Ruang rapat sudah dipenuhi dengan bangsawan. Namun jumlah bangsawan yang mengikuti rapat sudah tidak sebanyak sebelumnya. Bangsawan yang mengikuti rapat ini adalah bangsawan yang mencoba mencari keuntungan dari perang. Perang memang terdengar merugikan bagi rakyat, namun beberapa bangsawan menggunakan perang sebagai ladang uang seperti untuk persedian senjata.
Dengan para pemegang simbol yang mengikuti perang tentu bangsawan ingin mendekatkan diri dengan para pemegang simbol. Mereka semua tahu dekat dengan pemegang simbol akan memberikan keuntungan dari berbagai aspek. Tidak hanya itu tidak jarang bangsawan mencoba untuk membuat nama mereka menjadi baik di depan rakyat melalui perang ini. Pintu ruang rapat kemudian terbuka dan seluruh mata menuju ke arah pintu.
Jenderal masuk ke ruang rapat bersama dengan Chors, Ema, dan Alice. Melihat adanya demi human membuat tatapan jijik bangsawan terlihat dengan jelas. Mereka dapat merasakan tatapan yang mengatakan "Bagaimana bisa aku seruangan dengan makhluk seperti ini!" Chors hanya tersenyum kecil melihat tatapan tersebut {Jika tidak suka pada kami setidaknya cobalah untuk menutupinya.}
Saat mereka duduk, bangsawan yang tepat berada di samping mereka menggeser kursinya untuk membuat jarak antara Chors dan Ema. Namun berbeda dengan Alice, pandangan bangsawan dengan sangat jelas menunjukan mereka mempunyai hasrat pada Alice. Semua bangsawan dapat mengetahui kalau Alice adalah seorang Elf. Bangsawan mengetahui dengan jelas nilai dari ras Elf.
Ema jauh lebih kesal dengan tatapan yang ditunjukkan bangsawan pada Alice. Ema ingin melindungi Alice seperti seorang ibu melindungi anaknya. Chors mengetahui kalau Ema sangat kesal, karena itu dia mencoba menahan Ema dengan menahan tangan Ema. Ema melihat ke arah Chors sambil menggigit bibirnya.
"Tahan amarahmu jika kau mengamuk di tempat ini hanya akan membuat masalah baru." Chors berbisik pada Ema.
"Tapi aku tidak tahan melihat mata mereka, rasanya aku ingin menusuk mata mereka semua."
"Tahan Ema, mereka adalah bangsawan."
"Aku tahu itu jika bukan bangsawan sudah pasti aku akan membunuh mereka semua!"
Pintu terbuka dan para pemegang simbol datang. Chors, Ema, dan Alice sedikit kebingungan karena mereka juga ikut turut dengan rapat. Saat mereka duduk, Wiliam menyadari kalau mereka tampak kebingungan. Karena itu Wiliam mencoba untuk mengenalkan diri mereka.
"Sepertinya kalian masih kebingungan dengan siapa kami. Perkenalkan aku adalah Wiliam pemegang simbol tanah, aku minta maaf karena membuat keributan tadi. Dia adalah Edward pemegang simbol api, dia Catarina pemegang simbol angin, dan dia adalah Luce pemegang simbol cahaya."
Setelah mengenalkan para pemegang simbol, Raja datang dengan putra mahkota. Seluruh orang di rapat langsung berdiri untuk memberi hormat. Tentu Chors, Ema, dan Alice juga ikut memberi hormat. Beberapa bangsawan nampak terkejut karena demi human mengerti dengan tata krama.
"Kalian sudah bisa berhenti membungkuk." Raja kemudian duduk dan menyadari ada seseorang yang kurang. "Dimana pemegang simbol kegelapan? Bukankah perwakilan Iblis Timur sudah datang?" Raja bertanya pada jenderal dan jenderal kemudian melihat ke arah Chors.
"Pemegang simbol kegelapan sedikit terlambat, tapi dia pasti akan ikut turut serta dalam perang ini jadi anda tidak perlu khawatir yang mulia."
"Apa?! Jadi kau bilang ada urusan yang lebih penting dibanding perang ini?" Raja dengan sangat jelas menunjukan wajah jengkelnya.
"Tenang saja yang mulia dia pasti akan datang. Ditambah hal ini penting karena ini hal ini juga akan membantu saat perang nanti."
