Chereads / Demon Become Hero / Chapter 169 - Chapter 169

Chapter 169 - Chapter 169

Perang dimulai dengan bentrokan antara kedua pasukan. Prajurit Kardia melawan Iblis Timur dengan wajah penuh keraguan. Jenderal hanya dapat meningkatkan semangat mereka untuk sesaat saja. Namun dalam sekejap semangat itu pudar ketika mereka berhadapan dengan langsung.

Tubuh besar ogre dapat mereka lihat dengan jelas. Hanya dengan perbedaan ukuran tubuh saja mereka sudah dapat menyadari tidak ada kesempatan untuk melawan. Ditambah dengan armor yang dipakai ogre, jangankan untuk membunuh membuat luka saja sudah sangat sulit.

Sedangkan orc yang mempunyai ukuran tubuh yang mirip dengan manusia juga membuat mereka tidak berdaya. Ukuran tubuh yang mirip tidak berarti akan menjadi seimbang. Nyatanya tenaga yang dimiliki antara kedua ras ini sudah jauh berbeda. Satu pukulan orc rasanya sudah membuat tulang mereka menjadi retak.

Goblin yang merupakan monster terlemah diantara pasukan monster juga membuat kerepotan. Monster yang seharusnya dapat dikalahkan oleh prajurit dengan mudah malah membuat mereka juga kesulitan. Hal ini terjadi karena sejak perang dimulai jiwa prajurit mereka sudah memudar. Sejak melihat kawanan monster jiwa mereka hanya diisi dengan ketakutan.

*buk*

Seorang prajurit terkena pukulan ogre dan membuat dirinya terlempar ke tanah. Dia mencoba untuk berdiri tapi kaki kanan miliknya sudah patah. Ditambah dengan ogre yang berjalan mendekatinya membuat dia menjadi semakin panik. Semakin ogre mendekat, pikiran miliknya hanya terisi dengan kata 'mati'.

*wush*

Sebuah bola api melewatinya dan mengarah ke arah ogre. Saat bola api mengenai ogre, ogre yang sebelumnya tidak tersentuh sedikitpun menjadi terbakar hingga hangus. Prajurit terkejut karena melihat ogre mendapatkan serangan yang fatal. Suara langkah kaki terdengar dari belakang prajurit, sontak dia melihat ke belakang. Langkah kaki yang dia dengar adalah milik Edward.

"Jika tidak dapat membantu setidaknya jangan menjadi beban untuk orang lain."

"B-Baik."

"Dasar rakyat jelata menyebalkan." Dari kedua tangannya muncul bola api.

Edward melihat ke depan dengan seksama. Dia mencoba untuk maju ke depan, namun dengan semua pertarungan yang ada di depannya membuat jalannya terhalang. Karena itu dia mencoba untuk mencari celah yang tepat. Akan tetapi dia hampir tidak melihat ada celah sedikitpun.

"Jika tidak ada celah maka aku hanya perlu membuatnya!" Edward melempar bola api ke arah ogre.

Berkat serangan miliknya, dia dapat melihat sebuah celah. Karena itu dia terus berlari sambil melempar bola apinya dengan terus-menerus. Hal ini disaksikan oleh para prajurit. Edward yang awalnya hanya berniat untuk membuat jalan untuk dirinya sendiri malah tampak seperti seorang pahlawan yang mencoba untuk mengubah alur perang. Berkat serangan Edward semangat pasukan dapat meningkat kembali.

Edward sekarang berada di barisan terdepan. Dia membuat bola api di kedua tangannya. Namun berbeda dengan sebelumnya, dia tidak melemparkan bola api tersebut. Dia meluruskan kedua tangannya dan menyatukan kedua tangannya di depan.

"[Burning Flame]!"

Melalui celah kecil dari kedua tangannya, bola api berubah menjadi semburan api. Semburan api itu sangat amat besar. Semburan api membakar semua yang ada di depan Edward. Seluruh prajurit dapat menyaksikan dan juga merasakan panas api yang dibuat Edward. Seluruh prajurit bersorak dengan kencang karena melihat sebuah harapan.

"Lumayan, rupanya dia cukup kuat juga."

"Bagaimana dengan kita? Bukankah lebih baik kita juga ikut bergabung? Lagi pula tidak ada apapun diatas sini." Tanya Ema pada Chors.

"Tentu saja kita akan bergabung, tapi kita akan ikut permainan yang sama dengan mereka. Mereka memulai satu persatu kalau begitu kita juga akan memulai satu persatu."

"Lalu siapa yang akan turun duluan?"

"Bagaimana dengan Alice?" Mereka berdua melihat ke arah Alice.

