Alice sedang bersiap-siap menggunakan pakaian terbaiknya. Saat dia sedang bersiap-siap, Ema datang dan masuk ke dalam kamarnya. Melihat Ema, Alice langsung menunjukan senyumnya dengan lebar. Ema hanya menghela nafas dengan senyuman dan membiarkan kedua tangannya terbuka. Alice segera berlari dan memeluk Ema dengan erat.
"Terima kasih karena sudah membiarkan aku ikut dengan kalian."
"Sebenarnya kami masih tidak ingin kau ikut dengan kami. Tapi kau perlu ingat satu peraturan terpenting. Jangan pernah sekalipun kau mencoba untuk melawan orang yang lebih kuat daripada dirimu. Jika kau merasa orang itu sudah kuat larilah. Tidak peduli apa yang terjadi kau hanya boleh lari saja." Alice hanya menjawab Ema dengan mengangguk-angguk. "Kalau begitu kita harus segera pergi ke istana sekarang."
"Baik." Alice tersenyum sangat lebar.
Mereka berjalan keluar dari mansion. Chors sudah menunggu di depan kerata kuda. Chors membukakan pintu kereta kuda untuk Alice dan membiarkannya untuk naik terlebih dahulu. Dia menutup pintu kereta kuda dan berbicara dengan Ema.
"Kau yakin dengan ini?" Chors bertanya dengan ragu.
"Tentu saja aku tidak yakin." Ema menghela nafasnya. "Tapi kita juga tidak punya pilihan lain. Sekarang kita hanya bisa melindunginya selama di medan perang."
"Aku akan menjaga bagian depan, kau jagalah dia dari belakang." Chors membuka pintu kereta kuda dan masuk ke dalam bersama dengan Ema.
Kereta kuda berjalan menuju istana. Sedangkan di dalam istana Lucifer sedang berada di dalam ruangannya bersama Wine. Elang pengantar pesan datang ke depan jendela dan mematuk-matuk jendela. Wine berjalan untuk membukakan jendela dan mengambilkan surat yang dibawa elang. Wine kemudian membuka surat dan membacanya.
"Apa isi suratnya?"
"Ema sedang dalam perjalanan kemari."
"Bagus." Lucifer memperlihatkan senyum kecil. "Aku sudah tidak sabar seperti apa kemampuan mereka. Sepertinya aku perlu melakukan tes kecil pada mereka bertiga."
"Bukankah akan terlalu berlebihan jika anda sendiri yang mengetes mereka? Lagi pula saya sudah melihat kemampuan mereka."
"Tidak perlu terlihat khawatir seperti itu. Aku tidak akan memakai semua kekuatanku, bahkan aku tidak akan memakai kedua tanganku. Kau tahu aku hanya sedikit bosan saja mengerjakan semua tugas negara ini."
"Baiklah jika memang seperti itu yang anda inginkan."
"Saya akan menyiapkan tempat untuk anda terlebih dahulu."
Wine berjalan keluar dari ruangan Lucifer dan menuju arena kerajaan. Lucifer hanya tersenyum sambil meregangkan lehernya.
"Sebenarnya aku lebih penasaran dengan Kira. Tapi jika menunggu anak itu aku tidak akan bisa bermain. Aku harap agar permainan dengan mereka cukup menyenangkan. Setidaknya cukup untuk membuatku pemanasan."
Sedangkan Wine sedang berada di taman istana. Dia memegang sebuah buku dan ada sebuah lingkaran berwarna merah di depannya. Wine membuka buku tersebut dengan wajah yang nampak tidak senang. Wine membacakan isi buku yang dia pegang. Saat dia membacakannya lingkaran menjadi bersinar terang.
Semakin lama sinar menjadi semakin terang. Saking terangnya bahkan hingga menyilaukan seisi taman. Seketika jantung Wine juga berdetak dengan sangat cepat. Bahkan dia tidak dapat berdiri dengan benar hingga membuatnya seperti berlutut di tanah. Nafas milik Wine juga menjadi terengah-engah.
"Bahkan setelah sekian lama aku masih tidak dapat menahan sihir ini."
