Sesuai dengan perintah Lucifer, Wine pergi menuju Kardia. Saat di dalam kereta kuda, Wine nampak tidak mengerti apa yang sebenarnya dia lakukan. Dia menghela nafasnya sambil menggeleng-gelengkan kepalanya. Dia kemudian melihat peta yang ada di sampingnya.
"Sepertinya sebentar lagi akan sampai di Kardia. Sejak dulu sikap beliau memang tidak pernah berubah sedikitpun. Semoga saja ini tidak berakhir menjadi hal yang buruk." Wine kembali menghela nafasnya.
Sementara itu di sisi Kardia, Jenderal sedang bersiap-siap untuk menyambut kedatangan perwakilan Iblis Barat. Raja memerintahkan untuk menyambut kerajaan Iblis Barat sebaik mungkin. Mereka bahkan sampai menghias istana demi perwakilan Iblis Barat. Jenderal masih tidak menyangka Raja akan menyambut Iblis Barat seperti ini.
"Setelah sekian lama mengabdi di tempat ini aku tidak menyangka, Raja akan menyambut Iblis Barat seperti ini. Sekarang aku harus menjalankan tugasku sebaik mungkin."
Jenderal kemudian berjalan keluar istana, dia bersiap untuk menyambut kedatangan perwakilan Iblis Barat. Sedangkan Wine baru saja memasuki ibukota Kardia. Wine juga terkejut dengan dia bisa masuk ke dalam ibukota dengan begitu mudah. Di dalam benaknya, dia masih dapat mengingat dengan jelas bagaimana sulitnya beberapa tahun yang lalu untuk dia dapat masuk ke Ibukota.
"Sepertinya Kardia sedang berada di situasi yang sangat tidak menguntungkan." Wine kemudian tersenyum kecil. "Jika seperti ini seharusnya tidak akan begitu sulit." Dia tampak akan menikmatinya.
Kereta kemudian memasuki istana, dari gerbang Wine sudah dapat melihat sekumpulan orang yang sudah menunggunya. Wine kemudian turun dan pria yang mengenakan zirah berjalan mendekatinya. Tentu saja Wine sudah mengetahui kalau pria itu adalah salah satu petinggi Kardia. Karena itu dia langsung menyapanya dengan senyuman.
"Senang bertemu dengan anda pasti anda sangat lelah untuk pergi kemari. Kami sudah menyiapkan kamar untuk anda, jika anda ingin beristirahat." Jenderal membalas senyuman tersebut dan mengulurkan tangannya.
"Terima kasih karenaku, kalian sampai harus repot-repot seperti ini." Wine kemudian menjabat tangan jenderal. "Kalau boleh tahu aku sedang berbicara dengan siapa?"
"Perkenalkan aku adalah Bara, aku adalah jenderal Kardia. Maaf karena aku sudah tidak memakai bahasa yang formal."
"Tidak perlu seperti itu, jika kita berbicara seperti ini kita tidak akan canggung. Aku adalah perdana menteri Iblis Barat Wine."
"Tolong ikuti aku, aku akan mengantarkan ke tempat Raja."
"Baiklah."
{Jadi inikah pahlawan perang Kardia, hanya dari genggaman tangannya saja aku dapat merasakan kekuatannya. Aku jadi sedikit penasaran seberapa kuat dia.} Wine menatap Bara dengan senyuman kecil. Sedangkan Bara sejak tadi ingin melihat ke belakang untuk memastikan sesuatu. Namun dia merasa akan aneh bila dia melakukan hal itu.
{Perdana menteri? Aku sedikit tidak yakin kalau dia adalah perdana menteri. Jika dia mengatakan dia adalah seorang jenderal mungkin aku akan lebih percaya. Perdana menteri dengan mana sebanyak itu seperti hal yang mustahil. Hanya dengan berjabat tangan saja aku sudah dapat merasakan mana miliknya.} Jenderal berjalan dengan penuh kecurigaan.
Saat sedang berjalan, Wine melihat sesuatu yang menarik perhatiannya. Dia melihat sebuah bekas serangan di lantai. Karena penasaran tanpa dia sadari dia langsung mengikuti bekas serangan tersebut. Dia masuk ke dalam sebuah ruangan yang dimana ruangan itu telah terbelah menjadi dua.
"Sayangnya ini bukanlah ruangan yang kami siapkan untukmu." Jenderal juga ikut masuk ke dalam ruangan.
"Apa yang terjadi dengan ruangan ini?"