"Benarkah aku boleh?" Alice menjadi bersemangat, Chors hanya mengangguk-angguk saja.

Dengan senang hati Alice berjalan ke ujung tebing. Dia kemudian membiarkan dirinya jatuh ke bawah. Sebelum dia menyentuh dengan tanah, Alice memunculkan pedang-pedang miliknya. Dia kemudian menyatukan seluruh pedang tersebut sebagai pijakan untuknya. Berkat pedang-pedang miliknya, Alice dapat mendarat dengan aman. Dia kemudian melangkah turun dengan lompatan kecil.

Alice menarik nafasnya dengan dalam dan membuat pedang-pedang di belakangnya menghilang. Dia membuka kedua telapak tangannya dan memunculkan pedang. Alice menggenggam pedangnya dengan erat. Dia kemudian langsung mengambil langkah untuk berlari ke depan.

Saat melangkah ke depan kedua sorot matanya tampak berubah. Alice mengayunkan pedang-pedang tersebut dengan perlahan, namun setiap serangannya sangat mematikan. Setiap langkah yang dia buat selalu membuat monster berjatuhan. Para prajurit bahkan dibuat terkejut, mereka tidak mengerti kenapa serangan Alice dapat menembus armor musuh. Sedangkan serangan mereka tidak dapat menembusnya.

Alice terus melangkah ke depan hingga dia berada di garis terdepan. Edward yang sedang menyerang monster menjadi terkejut karena Alice berada di sampingnya. {Dia! Bukankah dia salah satu bagian dari Iblis Barat? Kenapa dia berada disini?!} Karena perhatian Edward teralihkan dia tidak menyadari kalau seekor orc datang di sampingnya dan siap menghantamnya.

*slash*

"Sebaiknya kau tidak merepotkan orang lain." Alice berbicara dengan dingin.

"Kau! Beraninya kau berbicara seperti itu padaku!"

Alice kemudian menatap Edward dengan tajam. Dia memunculkan pedang miliknya dan membuatnya melayang diantara leher Edward. Edward menjadi sangat kesal karena dia merasa sedang diancam oleh seorang bocah. Edward membuat bola api yang jauh lebih panas daripada sebelumnya.

"Apa kau tahu apa yang kau lakukan sekarang ini?"

"Kau sudah menghina Kira sebelumnya, aku tidak akan membiarkan dirimu lolos."

"Dasar bocah ingusan!" Edward melempar bola apinya.

Alice menghilangkan pedang yang ada di tangan kirinya. Dia mengganti pedangnya dengan sebuah pedang merah. Alice mengayunkan pedang yang ada di tangan kirinya untuk memotong bola api. Edward terkejut karena bola apinya dapat dibelah dan tidak meledak. Api yang berada di udara kemudian bergerak ke arah pedang Alice dan bernaung disana. Pedang Alice menjadi berisi kobaran api.

"Pedanga apa yang sebenarnya kau bawa?!" Alice melangkah maju ke depan untuk menyerang Edward.

Edward menyatukan kedua tangannya sebelum Alice semakin dekat dengan dirinya. Alice yang sudah melihat perang dari atas mengetahui apa yang akan Edward lakukan. Dia menghilangkan pedang di tangan kanannya. Pada saat yang sama Edward sudah menembakkan [Burning Flame].

"HAHAHA RASAKAN APIKU!"

Saat Edward tertawa dengan puas dia melihat sebuah lingkaran biru dengan samar-samar di dalam kobaran api. Kobaran api yang berada di sekeliling kemudian bergerak ke satu tempat. Melihat kobaran api yang bergerak seperti itu, Edward menyadari kalau Alice selamat.

Seluruh kobaran api miliknya berkumpul pada pedang Alice, api pada pedang Alice bahkan sudah menutupi bilah pedang itu sendiri. Alice dapat selamat berkat perisai yang sedang dia pegang di tangan kanannya. Alice bergerak ke depan untuk menyerang Chors.

*bak*

Seekor minotaur muncul di dekat Alice dan mengayunkan tinjunya ke arah Alice. Alice berhasil melindungi dirinya dengan perisai. Edward terkejut karena muncul minotaur di depannya. Minotaur merupakan monster kelas A dengan kulit sekeras baja. Namun hal yang paling menakutkan dari minotaur adalah kepintarannya. Monster ini mempunyai kepintaran yang diatas rata-rata sehingga membuatnya dapat beradaptasi di setiap pertarungan.