Perlahan-lahan sinar menjadi redup dan sebuah kereta kuda muncul. Kereta kuda itu adalah kereta kuda yang Ema naiki. Mereka membuka pintu dengan wajah yang kebingungan. Mereka melihat sekeliling dengan seksama. Karena sudah merasa yakin kalau itu adalah istana, mereka semua melangkahkan kaki turun.
"Tuan Wine apa anda tidak apa-apa?" Alice berjalan menghampiri Wine.
Ema dan Chors terkejut karena melihat Wine bisa kelelahan seperti itu. Alice membantu Wine untuk berdiri. Karena tidak ingin melihat Alice kesulitan, Chors berjalan dan membantu Wine. Dia terkejut saat membantu Wine karena berat Wine sangatlah ringan. {Apa yang sebenarnya terjadi dengannya? Bagaimana bisa tubuhnya selemas ini?}
"Apa kau yakin bisa mengangkatku dengan satu tanganmu?"
" Bahkan satu tanganku sudah lebih dari cukup untuk melemparmu."
"Haha." Mereka mulai berjalan ke dalam istana, sedangkan Alice dan Ema mengikutinya dari belakang.
"Sebenarnya apa yang terjadi? Aku yakin tadi kami masih dalam perjalanan."
"Aku memanggil kalian menggunakan sihir."
"Sihir? Itu adalah kali pertama aku melihat sihir seperti itu. Jika memang memiliki sihir seperti ini bukankah kita dapat pergi kemanapun sesuka kita?"
"Sihir ini tidak sepraktis yang kau kira. Pertama sihir ini harus membuat tanda pada objek yang ingin dipindahkan. Kedua sihir ini hanya dapat dipindahkan ke dalam lingkaran yang sudah ada. Ketiga membaca mantra sihir ini memakan waktu yang lama. Keempat sihir ini menghabiskan terlalu banyak mana, bisa dikatakan sihir ini tidak begitu efektif."
"Jika memang seperti itu, kenapa kau memakai sihir ini?"
"Karena kalian semua akan mendapatkan tugas yang penting."
"Tug-. ACK!"
Leher Chors terasa tercekik hingga tidak dapat bernafas, kepalanya terasa tertekan hingga ingin jatuh. Karena merasa khawatir dia melihat ke belakang untuk memastikan keadaan Ema dan Alice. Ema dan Alice terlihat lebih parah dibandingkan Chors. Mereka bahkan tidak dapat berdiri dengan kedua kaki mereka. Chors mencoba untuk melihat ke depan dengan sekuat tenaga.
Lucifer sedang berjalan dengan perlahan-lahan sambil menunjukan senyumnya. Semakin dekat Lucifer melangkah, semakin berat pula tubuh mereka. Mereka bahkan tidak dapat membayangkan seberapa jauh perbedaan kemampuan mereka. Lucifer menghilang dan muncul di depan Chors.
"Bagus, sepertinya latihan kalian berguna terutama kau." Lucifer menatap Chors. "Bisa masih berdiri seperti ini, kau pasti sudah menjadi lebih kuat. "Tapi." Lucifer mengepal tangannya dan membuat tekanan menjadi semakin kuat. "Sampai mana kau bisa menahannya?" Chors dibuat terdorong hingga ke dalam tanah dalam keadaan terbaring.
Lucifer menyaksikan Chors dengan seksama. Dia sudah dapat memastikan kalau Chors tidak dapat bergerak sedikitpun. Karena sudah yakin dia menghentikan semua tekanan yang dia berikan. Semua orang mulai dapat bernafas kembali dengan tenang. Lucifer mengulurkan tangannya pada Chors dan membantunya untuk berdiri.
"Maafkan aku karena aku menyambut kalian seperti ini. Aku hanya ingin tahu berapa lama kalian dapat menahan tekanan dariku."
"Wine mengatakan kami akan mendapatkan tugas penting. Bisakah kau jelaskan apa tugas penting yang dimaksud?"
"Sederhana kalian hanya perlu bertarung melawanku." Lucifer berbicara sambil tertawa kecil.
"Apa kau gila? Aku dan Alice bahkan tidak dapat berdiri, bagaimana mungkin kami dapat melawanmu?!"
