Kereta kuda milik Chors sudah masuk ke wilayah Kardia. Dalam beberapa jam lagi mereka akan segera sampai di ibukota Kardia. Raja benar-benar menunggu kedatangan perwakilan dari Iblis Timur. Bahkan Rapat sudah ditunda selama beberapa hari. Karena memakan waktu yang cukup lama sebagian bangsawan sudah ada yang kembali ke wilayah masing-masing.
"Aku harap kita dapat ikut rapat dengan tepat waktu." Chors berbicara sambil melihat keluar jendela.
"Aku rasa kita tidak akan sempat, kita tidak akan punya cukup waktu untuk sampai sana."
"Yah jika kita memang akan mendapatkan hasil setidaknya hasil itu harus cukup bagus untuk kita. Seperti yang kita tahu sejak awal Kardia memang tidak cocok dengan kita."
"Kau benar ditambah dengan kekacauan yang kita buat." Chors mengingat kembali kerusuhan yang dia buat ketika menyelamatkan Kyra.
Chors dan Ema saling bertukar pandang dan mereka nampak mengetahui isi pikiran satu sama lain. Mereka kemudian langsung merenung kembali setelah mengingat semua hal yang mereka lakukan. Mereka tidak dapat membayangkan perlakuan seperti apa yang akan mereka dapatkan dari Kardia. Mereka hanya bisa menghela nafas sambil menunggu sampai di Kardia.
Sedang di Kardia, di sebuah ruangan di istana berisi para pemegang simbol. Suasana ruangan terasa berat karena Luce dan Edward sedang dalam perdebatan. Mereka hanya saling pandang satu sama lain dengan mencoba menekan satu sama lain. Wiliam sendiri sedang mencoba untuk memisahkan mereka berdua dan Catarina tampak tidak peduli dengan mereka berdua.
"Berapa kali aku harus bilang padamu jangan coba bersikap seperti pemimpin diantara kami!" Edward berteriak dengan kencang pada Luce.
"Bersikap seperti pemimpin? Memang sudah sepantasnya aku bersikap seperti ini." Luce berbicara dengan menunjukan wajah angkuh.
"Hanya karena kau pemegang simbol cahaya bukan berarti kau adalah yang terbaik diantara kami semua!" Dahi Edward semakin berkerut.
"Sepertinya kau harus merasakan bagaimana kekutanku untuk membungkam kesombonganmu."
"Kau?! Ingin mencoba mengalahkanku? Sepertinya kau terlalu percaya diri. Kalau begitu ayo kita ke tempat latihan dan buktikan siapa yang lebih kuat!"
"Tunggu, tunggu! Bukankah kita tidak perlu melakukan ini? Ini hanya akan menjadi pertarungan yang sia-sia." Wiliam mencoba menghentikan mereka berdua dengan berdiri di depan Edward.
"Untuk apa kau menghentikan mereka? Lagi pula ini tidak akan membuat siapapun rugi jika mereka bertarung. Selain itu mereka juga dapat mengetahui siapa yang lebih kuat dan menentukan posisi mereka." Catarina tampak setuju dengan pertarungan yang akan dibuat mereka berdua.
Luce dan Edward saling menatap satu sama lain dan membuat mereka semakin yakin untuk melakukan pertarungan. Edward berjalan melewati Wiliam dan Luce juga berjalan mengikuti Edward. Wiliam kemudian melihat Catarina dengan tatapan yang mengatakan "Semua ini salahmu." Catarina yang sedang duduk di atas meja turun dan berjalan mendekati Wiliam.
"Kenapa kau mengatakan itu? Jika seperti ini terus kita akan semakin terpecah!"
"Apa yang kau bicarakan? Sejak awal kita tahu kalau mereka adalah orang yang mempunyai harga diri yang tinggi. Jika kita tidak membuat mereka mengetahui posisi masing-masing maka hal ini akan terus terjadi. Jadi lebih baik ini ditentukan sejak awal. Lagi pula kita tidak peduli siapa yang akan memimpin."
Wiliam menyadari apa yang Catarina lakukan tidak sepenuhnya salah. Karena itu Wiliam dan Catarina juga ikut berjalan ke tempat pelatihan kesatria. Sedangkan Luce dan Edward berjalan dengan saling menekan satu sama lain dengan kekuatan mana mereka. Beberapa kesatria dapat merasakan tekanan yang diberikan oleh mereka berdua.
