyak dibandingkan dengan jumlah mana milik Ema.
"Jangan pikir ombakmu tidak dapat dihentikan. [Earth Cliffs]!"
Wiliam membuat tebing-tebing yang menjulang tinggi untuk menahan ombak Horus. Tidak hanya tinggi, bahkan juga sangat lebar hingga dapat melindungi seluruh pasukan Kardia. Horus merasa kesal karena serangannya sedang dicoba untuk ditahan.
"KAU PIKIR BERAPA LAMA TEMBOKMU ITU DAPAT MENAHAN OMBAKKU!" Horus membuat ombak yang jauh lebih besar di belakang ombak yang sudah dia keluarkan.
"Apa yang kalian lakukan bantu aku agar ombak itu tidak mengenai kita semua!" Wiliam melihat ke arah Edward dan Catarina. Edward yang melihat tebing menjulang tinggi hanya bisa menelan ludah sambil memikirkan bagaimana cara naik ke atas.
"Bagaimana cara aku memanjat ke atas sana?"
Catarina kemudian melihat ke arah Edward. Tanpa berbicara sedikitpun dia memegang kerah baju Edward dan mengangkatkanya. Catarina kemudian langsung membawa Edward ke atas tebing. Sesampainya di atas dia langsung melempar Edward.
"Berani-beraninya kau membuat seorang bangsawan tampak memalukan."
"Kita tidak punya waktu untuk membahas harga diri. Lebih baik kita membahas bagaimana cara membuat ombak-ombak itu menjadi lebih kecil."
"Kita hanya perlu membakarnya sampai semua air ini menguap. Kau harus membantuku untuk membuat apiku lebih besar." Edward meluruskan kedua tangannya. "Sebanrnya aku sudah cukap bosan untuk menggunakan sihir ini. Tapi aku rasa ini adalah sihir yang paling efektif, [Burning Flame]!"
Api Edward kemudian mendekati ombak. Sebelum ombak mengenai api Edward, Catarina memberikan angin yang membuat api milik Edward menjadi lebih besar. Walau tidak dapat menyemai besarnya ombak, namun api milik Edward dapat membuat ombak menjadi lebih mengecil karena menguap. Melihat kemampuan api milik Edward, Alice juga ikut memanjat ke atas.
Edward dan Catarina kebingungan dengan Alice yang ikut naik ke atas. Alice yang sedang berada di atas memanggil pedang api miliknya. Dia kemudian mencoba mengangkat pedang jenderal dengan sihirnya sehingga pedang tersebut menjadi melayang di udara. Alice melompat ke atas pedang, berkat pedang yang melayang dia seolah-olah terbang di langit. Alice kemudian bergerak ke arah Horus.
"Jangan bilang dia ingin memakai apiku?!"
Benar saja, Alice terbang di samping api Edward. Dia kemudian mengambil memasukkan bilah pedang miliknya ke dalam api Edward. Tentu saja pedang milik Alice menyerap semua api milik Edward. Edward menjadi kesal karena api miliknya dipakai begitu saja, namun dia tidak mempunyai pilihan lain.
"Kau ingin api bukan? Maka akan aku berikan untukmu!" Edward menggunakan semua mananya untuk membuat api yang lebih banyak.
Pedang Alice menjadi semakin besar setiap waktunya berkat kobaran api miliknya. Bahkan kobaran api tersebut bisa menyaingi tinggi ombak yang ada di depannya. Alice kemudian menggenggam pedang jenderal. Dia mengayunkan pedang jenderal untuk memotong ombak-ombak yang ada di depannya. Setelah dia membuat jalan menuju pada Horus, Alice langsung pergi secepat mungkin ke arah Horus.
Horus terkejut, namun juga merasa bersemangat karena Alice dapat melewati ombak yang dia buat. {Gadis elf ini sejak awal membuatku bersemangat! Jangan pikir hanya dengan api yang kau bawa cukup untuk mengalahkanku!} Horus kemudian membuat semua ombak yang ada di bawahnya melayang ke udara. Gumpalan air yang sangat banyak tersebut berubah bentuk menjadi sebuah tangan raksasa.