"Kalau begitu kalian berdua tidak perlu ikut ke Kardia jika kalian akan menyerah hanya karena akan melawanku. Kalian harusmya lebih tahu Raja Iblis Timur dapat datang kapan saja."
Ema terdiam dan tidak dapat berkata apa-apa. Alice yang sudah dapat bernafas seperti biasa melangkah ke depan dengan wajah yang percaya diri. Lucifer tersenyum melihat keyakinan yang ada di wajah Alice. Dia melangkah hingga ke depan Lucifer.
"Kami akan melawanmu."
"Benar." Lucifer menepuk kedua tangannya. "Seperti inilah harusnya semangat kalian. Sekarang ikuti aku, kita akan pergi ke arena."
Lucifer berjalan ke arena dengan wajah riangnya diikuti dengan orang-orang yang ada di belakangnya. Lucifer dan yang lain sudah berada di arena. Sedangkan Wine hanya duduk di bangku penonton dengan lemas. Affilia yang mendengar kabar ada Luciferpun datang ke arena karena penasaran. Karena melihat Wine berada di bangku penonton dia segara menghampirinya.
"Kenapa kau menjadi selemas itu." Affilia mengambil tempat dan duduk di samping Wine.
"Aku baru saja memakai sihir teleportasi."
"Hmm, begitu. Lalu apa yang mulia lakukan di arena seperti ini?"
"Yang mulia ingin sedikit bermain dengan mereka."
"Sepertinya memang menarik untuk ditonton. Tapi apa sejak tadi mereka memang tidak ada bergerak?"
"Mereka hanya berdiri seperti itu sejak lima belas menit yang lalu."
Lucifer sudah menunjukan wajah kesal karena tidak ada yang menyerangnya. Tekanan yang sebelumnya diberikan oleh Lucifer, membuat Chors, Ema, dan Alice menjadi lebih waspada. Karena itu mereka tidak dapat bergerak dengan gegabah. Namun karena sudah terlalu lama berdiam diri, Chors memutuskan untuk bergerak.
"Tunggu dulu Chors!" Alice menghentikannya. "Pakailah ini." Sebuah pedang besar muncul di tangan Alice, Alice kemudian memberikannya pada Chors.
"Jadi kau memberikan beberapa koleksimu?" Wine bertanya pada Affilia.
"Aku memberikannya sebagai hadiah."
Chors dan Ema terkejut karena sebuah pedang bisa muncul begitu saja di tangan Alice. Chors mencoba mengayunkan pedang besarnya dengan pelan. Hanya dengan mengayunkannya saja dia dapat merasakan kalau pedang yang dia pegang sekarang sama kuatnya dengan pedang yang dia dapatkan dari Kira. Setelah sekian lama tidak memegang pedang, membuat Chors menjadi tersenyum.
"Terima kasih Alice!" Chors melompat ke atas dengan mengangkat pedangnya. "[10x Power Up]!"
"Benar seranglah aku!" Wajah murung Lucifer kembali bersemangat.
{Apa?! Aku tahu kau kuat tapi kau benar-benar tampak tidak peduli denganku?!} Lucifer tidak bergerak sedikitpun dari tempatnya. Dia hanya berdiri sambil melipat kedua tangannya. Chors mengayunkan pedang tepat ke arah kepala Lucifer. Senyum kecil Lucifer tampak jelas dan sebuah gelembung hitam muncul.
Saat pedangnya mengenai gelembung hitam, wajah Chors menjadi memerah tangannya juga menjadi gemetar. Sebuah gelombang kejut muncul dan membuat Chors terpental. Ema yang melompat dan menangkap Chors dengan kedua tangannya. Kemudian gelembung hitam milik Lucifer menjadi seperti tentakel gurita dan salah satu tentakel tersebut bergerak lurus menyerang Ema dan Chors.
Alice yang melihat arah tentakel menyilangkan kedua tangannya. Dua buah pedang muncul dengan melayang dari tangannya. Kedua pedang miliknya melayang ke arah tentakel hitam dan mencoba menghentikannya dengan memotongnya. Namun saat pedangnya menyentuh tentakel Alice dapat merasakan betapa kerasnya tentakel. Dia memutuskan untuk menghentikannya saja.
