Kereta kuda yang mengangkut Ema dan Chors sudah dekat dengan ibukota. Ema yang sedang melihat keluar jendela menjadi nostalgia. Dia mengingat seluruh hal yang terjadi hingga dia bisa sampai di tempat ini. Ema sangat senang saat mengingat semuanya, dia bahkan sampai tersenyum tanpa dia sadari.
"Rasanya sudah lama ya?" Chors nampak menyadari apa yang Ema pikirkan.
"Kau benar, terkadang aku merasa semuanya berlalu begitu cepat." Kereta kuda mulai masuk ke dalam wilayah mansion.
"Namun sepertinya mulai detik ini waktu akan mulai melambat."
"Dibandingkan melambat aku jauh lebih setuju dengan mulai terasa berat."
Kereta kuda masuk ke dalam halaman mansion. Setelah kereta kuda berhenti tepat di depan mansion, Chors dan Ema berjalan keluar. Alice sudah menunggu kedatangan mereka berdua. Chors dan Ema menjadi sangat terkejut ketika melihat Alice. Tubuh anak-anak Alice sudah berubah menjadi tubuh wanita remaja. Alice yang merasa senang melihat mereka berdua langsung berlari dan memeluk mereka.
"Aku sangat merindukan kalian berdua." Alice memeluk dengan sangat erat.
"Kami juga merindukanmu." Ema membalas pelukan Alice dan Chors hanya mengelus-elus kepala Alice.
Setelah cukup lama berpelukan, Alice melepaskan pelukannya. Sedangkan Chors dan Ema dengan spontan mereka langsung mencoba untuk melihat Kira. Mereka melihat sekeliling mereka dengan seksama. Namun mereka tidak menemukan jejak kereta kuda selain kereta kuda milik mereka.
"Apakah Kira sudah kembali?" Chors bertanya pada Alice.
"Belum." Alice menggeleng-gelengkan kepalanya dengan wajah murungnya.
"Sepertinya dia akan sedikit terlambat."
"Dia adalah ketuanya jadi biarkan saja dia sedikit terlambat bukan?" Ema melihat ke arah Chors dengan senyuman.
"Sambil menunggu dia kembali bukankah ada yang kita ingin coba?"
"Jadi kau juga ingin mencobanya?"
"Tentu saja." Chors kemudian melangkah mundur.
"Aku akan pergi duluan." Ema melangkah pergi dengan [Hurricane Steps].
"Dasar curang!" Chors berlari mengejar Ema.
Mereka berdua meninggalkan Alice dengan wajah kebingungan. Ema pergi ke arah hutan yang ada di dekat mansion mereka. Karena menggunakan [Hurricane Steps] membuat sampai lebih cepat. Ema melihat sebuah batu besar berada di tengah-tengah hutan. Sambil menunggu Chors, dia duduk di atas batu tersebut.
Ema menunggu dengan wajah bosan, dia bahkan sampai menguap. Chors kemudian datang dengan wajah kesalnya. Chors menatap Ema dengan tajam. Sedangkan Ema hanya membalas tatapan tersebut dengan senyuman yang nampak menghina Chors. Dia kemudian melompat turun dari batu.
"Kau sangat lama, aku bahkan sampai bosan untuk menunggu."
"Dasar kucing licik!"
"Haah, haah, kenapa kalian sangat cepat?" Alice tiba dengan terengah-engah.
Ema terkejut karena Alice juga datang ke tempat ini. Namun Chorslah yang paling terkejut. Chors merasa sudah berlari sekencang yang dia bisa. Tapi dia tidak menyangka kalau Alice dapat mengejarnya. {Sejak kapan dia mengikutiku?! Dan bagaimana caranya?} Ema menatap Chors dengan tajam.
"Seharusnya kau tahu bukan?! Kau harusnya tidak membawanya!"
"Aku bahkan tidak ingin membawanya."
"Alice apakah kau bisa kembali ke mansion?" Ema mencoba bertanya dengan nada seramah mungkin.
"Aku tidak mau, aku ingin melihat Chors dan Ema latihan!"
"Kalau begitu tunggulah di sana." Chors menunjuk salah satu pepohonan.
"Baik!" Alice berjalan dengan senyuman yang lebar.
"Apa yang kau lakukan?" Ema berbicara dengan nada yang rendah.
"Kita tidak punya pilihan." Chors menyilang-nyilangkan tangannya.