Saat sedang berjalan keluar dari istana, mereka berdua melihat para kesatria tampak berbaris seperti akan menyambut kedatangan tamu penting. Tentu mereka menjadi penasaran siapa tamu yang akan datang hingga membuat para kesatria berkumpul membentuk barisan. Sebuah kereta kemudian terlihat masuk ke dalam halaman istana. Saat melihat kereta tersebut dahi Luce dan Edward menjadi berkerut dengan kesal.
{Pemegang simbol kegelapan!} Mereka langsung menjadi kesal karena melihat lambang Iblis Timur pada kereta kuda. Hal ini juga membuat mereka mengetahui kalau isi kereta tersebut adalah pemegang simbol kegelapan.
Mereka yang awalnya berniat untuk pergi ke tempat pelatihan menjadi berhenti dan terdiam sambil menatap dengan tajam ke kereta. Kereta kuda berhenti di tengah-tengah barisan dan seorang kesatria berjalan ke kereta untuk membukakan pintu. Chors, Ema dan Alice kemudian turun dari kereta dengan satu persatu. Edward dan Luce kebingungan karena tidak melihat Kira.
Untuk menjawab rasa penasaran mereka, mereka berjalan mendekati kereta. Wiliam dan Catarina yang baru saja keluar dari istana, merasa penasaran karena melihat Edward dan Luce tidak berjalan ke arah tempat pelatihan. Karena itu mereka berjalan ke arah Edward dan Luce. Dengan tubuh besarnya, WIliam dapat melihat kereta Iblis Timur.
{Dimana pemegang simbol kegelapan?!} Wiliam melihat dengan kebingungan.
Sejak mereka turun dari kereta, Ema sudah dapat merasakan tatapan yang tidak mengenakan. Tatapan itu membuat Ema tidak nyaman, namun dia juga tidak dapat menyalahkan tatapan tersebut. {Sejak awal aku sudah menduga pasti akan ada yang tidak senang. Tapi aku tidak pernah menyangka mereka melakukannya dengan terang-terangan.}
"Dimana pemegang simbol kegelapan?!" Luce berteriak dengan wajah kesal.
Tentu semua terkejut karena Luce berteriak seperti itu. Ema dan yang lain menatap Luce dengan tajam karena berteriak seperti itu. Mereka hanya diam dan nampak tidak berniat untuk menjawab Luce. Edward menjadi kesal karena melihat orang-orang yang ada di depannya tampak sombong.
"Aku yakin dia sedang bersembunyi seperti pengecut. Sejak awal rakyat jelata seperti dia memang tidak pantas untuk menjadi pemegang simbol dan kalian seharusnya tidak perlu menatapku dengan sombong seperti itu!" Mendengar Kira dibicarakan seperti itu tentu saja semua menjadi kesal. Ema dan Alice sejak awal sudah tidak tahan dengan Edward.
*wosh*
Ema bergerak dengan sihirnya menuju ke arah Edward. Sedangkan Catarina dapat melihat gerakan Ema dan ikut bergerak ke arah Ema. Ema datang dengan cepat tepat di depan Edward dengan pisau mananya sudah mendarat pada leher Edward. Catarina juga sampai di belakang Ema pada waktu yang bersamaan. Tangan Catarina sudah mencengkeram leher Ema.
Gerakan Ema dan Catarina membuat semua orang terkejut karena sangat cepat. Namun ada hal lain yang membuat orang-orang lebih terkejut. Dua bilah pedang muncul dengan tiba-tiba tepat di depan leher Luce dan Catarina, mereka berdua terkejut karena pedang yang ada di depan mereka. Semua orang kebingungan karena melihat kedua pedang tersebut melayang di udara.
Wiliam dan Chors tidak bergerak dan hanya melihat satu sama lain. Mereka tampak menyadari bertarung di tempat seperti ini tidak akan memberikan keuntungan apapun bagi kedua belah pihak.
"Bukankah kita tidak perlu melakukan ini lebih jauh?"
"Kau benar,bukankah kalau begitu bukankah kalian seharusnya mundur lebih dahulu?" Chors tampak tidak mau mengalah begitu saja.