"Aku harap itu benar." Raja menghela nafasnya. "Jenderal aku ingin kau memulai rapat hari ini."
"Sebelum rapat ini dimulai saya akan menjelaskan kembali bagaimana rencana yang sudah pernah dibahas." Jenderal menjelaskan kembali semua hal yang sudah dibahas pada rapat sebelumnya secara singkat.
Chors menyimak dengan seksama untuk mengerti dengan baik rencana yang sudah disiapkan. Chors kemudian mengangkat tangannya, jenderalpun menunjuk Chors.
"Aku sudah cukup mengerti dengan rencana ini. Jadi sekarang yang perlu dintentukan adalah unit yang menjaga tebing bukan?"
"Be-."
"Sebenarnya kami sudah memikirkannya." Luce memotong jenderal.
"Benarkah?"
"Kami ingin kalianlah yang menjadi unit yang menjaga tebing."
Chors menyadari kalau mereka sejak awal memang ingin disisihkan dari tempat peperangan. Saat Ema mendengar itu membuatnya menjadi kesal. Ema merasa kalau mereka diremehkan karena itulah mereka diminta untuk menjaga tebing. Ema menjadi tidak terima dengan perlakuan ini.
"Apakah kalian meremehkan kami sampai kami harus menjaga tebing?!"
*brak* Edward memukul meja.
"Meremehkan? Sejak awal kalian memang pantas diremehkan, bahkan pemegang simbol kegelapan saja tidak datang. Dari awal kalian datang, kalian sudah tidak mempunyai nilai."
"Hentikan Ema, kami akan mengambil bagian untuk menjadi unit penjaga tebing."
Raja kemudian melihat ke arah jenderal. Jenderal mengetahui apa yang dimaksud Raja.
"Sebelum itu apakah kalian berani menjamin kalau pemegang simbol kegelapan akan datang?"
"Aku berani menjamin hal ini." Chors menjawab dengan percaya diri.
"Lalu bagaimana jika dia tidak datang?" Luce bertanya untuk memojokan Chors.
Ema dan Alice tampak ragu, mereka menjadi berkeringat dingin. Edward yang melihat hal ini tampak senang, dia bahkan dengan terang-terangan tersenyum. Tapi berbeda dengan Chors, dia tampak percaya diri. Chors kemudian mengangkat tangannya dan meluruskannya ke depan.
"Jika dia tidak datang kalian dapat memotong tanganku ini." Ema dan Alice tentu saja terkejut dengan pernyataan Chors.
"Apa kau yakin dengan yang baru saja kau katakan?" Senyum Edward semakin lebar.
"Tentu aku yakin."
"Baiklah, aku sendiri yang akan memotong tanganmu nanti."
Jenderal merasa suasana rapat sudah menjadi tidak kondusif. Sebelum rapat menjadi semakin kacau, Jenderal memutuskan untuk menghentikan rapat ini.
"Karena masalah unit penajaga tebing sudah selesai sebaiknya kita hentikan saja rapat untuk hari ini."
"Baiklah rapat hari ini akan aku tutup, kalian dapat mengikuti pelayan untuk menuntun kalian ke kamar yang sudah aku siapkan." Raja menutup rapat hari ini.
Satu persatu orang-orang berjalan keluar dari ruang rapat. Chorspun juga berjalan keluar dari ruangan. Saat dia melangkah keluar, Wiliam yang melihat Chors berjalan segera berjalan menghampirinya. Ema sedikit tidak senang karena Wiliam berada di dekatnya, Ema saat ini masih sangat kesal dengan para pemegang simbol.
"Apa kau punya waktu?"
"Tentu."
"Bisakah kau ikut denganku sebentar, aku ingin berbicara sebentar."
Wiliam membawa Chors berjalan ke taman. Entah kenapa Chors merasa aneh dengan berjalan berdua saja di taman bersama seorang pria dengan badan tegap dan besar. Setelah berjalan cukup lama Wiliam akhirnya memulai pembicaraan.
"Aku minta maaf untuk teman-temanku yang menyerang kalian tadi."
"Tidak perlu sampai meminta maaf, sebagai demi human perlakuan seperti tadi adalah hal yang biasa."
"Tentang apa yang kau katakan tadi di ruang rapat bukankah itu terlalu berbahaya?"