*wosh*
"Ini hukuman untukmu!" Ema muncul di depan Chors dan menendang Chors.
Chors yang menerima tendangan telak terhempas hingga menabrak pohon. Pohon dan juga Chors tumbang hingga terjatuh ke tanah. Dia mencoba berdiri dengan perlahan-lahan. {Aku sudah tahu dia bertambah cepat. Tapi dia menjadi terlalu cepat. Setidaknya aku harus melihat semau gerakan miliknya dengan seksama.}
Chors kemudian bersiap melangkah dengan [Power Up] di kakinya. Dengan satu langkah dia bisa sampai kembali di Ema. Dengan cepat dia langsung memindahkan sihirnya ke arah tinjunya. Seketika Ema dapat merasakan sebuah bahaya. Chors mengayunkan tinjunya, namun Ema dapat menghindarinya.
Ema langsung berputar dan memberikan sebuah tendangan telak ke wajah Chors. Chors merasa kesal dengan tendangan yang dia terima. Ema tidak membiarkan Chors untuk dapat menghela nafas. Dia langsung memberikan tendangan beruntun hingga mengenai kepala Chors.
Wajah Chors menjadi menempel pada tanah. Dan kaki Ema tepat berada di atas kepala Chors. Chors merasa sangat kesal karena dia merasa dipermainkan. Dia mengepal tangannya dengan erat. {Baiklah jika ini yang kau minta!} Chors mengalirkan [Power Up 10x] pada tangannya.
Dengan kesulitan dia meninju tanah sekuat mungkin. Tinju itu membuat tanah di sekitarnya menjadi retak hingga hancur. Karena melihat kondisi tanah seperti itu, Ema melompat setinggi mungkin agar tidak terkena dampak dari tinju Chors. {Tinju tadi bukanlah tinju terbaiknya, tapi dia sudah bisa membuat seperti ini.} Ema melompat hingga ke atas dahan pohon.
Chors berdiri dan melangkah ke batu besar yang ada di tengah-tengah. Dia mencengkeram batunya dengan tangan dan mengangkat batu tersebut. Ema terkejut dengan kekuatan yang Chors miliki hingga dapat mengangkat batu besar itu. Dia bahkan menjadi tersenyum saking terkejutnya. Chors melempar batu besar tersebut ke arah Ema.
"Dasar gila!"
Sebelum batu itu mengenainya, Ema mengeluarkan [Wind Slash] untuk membelah batu itu menjadi dua. Setelah itu dia membuak telapak tangan kanannya dengan lebar. Dia menarik tangan kananya ke belakang.
"Aku kembalikan padamu! [Spinta Del Vento]!"
Pada telapak tangan Ema berkumpul mana yang cukup padat. Kemudian dia mendorong tangannya ke depan. Sebuah angin yang kencang muncul dari tangannya. Angin itu membuat batu yang sudah terbelah kembali ke arahnya. Melihat batu yang dia lempar kembali padanya, Chors mengepal tangannya dengan erat.
"Jangan remehkan aku!"
Chors meninju kedua batu itu hingga menjadi hancur. Ema yang melihat dari atas dapat melihat beberapa batu mengarah pada Alice. Sedangkan Alice tidak bergerak sedikitpun dari tempatnya. Karena merasa khwatir Ema melompat turun.
"ALICE!"
Chorspun menyadari bahwa serangannya mengenai Alice yang berada di belakangnya. Chors segera berbalik dan berlari ke arah Alice. Kepulan debu di tempat Alice mulai hilang dengan perlahan. Dan mereka dapat melihat siluet Alice, namun siluet itu tidak hanya berisi Alice.
"Tidak perlu khawatir, jika hanya ini batu kecil seperti ini tidak akan melukaiku."Mereka terkejut dengan melihat batu-batu tersebut melayang di depan Alice.
"Alice bagaimana kau melakukan itu."
"Aku menggunakan sihirku. Karena kalian sudah bertarung cukup lama, sepertinya sudah saat aku juga ikut!"
Alice menerbangkan batu-batu yang ada di depannya ke arah Ema dan Chors. Mereka berdua terkejut karena Alice ikut berlatih dengan mereka. Karena tidak ingin membuat Alice terluka, mereka hanya mencoba untuk menghindar saja dari serangan Alice. Alice sadar akan Chors dan Ema mencoba untuk bermain-main saja.
"Sebaiknya kalian serius atau kalian akan terluka."