"Gawat." Ema segera menghindar dengan [Hurricane Steps]nya dan melangkah ke samping. "Apa kau tidak apa-apa?"
"Aku baik-baik saja, tapi gelembung itu terlalu keras. Itu sudah bukan seperti batu besar lagi tapi sudah seperti gunung." Kedua pedang Alice terpental karena tidak dapat menahan kekuatan tentakel.
"Kita harus segera bergerak atau Alice akan berada dalam bahaya." Ema mengeluarkan pisaunya dan langsung mengubahnya menjadi pedang pedek.
Ema langsung melangkah ke atas dengan [Hurricane Steps]. {Jika dari depan tidak berhasil maka aku hanya perlu menyerangnya dari belakang.} Ema kemudian membuat langkah yang cukup banyak dengan sihirnya untuk membuat Lucifer kebingungan. Lucifer mencoba memperhatikan setiap gerakan Ema dengan seksama.
"Sekarang!" Ema membuat langkah terakhir yang menyerang langsung pada punggung Lucifer.
Ema dengan yakin menghunuskan pedangnya ke arah Lucifer. Tapi saat itu juga Lucifer langsung menoleh tepat ke arah Ema. Sekujur tubuh Ema menjadi merinding ketika melihat tatapan tersebut. Ema terkejut karena dia dapat menembus gelembung hitam tersebut dengan pisau mananya. {Ini bahkan tidak keras sedikitpun!}
"Itu cukup tajam tapi masih tidak akan dapat melukaiku."
Seketika tubuh Ema tidak dapat digerakan dan dia berhenti menembus gelembung hitam. Sebuah gelombang kejut kembali muncul dan membuat Ema terpental hingga terkena tembok. Gelembung hitam besar tersebut kemudian berubah menjadi gelembung hitam kecil dalam jumlah banyak. Warna gelembung yang sebelumnya sedikit transparan sekarang menjadi hitam pekat. Affilia yang sedang menikmati pertarungan berdiri dengan tergesa-gesa.
"CEPAT BUAT PELINDUNG DI ARENA!"
"Tidak perlu berteriak seperti itu! Sejak awal aku sudah mencoba membuatnya." Wine membuat barrier dengan tangan yang gemetar.
Lucifer berhenti melipat kedua tangannya dan tangan kanannya kemudian diarahkan ke depan. Dengan perlahan-lahan dia mengepal tangannya. Saat tangan Lucifer mengepal, seluruh gelembung hitam ditembakkan secara acak. Alice yang melihat itu kemudian menjentikkan jarinya dan kedua pedang miliknya menghilang. Dia memunculkan sebuah pedang berwarna ungu mengkilap.
Setiap gelembung hitam menyentuh sesuatu maka akan terjadi ledakan. Chors dan Ema terus mencoba untuk menghindari gelembung hitam. Namun berbeda dengan Alice, dia mengayunkan pedang yang dia pegang. Pedang miliknya membuat sihir gelembung hitam menjadi netral setiap kali ditebas. Melihat sihir ditebas seperti itu, Lucifer menghentikan serangannya. Dia kemudian melihat ke arah Affilia.
"Hei Affilia sepertinya kau memberikan salah satu koleksi terbaikmu ya." Lucifer berteriak dengan kencang ke arah bangku penonton.
"Tentu saja! Dia adalah murid terbaikku."
"Baiklah aku akan memberikan mereka sesuatu yang bagus."
Sebuah sihir hitam berbentuk tangan muncul dari bawah tanah. Tangan itu kemudian memegang sebuah pedang dan terayun ke arah mereka bertiga. Chors adalah orang yang pertama berhadapan dengan pedang itu secara langsung. Dia menguatkan kedua kakinya dan menahan pedang tersebut dengan pedangnya.
"I-Ini jauh lebih kuat dari gelembung hitam tadi. KALIAN CEPAT MENJAUH DARI JANGKUAN SERANGANNYA!"
"Ayo Alice cepat kemari aku akan membawamu!"
"Tidak, kalau kita menghindar Chors akan mendapatkan luka yang besar. Aku punya pedang yang bisa mentralisir beberapa sihir. Aku tidak tahu ini akan membuat sihir itu terhenti atau tidak. Tapi setidaknya kita dapat melemahkan sihir itu."