"Nah, sekarang bagaimana kau akan melawan tinjuku ini!" Horus mengayunkan tinjunya.
Tidak hanya Horus, Alice juga mencoba mengubah kobaran api yang ada di pedangnya. Kobaran api yang liar tersebut dia ubah menjadi lebih tenang. Kobaran api Alice membentuk sebuah bilah pedang yang besar yang mempunyai ukuran yang mirip dengan tinju Horus.
Tinju air dan bilah pedang api itu kemudian bertemu. Saat api dan air bertemu tentu saja membuat sebuah uap, uap yang dibuat mereka berdua sangatlah besar. Saking besar mereka bahkan hingga tertutupi uap dan sisa air milik Horus membuat hujan pada orang-orang yang berada di bawahnya. Chors dan Ema baru saja naik ke atas tebing, mereka melihat ke arah uap yang dibuat Alice dan Horus.
Horus keluar dari dalam uap yang mengepul. Chors langsung dapat melihat Horus, dia kemudian menunjuk Horus agar Ema dapat melihatnya. Ema menyatukan kedua tangannya untuk membuat pijakan bagi Chors. Ema mencoba untuk tangannya agar terarah tepat di Horus.
"Cepat naiklah sebelum dia berpindah terlalu jauh."
"Jangan jatuhkan aku." Chors berada di atas tangan Ema.
"Aku tak mengira akan melakukan ini lagi, [Hurricane Steps]!" Ema membuat Chors terbang ke arah Horus.
Karena jarak yang sangat jauh Ema membuat [Hurricane Steps]nya jauh lebih kuat daripada yang biasa dia gunakan. Berkat itu Chors menjadi terbang sangat cepat ke arah Horus. {Jika secepat ini aku akan kesulitan menggerakan tubuhku.} Karena melawan udara membuat Chors kesulitan untuk mempersiapkan tinjunya. Dia melewati uap dan tiba di atas Horus.
Horus terkejut karena Chors bisa datang ke tempat setinggi itu. {Bukankah dia tidak bisa terbang? Bagaimana bisa dia ada disini?} Chors yang berada di atas Horus menyatukan kedua tangannya ke atas. Dia kemudian mengeluarkan [Power Up 30x].
"Cobalah untuk turun sesekali!" Chors memukul Horus dengan kedua tangannya hingga dia terdorong ke bawah. "Alice sekarang dia milikmu!"
Horus terjun ke bawah dan melewati uap. Di dalam uap dia dapat melihat sebuah cahaya merah dengan mata tajam. Disana Alice sudah menunggu Horus dengan sisa-sisa api di pedangnya. Alice kemudian mencoba untuk memotong Horus, namun karena api miliknya terlalu lemah dia hanya dapat menghantam Horus. Alice membuat Horus terpental jauh, Chors yang melihat Horus terpental merasa perlu untuk menghajarnya lagi.
"Alice beri aku pijakan!"
Alice menggerakkan pedang-pedang miliknya kepada Chors. Dia mengarahkannya tepat pada kedua kaki Chors. Chors kemudian langsung mengambil langkah besar untuk pergi ke arah Horus. Horus yang melihat kedatangan Chors mengayunkan tangannya ke atas dan memunculkan ombak.
"Bagaimana cara aku melewati itu!"
*swung*
Alice mengayunkan pedang jenderal dan memotong ombak yang menghalangi Chors. (Bagus Alice) Chors menunjukan senyum lebarnya.Dia kemudian mengepal tangan kanannya dengan erat. Chors meninju perut Horus hingga dia kesulitan bernafas.
"Sejak kapan tinjumu menjadi seberat ini?!"
Chors melanjutkan tinjunya dengan mengepal kedua tangannya dan menghantam Horus kebawah. Horus terjatuh hingga ke tanah. Chors yang sudah memaksakan tubuhnya tidak dapat bergerak lagi. Hal itu membuatnya dia terjatuh dengan lemas kebawah.
"Minggir kalian semua!" Luce berteriak dengan kencang. "[Judgement] tebuslah semua dosamu dengan ini!"