Seketika pergerakan batu Alice menjadi berubah. Gerakan yang sebelumnya mudah terbaca kini bergerak dengan tidak teratur. Ema masih dapat menghindari semua serangan batu tersebut. Namun tidak dengan Chors, beberapa kali dia terkena serangan batu, batu itu terasa seperti tinju pria dewasa.
"Cobalah lebih serius Ema!"
Setelah Alice mengatakan itu, pohon yang sebelumnya tumbang menjadi terangkat. Ema terkejut dengan Alice dapat mengangkat pohon yang sangat besar. Alice menggerakkan batang pohon ke arah Ema. {Apa ini benar sihir yang sama dengan sihir yang sebelumnya aku lihat dulu?!}
Sebelum batang pohon besar menghantam Ema. Dia mengeluarkan [Wind Slash] untuk membelah batang pohon menjadi dua. Karena batang pohon menjadi dua, Alice merubah pergerakannya. Dia membuat salah satu batang pohon pergi ke arah Chors. Chors yang melihat sebuah batang pohon yang besar mengarah padanya hanya dapat menelan ludah sambil menghela nafasnya.
"Sial yang benar saja?!"
Dengan tangannya dia meninju batang pohon sekuat mungkin hingga hancur berkeping-keping. Sedangkan Ema mengeluarkan pisau mananya dan membuat pedang kecil. Ema juga menggunakan [Hurricane Steps] untuk membuat bergerak segesit yang dia bisa. Ema memotong-motong pohon menjadi sekecil mungkin.
"Masih belum selesai!"
Seluruh jari dan juga kedua tangan Alice menjadi gemetar. Chors dan Ema dapat merasakan tanah di sekitar mereka menjadi bergetar. Mereka dapat melihat dua buah pohon mulai terangkat dengan perlahan-lahan. Mereka terkejut karena melihat Alice dapat mengangkat dua benda sebesar dan juga berat seperti itu.
"Hentikan Alice itu sudah cukup." Suara seorang pria terdengar dari dalam hutan.
Mereka mendengar suara seseorang yang tidak asing. Setelah suara itu terdengar, Alice menjatuhkan kedua pohon yang sudah dia angkat. Mereka berdua menjadi bertanya-tanya siapa orang yang berbicara. Mereka sangat yakin suara tadi bukanlah milik Kira. Wine muncul dari dalam hutan sambil melambai-lambaikan tangannya.
"Sepertinya kalian sangat bersemangat ya. Kalian bahkan sepertinya tidak sadar dengan sekitar kalian."
Karena Wine mereka melihat sekitar mereka. Hutan menjadi berantakan, mulai tanah yang hancur dan juga pohon-pohon yang tumbang. Wine kemudian melihat Chors dan Ema dengan mata mananya. Dia dapat melihat dengan jelas kalau mereka berdua sudah berkembang jauh dibandingkan dua tahun terakhir. Wine tersenyum dengan puas.
"Bagus, sepertinya kalian sudah berlatih dengan baik. Kalau begitu sekarang aku perlu memeriksa hal lainnya."
Wine melepaskan kacamata miliknya. Sorot kedua matanya menjadi tajam. Dia menunjukan tekanan mana dan juga hawa membunuh yang kuat. Kedua tekanan yang mereka rasakan membuat mereka gemetar. Mereka merasa seolah-olah Wine sedang mencoba untuk menekan mereka hingga ke tanah.
Alice yang tidak pernah merasakan tekanan seperti ini tanpa dia sadari dia menjadi bertekuk lutut. Chors dan Ema berusaha untuk sekuat tenaga agar tidak bertekuk lutut. Semakin lama tekanan Wine menjadi semakin kuat, Chors dan Ema mulai dibuat menjadi menunduk.
"Sepertinya kalian dapat bertahan, tapi akan aku buat ini menjadi lebih intens."
Tekanan menjadi semakin kuat, kaki mereka mulai gemetar. Mereka juga mulai merasa sesak dengan tekanan yang mereka rasakan. Karena Wine sudah merasa cukup puas, dia menghentikan tekanan miliknya. Chors dan Ema kembali dapat bernafas dengan lega.
"Seperti yang aku harapkan dari kalian berdua." Wine tersenyum dengan lebar. "Kalau begitu aku akan menunggu kalian di mansion." Wine berjalan meninggalkan mereka.
"Dasar psikopat!" Ema menjatuhkan dirinya ke tanah.
"Bisa-bisanya dia tersenyum setelah menunjukan hawa membunuh seperti itu."