"Kau meminta kami mundru?! Aku tidak akan pernah mundur karena kalian!" Edward berteriak dengan kesal.
Ema yang merasa semakin kesal semakin mendekatkan pisaunya dan membuat luka kecil pada leher Edward. Tentu Catarina tidak diam saja melihat Edward diserang dia mencekik leher Ema. Alice ikut menyerang dan membuat luka kecil pada Catarina. Luce tidak mau diam saja dan menunjukan sihir cahaya berbentuk bola-bola kecil dan menembakkannya ke arah Chors dan Alice.
Untuk melindungi Alice, Chors membuat tembok es dan memblokir serangan Luce. Wiliam menyadari kalau ini berlanjut hanya akan membuat semakin suasana semakin kacau. Wiliam datang ke Luce dan menghentikan Luce untuk melakukan serangannya. Tentu saja Luce merasa kesal karena Wiliam menghentikannya.
"APA YANG KAU LAKUKAN!"
"Hentikan jika seperti ini terus hanya akan membuat istana menjadi kacau." Wiliam kemudian melihat ke arah Catarina. "Catarina berhenti mencekik dia."
Catarina melonggarkan cekikannya dan melepaskannya dengan perlahan-lahan. Chors menyadari situasi menjadi lebih tenang. {Sepertinya dia adalah pemimpin orang-orang ini.} Karena sudah seperti ini Chors hanya dapat mengikuti alur.
"Ema, Alice hentikan kembalilah kemari."
Dengan wajah yang cemberut Alice menghilangkan kedua pedangnya. Ema juga berhenti mengalirkan mananya pada pisaunya dan kembali bersama Chors dan Alice. Mereka semua memang berhenti menyerang satu sama lain, namun suasana belum menjadi tenang seutuhnya. Wajah kesal Edward masih terlihat dengan jelas, dia bahkan mengepal tangannya karena sangat kesal.
"AKU TIDAK TERIMA INI SEMUA!" Edward mengangkat tangan kanannya ke atas dan membuat ombak api.
Ombak api mengarah ke arah Chors, Chors sudah bersiap untuk membuat tembok es. Namun seseorang datang dan melompat ke depan Chors. Orang tersebut mengayunkan pedangnya dan membuat sihir Edward terbelah. Melihat kemampuan pedang tersebut semua orang langsung mengetahui jenderal datang. Jenderal datang dengan wajah yang geram.
"Apa yang sedang kalian lakukan?! Apa kalian baru saja mencoba menyerang tamu Raja?! Apa kalian semua tidak menghormati Raja?!"
"Ti-Tidak bukan begitu maksudku tapi merekalah yang memulai duluan!" Ema sangat kesal karena Edward membuat tuduhan.
"Kaulah orang yang pertama memulai keributan ini! Dengan mudahnya kau meremehkan Kira di depan kami semua!" Ema berteriak sambil menunjuk Edward.
"Atas nama kerajaan saya meminta maaf atas tindakan mereka semua." Jenderal membungkuk untuk meminta maaf.
"Yah itu hanya kesalahpahaman saja jadi sepertinya kita tidak perlu membuatnya terlalu jauh." Chors mencoba untuk membuat suasana menjadi tenang.
"Aku tahu kalian semua baru saja sampai di Kardia. Tapi situasi sangat mendesak untuk saat ini. Karena itu saya mohon jika kalian berkenan tolonglah ikut rapat perang hari ini."
"Tentu, kami pasti akan ikut rapat."
"Terima kasih kalau begitu tolong ikuti saya. Kalian semua jangan lupa untuk datang ke ruang rapat!"
Jenderal kemudian membawa Chors, Ema, dan Alice ke ruang rapat. Mereka berjalan melewati para pemegang simbol. Setelah mereka masuk ke istana. Edward berteriak dengan kencang karena kesal.
"RAKYAT JELATA KEPARAT! Beraninya mereka semua meremehkanku!" Luce sendiri juga tampak masih kesal dan berjalan kembali ke dalam istana.
"Hei kemana kau? Bagaimana dengan pertarungannya?" Catarina bertanya pada Luce.
"Aku sudah tidak peduli dengan pertarungan konyol itu!" Luce berjalan masuk ke dalam istana.