"Baiklah aku mengerti." Ema mengulurkan tangannya kepada Alice. "Pegangan yang erat.
Ema membawa Alice ke udara dan melemparkannya ke atas. Ema menyusul Alice dengan sihirnya lalu dia memberikan Alice pijakan di lengannya. Alice yang berada di lengan Ema langsung dilemparkan dengan {Hurricane Steps]. Dengan sekuat tenaga dia menggengam pedangnya dan mengayunkannya untuk memotong pedang yang Lucifer buat. Namun pedang tersebut tidak menghilang hanya sedikit melemah saja.
"Ini tidak sekeras yang tadi! [Power Up 20x]!"
Pedang milik Lucifer menjadi terdorong kembali padnaya. Wine dan Affilia terkejut karena mereka dapat membalikan serangan Lucifer. Wajah Lucifer menjadi lebih bersemangat karena serangan miliknya dapat dibuat kembali. Chors melihat celah pada saat ini juga.
"KITA HARUS BEKERJA SAMA SERANG DENGAN KEKUATAN PENUH!" Chors kemudian meletakkan tangannya di atas tanah. "[Freeze]!"
Chors membekukan semua yang ada di depannya termasuk Lucifer. Chors membuat gunung es yang berisi Lucifer di dalamnya. Dia segera melihat ke arah Ema dan Ema sedang menyatukan kedua tangannya di dadanya. Sedangkan Alice menghilangkan pedang yang dia pegang dan memunculkan dua pedang lainnya dengan warna biru muda dan juga biru tua. Dia melempar pedang biru mudanya ke langit hingga tidak dapat terlihat lagi.
"Padahal aku berniat menyimpan sihir ini hingga perang tapi jika sudah seperti ini aku akan menunjukkannya! [Tornado]!"
Sebuah angin topan yang sangat besar muncul di antara gunung es. Lucifer memang dalam keadaan membeku namun dia masih dapat berpikir dengan jelas. {Sepertinya dia hanya ingin pamer kalau dia bisa membuat sihir dengan skala besar juga. Hanya dengan topan seperti ini tidak akan mampu membuat gunung es ini terangkat.}
Akan tetapi pikiran Lucifer salah. [Tornado] milik Ema mengikis lapisan es dengan perlahan-lahan. Jika manusia biasa berada di dalam sihir tersebut sudah pasti dia akan mati. Alice masih mempersiapkan serangan berikutnya dengan mengangkat pedangnya ke langit. Langit yang sebelumnya cerah sekarang sedang penuh dengan awan hitam.
Tidak jarang awan hitam menunjukan petirnya. Hingga petir yang sangat besar menyambar ke arah Alice. Petir tersebut mengarah ke pedang yang Alice sedang pegang. Tangan Alice menjadi gemetar karena harus menahan petir tersebut. Dengan perlahan-lahan dia mengarahkan pedangnya ke arah Lucifer bersama petir yang mengarah pada pedangnya.
Petir yang Alice arahkan membuat ledakan yang besar hingga membuat gunung es menjadi hancur. Lucifer tampak sedang melayang di udara dalam kondisi terbaring. {Mereka benar-benar menjadi kuat. Setidaknya mereka tidak akan membuatku malu.} Kedua mata Lucifer kemudian terbuka dan dia berdiri di udara.
"MENARIK! INI SEMAKIN MENARIK!" Lucifer mengepal kedua tangannya.
"Yang Mulia hentikan! Anda sudah menggunakan kedua tangan anda." Lucifer menyadari kalau dia sudah mengepal kedua tangannya.
"Benar, aku kalah kalian memenangkan pertarungan ini." Lucifer melayang ke arah Wine. "Kalau begitu aku akan kembali bekerja. Sebaiknya kalian bersiap karena kalian akan segera berangkat."
Mereka semua sudah menjadi lemas hingga tidak dapat berdiri. Mereka merasa lega karena dapat membuat Lucifer menggunakan kedua tangannya. Mereka mencoba untuk beristirahat dengan berbaring di tanah sambil menunjukan senyum milik merea.