Chors sedang duduk di tengah danau yang sudah menjadi es. Di tengah hamparan salju yang dingin dia mencoba untuk memfokuskan pikirannya. Dia memulai dengan mengatur nafasnya dengan peralahan-lahan. Suhu dingin yang sebelumnya menusuk kulitnya mulai menghilang.
Dia juga mencoba untuk merasakan aliran mana yang ada di tubuhnya. Nafas yang sebelumnya pelan kini menjadi cepat. Nafas itu menjadi semakin cepat setiap waktunya. Setiap kali nafasnya menjadi cepat. Aliran mana yang dia rasakan juga menjadi semakin cepat.
Setelah merasakan aliran mananya menjadi cukup cepat. Chors membuka matanya dengan perlahan-lahan. Dia kemudian juga berdiri dengan perlahan. Chors menarik nafasnya sekali lagi. Setelah tarikan nafas yang kedua Chors menghantam es yang ada di bawahnya.
*crack, crak, crak*
Es yang berada di bawahnya menjadi retak dengan perlahan-lahan. Es itu kemudian menjadi hancur berkeping-keping. Chors mulai kehilangan pijakannya, dia kemudian menarik tangannya dan menaruhnya di atas air danau. Chors kembali menarik nafasnya lagi.
"[FREEZE]!"
Chors membekukan kembali seluruh danau hanya dalam hitungan detik. Melihat hasil yang sudah dapat dia buat dia menjadi tersenyum karena merasa puas. Chors kemudian berjalan ke pinggir danau. Dia berjalan sambil memutar-mutarkan lengannya.
"Memang butuh waktu untuk membiasakan diri hanya dengan satu tangan saja. Tapi setidaknya ini tidak akan menghambatku lagi. Tapi sayanganya sepertinya aku butuh menguji kekuatanku secara langsung. Jika hanya seperti ini sepertinya aku tidak akan tahu seberapa jauh aku sudah berkembang. Sudah saatnya aku kembali."
Chors kemudian berjalan untuk ke tempat tinggalnya. Dia berjalan menuju sebuah gua yang terletak tidak jauh dari danau tempat dia berlatih. Saat sedang berjalan serigala muncul dari balik pepohonan. Saat serigala itu muncul Chors sudah bersiap untuk bertarung.
Serigala yang ada di depannya berlari untuk menerkam ke arahnya. Saat serigala tersebut melompat ke arahnya, Chors sudah mengayunkan tinjunya ke arah serigala. Namun saat sedang meninju, dia kehilangan keseimbangan. Karena itu serigala tidak terkena tinju Chors.
Sebelum serigala bisa menerkam dirinya, Chors langsung menendang serigala ke atas. Chors kemudian terjatuh setelah mendang serigala. Serigala menjadi ketakutan karena terkena tendangan Chors. Sebelum serigala itu pergi terlalu jauh Chors sudah menempelkan tangannya pada tanah.
"[FREEZE]!"
Chors membekukan apapun yang ada di depannya termasuk serigala. Dia kemudian bangun dan berjalan mendekati serigaal. Chors mengepal tangannya karena kesal. Walau sudah dua tahun berlalu dia masih kesulitan saat bertarung dengan satu tangan saja.
"Aku kira aku sudah beradaptasi tapi sepertinya tidak." Chors melihat ke arah langit.
Saat dia menatap langit, dia melihat elang pembawa pesan terbang di atasnya. Setelah melihat elang tersebut, Chors melihat ke sekelilignya. Dia tidak melihat siapapun berada di dekatnya. Karena itu Chors mencoba untuk menyiapkan tangannya untuk elang. Elang kemudian terbang ke arah Chors dan bertengger pada tangan Chors.
Chors yang melihat ada surat di kaki elang segera mengambilnya. Dia kemudian mengambil surat tersebut dan membacanya. Pesan itu berisi perintah untuk Chors untuk segera kembali ke Iblis Barat. Dalam tiga hari lagi kereta kuda akan tiba di perbatasan. Chors diharapkan tiba disana pada pagi hari tepat setelah matahari terbit. Melihat surat tersebut Chors menjadi bertanya-tanya.
"Apa yang sebenarnya terjadi? Kenapa mereka sampai memanggilku untuk kembali?"