"Ini adalah bekas serangan yang dibuat oleh jenderal Iblis Timur."
"Sepertinya sudah cukup untukku melihatnya, bisakah kau mengantarkanku kembali?"
"Tentu saja."
Mereka kembali berjalan ke tempat Raja. {Serangan yang cukup dalam, setidaknya itu hampir mengenai setengah istana. Aku mengerti sekarang kenapa mereka sampai bersikeras seperti ini. Sepertinya aku tidak boleh terlalu banyak bermain.} Mereka sampai di ruangan Raja, prajurit segera membuka pintu ruangan Raja.
Saat mereka masuk, Raja sudah menunggu di singgasananya. Jenderal Bara segera membungkuk setelah melihat Raja. Sedangkan Wine tetap berdiri tegak, dia nampak tidak peduli dengan Raja. Sedangkan Raja sendiri dahinya sudah berkerut. Dia sudah sangat merasa kesal karena dia merasa tidak dihormati. Namun Raja tidak dapat meluapkan amarahnya karena dia masih membutuhkan Wine.
"Senang bertemu dengan anda, anda pasti sangat kelelahan karena harus berangkat dari Iblis Barat. Aku sudah meminta para pelayan untuk menyiapkan kamar untuk anda beristirahat. Sudahkah anda melihat kamarnya?"
"Tidak perlu basa-basi, yang mulia seharusnya tahu jika perwakilan suatu kerajaan pastinya adalah orang penting. Dan aku adalah perdana menteri kerajaan. Sebaiknya anda tidak membuat saya terlalu lama di tempat ini. Apalagi hanya untuk sebuah basa-basi saja."
"Benar sekali, anda pasti sangatlah sibuk." Dengan menahan rasa kesalnya Raja tetap berusaha menunjukan senyumnya. "Seperti surat yang sudah kami kirimkan, kami ingin meminta bantuan Iblis Barat. Kami ingin meminjam kekuatan pemegang simbol kegelapan."
"Sebelum mengenai itu aku ingin bertanya pada jenderal. Anda sudah pernah melihat orang yang menyusup ke istana bukan?" Wine membuang pandangannya dari raja dan melihat ke arah Bara. Raja merasa kesal karena dia merasa diabaikan.
"Benar saya melihatnya."
"Kalau begitu aku ingin bertanya satu hal." Wine melepaskan kacamatanya.
Wine mencoba menunjukan mana yang dia miliki. Raja merasa tertekan dengan keberadaan kekuatan Wine. Sedangkan Bara merasa terkejut karena dia dapat merasakan mana milik Wine. {Aku sudah menduganya, dia memang bukanlah orang biasa.}
"Diantara aku dan jenderal Iblis Timur siapa yang lebih kuat?"
Bara kebingungan untuk menjawab pertanyaan Wine. Baginya soal itu begitu kompleks untuk dia jawab. Bara hanya dapat menggelengkan kepalanya. Wine kemudian berhenti menunjukan mananya, dia kembali memakai kacamatanya. Sedangkan Raja merasa lega karena tidak merasakan tekanan yang menakutkan itu lagi.
"Jadi begitu, kalau begitu bagaimana jika aku bertanya seperti ini. Jika anda dan jenderal Iblis Timur bertarung siapa yang akan menang?"
"Hmmm." Jenderal nampak memikirkannya dengan keras. "Jujur saja saya tidak dapat memberikan sebuah jawaban yang pasti. Tapi jika saya hanya bertarung menggunakan pedang saya tentu saya akan kalah telak. Namun jika saya juga memakai zirah saya, mungkin saja akan ada jawaban yang baru."
"Jadi begitu, kalau begitu kita kembali ke persoalan pertama kita. Raja kami sudah sepakat akan memberikan bantuannya pada kalian." Raja dan Bara nampak senang dengan kabar yang baru saja mereka dengar. "Namun kami mempunyai sebuah syarat."
"Syarat?!" Raja nampak terkejut dengan pengajuan syarat. "Baiklah beritahu syarat apa yang anda minta."
"Sebenarnya kami kebingungan harus memberi syarat apa. Namun hal yang termudah sepertinya hanya uang saja. Syarat kedua adalah kami tidak akan mengirimkan pemegang simbol saja. Melainkan kami akan mengirimkan tim Demonhard. Untuk uang yang harus anda bayarkan adalah 300 emas untuk pemegang simbol kegelapan dan 150 emas untuk anggotanya. Dan tentu jika perang ini menang kami akan meminta tambahan emas sebanyak 200 untuk pemegang simbol kegelapan dan 100 untuk anggotanya."