Minotaur kemudian berlari ke arah Edward. Edward membuat bola api dan menyerang minotaur. Serangan milik Edward tidak membuat luka yang fatal. Minotaur tetap berlari ke depan walau terus menerus diserang. Minotaur menabrak dirinya pada Edward. Edward menjadi terpental dan ke belakang. Edward dapat merasakan tulang pada lengannya menjadi retak.

Minotaur mendekat ke Edward dan mengepal tangannya. Saat minotaur menarik tangannya untuk memukul Edward, Alice muncul dan menyerang minotaur dari belakang. Serangan miliknya tepat mengarah pada tengkuk minotaur. Alice berhasil membuat sebuah luka namun tidak dalam. Perhatian minotaur menjadi teralih pada Alice.

Minotaur langsung menyerang Alice dengan tinjunya. Alice menahan tinju tersebut dengan perisai yang dia pegang. Perisai itu mempunyai durabilitas diatas perisai biasa karena dapat membuat barrier mana. Namun tetap saja jika diserang terus menerus seperti ini, perisai ini akan hancur. Ema yang melihat minotaur menjadi lawan Alice segera ingin melompat turun. Namun Chors langsung menghalanginya.

"Apa yang kau lakukan? Kita harus membantunya."

"Tidak, kita harus membiarkannya melawannya. Alice masih mempunyai kesempatan untuk menang."

"Haha terima ini monster bajingan!" Edward tertawa dengan keras.

Edward meluruskan kedua tangannya dan membuat bola api yang ukurannya sama dengan tubuhnya. Dia kemudian menembakan bola api ke arah minotaur. Bola api tersebut membuat minotaur terdorong sesuai dengan arah bola api. Bola api kemudian meledak dan membuat kobaran api pada minotaur dan juga pasukan monster.

Di tengah-tengah kobaran api minotaur masih dapat berdiri. Namun minotaur mempunyai beberapa luka pada tubuhnya. Edward terkejut karena minotaur masih dapat berdiri. Setelah mengeluarkan serangan sekuat itu membuat Edward merasakan kelelahan. Dia juga harus menghemat kekuatannya untuk melawan jenderal nanti. Alice berjalan mendekati Edward.

"Berikan aku apimu lagi, aku akan menghabisinya."

"Bagaimana bisa kau menghabisinya? Seranganku saja tidak membuatnya luka."

"Ikuti saja kata-kataku."

Alice kemudian memunculkan pedang-pedang miliknya. Dia kemudian melayangkan pedang-pedangnya ke arah minotaur. Alice mencoba untuk menghambat minotaur agar tidak dapat mendekatinya dengan mudah. Alice kemudian mengangkat pedangnya ke atas.

"Cepat berikan apimu!"

Edwad kemudian mengeluarkan sihir apinya dan memberikan pada Alice. Alice kesulitan untuk fokus mengendalikan pedang-pedangnya. Karena terus dialiri api pedang Alice sudah terselimuti dengan kobaran api. Kobaran api yang tidak teratur tersebut kemudian perlahan-lahan mulai menyusut dan memadat pada pedangnya.

"Cukup." Alice kemudian menghilangkan pedang-pedang yang menghalangi minotaur.

Alice mengambil langkah untuk berlari ke arah minotaur. Dia juga menghilangkan perisai yang ada di tangan kanannya. Minotaur yang sudah dapat berlari dengan mudah. Alice juga berlari ke depan tepat ke arah minotaur. Minotaur menyondongkan kepalanya untuk menghantam Alice dengan tanduk yang ada di kepalanya. Alice kemudian meluncur kebawah dan melewati tubuh minotaur dari bawah.

Saat berada di bawah minotaur, Alice mengayunkan pedangnya dan berusaha untuk memotong tubuh minotaur. Dengan pedang yang sangat panas dapat membuat tubuh minotaur terpotong dengan perlahan-lahan. Saat pedang tersebut hampir melewati setengah tubuh minotaur, Alice merasa kalau apinya sudah tidak sepanas sebelumnya. Dia kemudian menghilangkan pedangnya tersebut dan melompat ke atas.

Alice yang sedang berada di atas, memunculkan pedang lainnya. Pedang milik Alice itu sangatlah besar, bahkan ukuran pedang tersebut tiga kali lebih besar dari dirinya. Alice memegang pedangnya dengan kuat dan dengan sekuat tenaga dia mengayunkan pedangnya. Dengan pedang sebesar itu Alice dapat memotong tubuh minotaur.

Alice yang berhasil membunuh minotaur mendarat di tanah dengan nafas yang terengah-engah. Saat dia sedang mencoba untuk mengembalikan nafasnya. Edward dan Alice menjadi terkejut dan tidak dapat berkata apa-apa. Minotaur lain muncul dari pasukan monster dalam jumlah yang banyak.