Karena tidak menemukan jawaban apapun. Chors berjalan ke arah gua sambil menyeret serigala yang sudah dia tangkap. Memakan serigala sebenarnya terasa sedikit aneh untuknya. Dia merasa seperti sedang menjadi seorang kanibal.
Di wilayah Utara lainnya, Ema sedang berada di ruang bawah tanah yang ada di rumahnya. Dia membaca salah satu buku koleksi ibunya. Semua buku yang ada di tempat ini berisi mengenai sihir. Bisa dikatakan semuanya adalah harta tidak ternilai milik Ema.
Setelah Ema membalik halaman terakhir, dia langsung menutup buku tersebut. Kemudian dia menegakkan kepalanya dan terkejut karena poni miliknya mengenai matanya. Ema kemudian mengenyampingkan poni tersebut. Dia juga meraba-rabu rambutnya yang sudah mengenai punggungnya.
"Tidak terasa rambut ini sudah kembali panjang." Ema berjalan ke rak buku untuk menaruh kembali buku yang sudah dia baca. "Sudah berapa lamakah aku berada di tempat ini? Sejak berada di tempat ini rasanya aku sudah lupa waktu dengan dunia luar. Aku tidak pernah menyangka latihan akan menjadi sangat menyenangkan. Selain itu masih banyak buku yang masih bisa aku baca." Ema melihat ke arah buku-buku yang disiapkan oleh ibunya.
Nampak dengan jelas Ema bahkan belum sampai membaca setengah dari seluruh koleksi buku ibunya. Ema memerlukan waktu yang lama untuk dapat mengaplikasikan semua sihir yang ada di dalam buku. Selain itu Ema juga membaca cerita-cerita ibunya dengan seksama. karena itulah dia membutuhkan waktu untuk membacaya.
Ema sudah merasa cukup lama di dalam bawah tanah. Dia memanjat ke atas untuk melihat situasi di luar. Saat dia melihat ke atas, nampak salju menjadi semakin tebal. Puing-puing desa benar-benar sudah tertutup dengan salju. Bahkan saat melangkah keluar kedua kakinya tenggelam ke dalam salju.
"Wilayah Utara memanglah wilayah yang sangat menarik." Ema mengambil salju yang ada di tanah. "Berapa kalipun aku berpikir aku masih juga tidak mengerti. Diantara semua wilayah kerajaan kenapa hanya kerajaan ini yang mempunyai iklim ekstrim seperti ini. Tempat ini terasa seperti dikutuk" Ema menjatuhkan salju yang ada di tangannya.
Setelah puas melihat keadaan sekitar Ema berjalan ke arah hutan. Seperti biasanya setelah membaca buku sihir, Ema akan coba untuk mempraktekannya. Karena tidak ingin membuat puing-puing desa menjadi hancur, Ema memilih untuk melakukannya di hutan. Hanya saja karena sudah dua tahun berlalu, Ema sudah hampir melakukan di setiap hutan yang berada di dekatnya. Karena itulah Ema mencoba untuk mencari hutan lainnya.
"Sepertinya ini sudah cukup." Ema berhenti tepat di tempat yang mengelilinginya dengan pohon. "Sebelum mencoba sihir baru, aku butuh sedikit pemanasan, [Wind Slash]!"
Sihir Ema menjadi jauh lebih cepat dibandingkan yang terakhir kali. Sihir miliknya memotong pohon-pohon yang ada di depannya. Ema bahkan terkejut karena sihir bisa menjadi sekuat ini. Ini juga adalah kali pertama Ema mencoba kembali sihir-sihir lamanya.
"HEBAT!" Ema sangat senang melihat kekuatan sihirnya. "Apakah ini semua karena aku sudah meningkatkan manaku? Selain itu buku-buku milik ibu sangatlah membantu." Ema kemudian mengeluarkan pisau mananya. "Rasanya ada yang kurang jika aku tidak mencoba ini juga."
Ema mencoba untuk mengalirkan mananya pada pisaunya. Ema terkejut setelah melihat pisau mananya berubah menjadi pedang pendek dengan sangat cepat. Jika dalam kondisi dulu, Ema pasti butuh konsentrasi ekstra. Tapi sekarang semuanya terasa menjadi jauh lebih mudah.