Awan-awan yang menutupi langit menjadi terbelah. Sebuah pedang cahaya raksasa muncul dari langit. Pedang itu sangatlah besar bahkan rasanya dapat mengenai sebagian besar medan perang. Ema yang melihat datangnya pedang tersebut menjadi kesal.
"Bajingan gila, dia tidak memberitahu aba-aba sedikitpun!" Ema melihat ke langit dan mencari Chors.
Ketika Ema menemukan Chors dia langsung menggunakan [Hurricane Steps] untuk mendekati Chors. Ema memaksakan dirinya agar dapat menggapai Chors. Chors yang sedang terjatuh ditangkap Ema. {Sial aku tidak tahu apakah manaku cukup untuk mendarat dengan mulus.} Ema mencoba untuk pergi sejauh mungkin dari jangkauan serangan Luce.
Pedang Luce kemudian turun dengan cepat ke tanah. Horus melihat langsung pedang besar tersebut mengarah padanya. Dia mencoba untuk menggerakkan tubuhnya akan tetapi tubuhnya tidak bergerak sedikitpun. Mata kanannya berubah menjadi warna merah.
"Berani-beraninya kau mengambil kesempatan pada saat seperti ini!"
Serangan Luce mengarah langsung pada Horus. Ketika pedang itu mengenai Horus, Horus terdorong ke dalam tanah. Timbul cahaya yang sangat terang juga di tempat Horus terserang. Horus menjerit sangat keras karena kesakitan.
"HAAAAA!!!"
*duar*
Ledakan yang sangat besar muncul dan cahaya menjadi redup. Edward dan Catarina melompat turun dari tembok yang dibuat Wiliam. Mereka kemudian berjalan mendekati lubang akibat serangan Luce. Mereka melihat ke dalam dan tidak dapat melihat apa-apa karena terlalu dalam.
"Apakah itu berhasil?" Ema bertanya pada Chors.
"Sepertinya berhasil." Chors menjawab dengan senyum.
Mereka memeluk satu sama lain karena senang. Seluruh pasukan Kardia berteriak dengan gembira. Pasukan Iblis Timur terlihat ragu dan ketakutan karena Horus sudah dikalahkan. Mereka berjalan mundur dengan perlahan-lahan. Di tengah kegembiraan mereka dapat mendengar suara tawa yang sangat lantang.
"HAHAHAHAHA!"
Sebuah suara yang terdengar mirip dengan Horus namun jauh lebih berat. Suara tersebut berasal dari lubang tempat Horus. Kegembiraan yang sudah menyebar di medan perang menjadi hening dengan kebingungan. Semua orang bingung dengan suara tersebut.
"Aku berterima kasih untuk kalian karena sudah membantuku dapat bebas."
Horus terbang dengan perlahan menuju atas. Ketika dia muncul semua orang menjadi pucat pasi. Semua orang diam seribu bahasa dan tidak dapat berkata apa-apa. Horus kemudian mendarat di tanah sambil meregangkan tubuhnya.
"Sudah sangat lama aku tidak keluar dari tempat gelap itu." Horus memutar-mutar lengannya dan menggerakan lehernya. "Kenapa kalian melihat aku dengan kebingungan seperti itu? HAHAHAHA kalian pasti mengira aku adalah orang yang sama dengan si bodoh itu!"
Karena kata-kata yang diucapkan Horus membuat semua orang menjadi kebingungan. Alice yang melihat Horus dengan seksama menemukan ada yang berbeda dengan dirinya. Mata biru Horus berubah menjadi merah menyala.
"Bukankah ada yang berbeda dengannya?" Alice mencoba memastikan apa yang dia lihat.
"Apa maksudmu?" Wiliam menjadi bingung dengan Alice.
"Lihatlah dengan seksama warna kedua matanya berubah."
"Karena kalian sudah mengalahkan Horus, sekarang ronde kedua akan dimulai bersamaku. Sambutlah lawan kalian Seth!" Dia berbicara sambil melebarkan kedua tangannya.