Saat mendengar syarat tersebut Raja menjadi sangat kesal. {Bajingan-bajingan gila ini! Bisa-bisanya mereka masih memikirkan uang saat aku berada di situasi seperti ini! IBLIS BARAT BAJINGAN!} Raja mencoba untuk menyembunyikan rasa kesalnya.
"Maaf tuan Wine, jika anda meminta syarat seperti itu bukankah kami seperti sedang menyewa tentara bayaran?"
"Benar sekali jenderal, kami menawarkan jasa kami. Selain itu bukankah kita semua tahu hubungan diplomatik diantara kedua kerajaan ini sangat tidak bagus. Sejak awal kami memang tidak berniat memberikan bantuan sukarela. Jika kalian tidak menyetujui syarat ini, kalian bisa memberikan seperempat wilayah kalian pada kami."
Tentu saja semua menjadi terkejut dengan apa yang Wine katakan. Raja menjadi sangat kesal karena Wine dengan mudah mengatakan untuk memberikan wilayah miliknya. Seluruh benua Asia tahu bahwa keunggulan terbesar yang dimiliki Kardia adalah luas wilayahnya, jika dia sampai memberikan wilayahnya sama saja membuat Kardia menjadi semakin lemah.
"Baiklah, aku akan membayar tim Demonhard. Apakah anda sudah merasa puas dengan keputusan ini?"
"Tentu saja aku merasa puas." Wine menjawab dengan senyuman lebar.
Senyuman itu seolah-olah menunjukan bahwa Wine sudah menang. Raja menjadi sangat kesal karena dia harus menundukkan egonya di depan Iblis Barat. Dia sudah merasa sangat terhina dengan hal ini. Karena itu Raja mencoba untuk mengusirnya sehalus yang dia bisa.
"Sepertinya negosiasi ini sudah menemukan jawabannya. Tadi anda mengatakan anda sibuk bukan? Anda boleh pergi dari tempat ini jika anda mempunyai kesibukan yang harus anda urus."
"Benar sekali, saya akan segera pergi dari tempat ini. Tapi sebelum itu saya akan memberitahu. Tim Demonhard akan tiba di tempat ini seminggu sebelum peperangan akan dimulai. Karena itu saat mereka disini perlakukanlah mereka dengan baik." Wine menatap dengan tajam ke arah Raja.
"Tentu, tentu saja aku akan memperlakukan mereka sebaik mungkin."
"Kalau begitu saya mohon izin untuk undur diri."
Bara dan Wine kemudian berjalan keluar dari ruangan Raja. Saat Wine keluar, Raja langsung mengepal tangannya dengan erat. Dahinya juga menjadi berkerut karena kesal. Saat ini Raja ingin meluapkan semua rasa kesal yang sudah dia rasakan.
"IBLIS BARAT BERENGSEK!"
Saat Wine berjalan keluar dari istana, kereta kudanya sudah menunggu di halaman istana. Sebelum dia masuk ke dalam kereta kudanya, Wine merasa ada sesuatu yang harus dia pastikan. Wine kemudian mencoba berbalik dan melihat ke arah jenderal. Dia mencoba untuk melihat jumlah mana yang dipunya jenderal.
"Apa ada yang salah denganku?"
"Tidak, aku hanya ingin bertanya satu hal saja. Saat kau menggelengkan kepalamu tadi apakah itu artinya aku lebih lemah atau kau hanya kebingungan?" Wine mencoba untuk membuat Bara tidak curiga.
"Aku merasa kebingungan, aku masih tidak mengetahui kekuatan kalian berdua."
"Begitukah, itu saja cukup. Kalau begitu aku pergi." Wine kemudian masuk ke dalam kereta kuda.
Kereta kuda kemudian berjalan meninggalkan istana. Saat dia sudah cukup, jauh Wine mencoba untuk melihat ke belakang. Dia melihat kalau Bara nampak seperti memperhatikannya. Wine kemudian tersenyum setelah melihat tatapan Bara.
"Seperti yang diharapkan dia juga waspada pada diriku. HAHAHAHA!" Wine tertawa dengan keras setelah mengingat ekspresi Raja. "Ternyata ini jauh lebih menyenangkan dari yang aku kira. Nanti aku harus menceritakan dengan detail bagaimana ekspresi Raja pada tuan."