"Sekarang tinggal [Hurricane Steps]!"
Ema langsung melesat ke udara dengan cepat. Tidak hanya [Wind Slash], [Hurricane Steps] juga mengalami peningkatan. Ema bahkan tidak dapat mengontrol kecepatan yang baru saja dia rasakan. Ema yang sudah berada di udara mencoba untuk pergi ke arah pohon.
*wosh*
Lagi-lagi Ema masih belum terbiasa dengan kecepatan sihirnya. Untuk membiasakan dirinya, Ema menggunakan [Hurricane Steps] berkali-kali. Dia juga mengayunkan pedangnya pada setiap pohon yang dia lalui. Diantara semua hal mengejutkan yang dia rasakan Ema paling terkejut dengan jumlah mananya. Jika di kondisi dulu sudah pasti Ema pingsan sejak tadi. Karena sudah merasa puas Emapun berhenti dan mendarat di tanah. Pohon-pohon yang sudah dia potong kemudian tumbang.
"Karena sudah cukup dengan pemanasan saatnya mencoba sihir baru!" Kedua sorot mata Ema berubah.
Sorot mata Ema menjadi serius dan juga tajam. Dia kemudian membuka telapak tangannya dan memfokuskan mananya. Namun saat dia sedang fokus seekor elang terbang ke arahnya. Ema dapat melihat kalau elang itu milik Wine. Ema berhenti berkonsentrasi dan memberikan tangannya untuk elang bertengger. Saat elang bertengger di tangannya, Ema dapat melihat sebuah surat terikat pada kaki elang.
"Surat ya? Rasanya sudah sangat lama sekali aku tidak melihat surat. Tapi apa yang sebenarnya terjadi sampai mereka mengirimkan sebuah surat untukku?"
Ema mengambil surat yang berada di kaki elang dan membacanya. Isi pesan surat sama dengan milik Chors. Ema terkejut karena kerajaan sampai memanggilnya untuk pulang. Setelah melihat surat, Ema mendapatkan perasaan yang buruk.
"Sebenarnya apa yang terjadi selama aku latihan? Mereka sampai memintaku untuk kembali. Aku jadi penasaran sudah berapa lama aku berada di tempat ini?" Ema menjadi bertanya-tanya apa.
Sedangkan salah satu elang berwarna hitam sedang terbang ke arah selatan. Elang tersebut terbang ke tempat Kira berlatih. Master sedang menyaksikan hutan untuk memperhatikan Kira. Master melihat melalui tebing yang berada di dekat rumahnya.
Dari kejauhan master sudah dapat melihat elang hitam itu terbang ke arahnya. Master mengetahui kalau elang hitam adalah milik Lucifer. Master merentangkan tangannya untuk memberikan elang mendarat di lengan master. Master dapat melihat gulungan surat berada di kaki elang.
"Sudah lama anak ini tidak mengirimi aku surat. Aku jadi penasaran apa yang dia tulis."
Master membuka gulungan surat dan membacanya. Surat milik master berbeda dengan milik Chors dan Ema. Surat master berisi semua hal yang sudah terjadi. Master juga diberitahu akan Iblis Timur yang kembali bergerak. Selain itu dia juga mengetahui kalau Iblis Timur meminta perang pada Kardia.
"Jadi Iblis Timur sudah mulai bergerak. Tepat dua tahun dia kembali, prediksi anak itu memang mengerikan. Tapi aku tidak mengerti kenapa dia membahas Kardia di surat ini. Padahal dia mempunyai hubungan yang buruk dengan Kardia."
Master melanjutkan membaca dan mengerti kenapa Lucifer menuliskan surat ini. Master kemudian berjalan ke dalam rumah untuk membuat sebuah balasan surat. Setelah menulis surat, master kembali memanggil elang Lucifer dan mengikatkannya dengan surat. Master melepaskan elang lucifer dan membiarkannya terbang.
"Maaf saja Lucifer, aku tidak peduli dengan kondisi Kardia ataupun kau. Sejak awal kaulah yang meminta untuk membuatnya menjadi kuat. Karena itu mau segenting apapun keadaan bila Kira tidak siap, aku tidak akan pernah membiarkannya pergi!"