"Aku tidak peduli jika aku tidak punya dua tangan lagi pula dengan satu tangan saja tidak ada bedanya dengan dua tangan. Jadi tanpa tangan sekalipun pasti bukan apa-apa. Aku juga yakin Kira pasti akan datang ke perang ini."
Chors menatap dengan sedikit tajam pada Wiliam. {Sebenarnya apa yang kau inginkan? Kenapa tidak berbicara langsung saja ke intinya!} Wiliam nampak menyadari tatapan Chors.
"Memangnya apa yang sedang pemegang simbol kegelapan lakukan?"
"Dia sedang latihan." Wiliam menjadi penasaran.
"Apakah dia berlatih dengan Raja Iblis Barat?"
"Tidak, aku tidak akan menjawab pertanyaan yang tidak penting."
"Hahaha maafkan aku karena mencoba bertanya terlalu dalam. Selama beberapa hari kedepan kita akan bersama. Karena itu aku harap kita dapat bekerja sama dengan baik. Apalagi ini adalah perang aku harap kita dapat menjaga satu sama lain." Wiliam mengulurkan tangannya pada Chors.
"Tentu saja, kami akan menjaga kalian dari atas kalian tidak perlu khawatir." Chors menjabat tangan Wiliam. "Kalau begitu aku akan pergi ke kamarku." Chors langsung berjalan pergi dari Wiliam.
Chors berjalan masuk ke dalam istana. Saat sedang berjalan dari kejauhan dia dapat melihat Luce. Mereka saling melewati satu sama lain dan Luce menatap Chors dengan tajam. Setelah melewati Chors, Luce menghentikan langkahnya.
"Beritahu pemegang simbol kegelapan untuk segera datang. Ketika dia datang aku pasti akan menghabisinya." Chors merasa terpancing denga kata-kata Luce.
"Menghabisi?" Chors berhenti berjalan dan melirik ke belakang. "Kau pikir kau bisa mengalahkan Kira?" Chors berjalan mendekati Luce.
Dengan tubuh Chors yang lebih tinggi, membuat Luce harus melihat lebih ke atas untuk dapat melihat wajah Chors dengan jelas. Chors merasa sudah dapat mengintimidasi Luce dengan tubuhnya. Luce tidak ingin kalah dengan Chors, dia kemudian mencoba mengintimidasi Chors dengan mana miliknya.
Chors terkejut dengan mana milik Luce. {Tidak kusangka mana miliknya terasa cukup menusuk juga.} Chors mencoba melawan dengan mana yang dia punya. Tentu saja sejak awal mereka mempunyai perbedaan yang cukup jauh antara demi human biasa dan pemegang simbol. Luce tersenyum kecil karena mana Chors tidak dapat menyeimbanginya.
"Ternyata hanya seperti ini saja kemampuanmu? Pantas saja tadi kau hanya diam saja. Aku pikir kau punya sesuatu yang spesial."
"Coba kau katakan sekali lagi." Chors mengepal tangannya.
"Hmmp, aku sudah tidak ada urusan denganmu lagi. Aku hanya menunggu pemegang simbol kegelapan datang." Luce kemudian berbalik dan meninggalkan Chors.
Pada malam hari tepat di wilayah perang. Seorang pria dengan jubah sedang duduk di atas tebing sambil melihat pemandangan malam. Di balik jubah tersebut tampak dengan jelas sebuah senyuman yang sangat lebar.
"Tiga hari dari sekarang perang akan segera dimulai. Aku sudah tidak sabar menunggu perang ini dimulai!"
Hembusan angin malam membuat jubah itu turun dan memperlihatkan dengan jelas wajah dibalik jubah. Pria menggunakan jubah adalah Jenderal Iblis Timur yang menyusup ke Kardia. Dia kemudian berdiri sambil menepuk-nepuk tubuhnya untuk menghilangkan debu yang menempel padanya.
"Simbol kegelapan pastikan kau dapat menghiburku!" Dia mengepal tangan dengan erat. "Tidak hanya aku yang harus kau hibur tapi banyak orang yang harus kau hibur." Dia kemudian melihat ke belakang.
Dari jarak yang amat jauh pepohonan tumbang satu persatu. Di balik bayang-bayang pohon banyak mata merah menyala yang terlihat. Pohon-pohon tumbang karena pasukan Iblis Timur mulai bergerak ke medan perang.