Setelah beberapa hari mereka berjaga di tempat Count masih tidak ada yang mencurigakan sedikitpun.Tetua desapun berjalan mendekati Chors pada siang hari.
"Sudah aku bilang bukan,ini semua karena perbuatan dewa.Apapun yang kau lakukan tidak ada yang bisa kau lakukan saja."
"Nenek aku tidak tahu berapa lama kau akan mengatakan itu terus setiap harinya.Aku dikirim kesini untuk menjaga desa kalian,setidaknya buatlah agar warga desa tidak merasa ketakutan juga."
"Aku hanya memberitahu mereka fakta."
Karena merasa kesal Chors berjalan pergi dar tetua desa.Dia berjalana dengan menggertakan giginya.Chors berjalan keluar desa,dia mencoba untuk memeriksa hutan yang ada di sekeliling desa.Dia mencoba untuk mencium bau yang ada di sekitar hutan.Namun dia tidak menemukan apapun.
"Sial kenapa mereka tidak muncul juga!"Chors memukul pohon yang ada di sampingnya."Kira dan Emapun sama tidak menemukan apapun.Apa mereka sudah berpindah tempat dari sini?"Chorspun kemudian memanggil elang miliknya.
Dia berniat untuk membuat sebuah surat untuk Agust.Chors ingin mengetahui bagaimana perkembangan kasus ini di tempat lain.Setelah dia mengirimkan surat miliknya,dia berjalan kembali ke desa.Saat dia memasuki desa para warga menunjukan tatapan yang tampak tidak senang.
"Tuan!"Ksatria Count berlari mendekati Chors."Bagaimana hari ini tuan?Apa anda mendapatkan kabar dari teman-teman anda?"
"Tidak belum,seharusnya mereka sudah mengirimkan informasi tadi pagi.Tapi sampai sekarangpun mereka masih belum mengirimkan apapun."
"Sepertinya kita akan segera dikirim kembali ke kediaman Count."
"Benarkah,kita tidak menunggu sampai menangkap penculiknya?"
"Mungkin saja tidak,kami sudah ada di tempat ini selama delapan hari dan tidak menemukan apapun.Anda juga sudah menceritakan pada kami bukan,kalau penculikan hanya terjadi sekali atau dua kali saja di satu tempat."Mendengar itu membuat Chors menghela nafasnya.
"Memang benar aku mengatakan itu,tapi rasanya aku tidak ingin pergi dengan tangan kosong.Padahal aku sudah menemukan sebuah petunjuk.Aku kira sedikit lagi aku akan menemukan sesuatu."
"Tidak perlu merasa terbebani seperti itu tuan.Lagi pula anda sudah cukup membantu,terlebih anda selalu memeriksa kondisi hutan setiap harinya.Sebagai salah satu warga desa saya mengucapkan terima kasih."Ksatria itu membungkuk pada Chors.
"Tidak perlu seperti itu."Chors merasa tidak nyaman karena ksatria berbicara seperti itu.
"Aku juga minta maaf karena desa tampak tidak senang dengan kehadiran anda.Aku harap anda dapat memakluminya."
"Tidak sebagai demi human aku sudah terbiasa dengan lingkungan seperti ini."
Sedangkan di tempat Ema,Ema tampak gelisah.Dia berjalan keluar desa dengan tergesa-gesa.Dia kemudian melihat langit,Ema melihat langit sambil menggigit jarinya.
"Kenapa sejak tadi suratku tidak sampai pada Chors?Aku sudah mengirimkannya pagi tadi.Bagaimana bisa dia tidak kembali juga pada saat siang seperti ini.Mungkinkah elangku diserang?!"Ema merasa curiga.
Dia sangat ingin untuk berjalan keluar dari desa.Namun dia sadar kalau dia tidak ada mungkin saja terjadi hal yang tidak diinginkan.Ema yang merasa tidak tenangpun mencoba untuk meniup peluit elangnya.Dia berharap agar elangnya bisa kembali.
"Semoga saja elangku tidak kenapa-kenapa.Kalau sampai elangku tidak kembali.Aku tidak dapat memberitahu mereka dengan cepat."
Tidak perlu menunggu lama,elang Ema terbang menghampirinya kembali.Emapun merasa curiga karena elangnya kembali dengan sebuah surat yang masih terpasang di kaki elang itu.Dia kemudian mengambil surat itu dan membacanya.
"Ini surat yang aku kirim tadi pagi!Bagaimana masih bisa ada di elang ini?!"Ema kemudian meremas kertas tersebut dan membuangnya."Aku yakin ada yang salah!Aku harus memberitahu Kira terlebih dahulu."Emapun berjalan ke dalam desa untuk membuat sebuah surat.
Kira sedang berjalan di kota,kota itu berada di dekat kediaman Count.Count membiarkan Kira untuk berjalan-jalan sejenak.Count merasa kalau Kira sudah bekerja dengan baik karena itulah dia membiarkan Kira untuk berjalan-jalan.
Namun Kira yang diminta untuk berjalan-jalan,tidak dapat melakukannya dengan tenang.Kira merasa masih ada yang mengganjal karena itu dia menerima tawaran jalan-jalan ini hanya untuk melihat-lihat setiap sudut di kota.Ditambah sejak pagi tadi dia tidak mendapatkan informasi apapun dari teman-temannya.Karena itulah dia merasa semakin janggal.
"Kenapa mereka tidak mengabari aku?Seharusnya pagi tadi kita semua sudah saling bertukar informasi.Tapi kenapa hari ini tidak?"Kira menghela nafasnya.
Diluar dari kegelisahannya,dia sudah lama tidak melihat pemandangan kota.Terlebih dia juga sudah lama tidak melihat seperti keramaian yang ada di depannya.Kira berjalan ke setiap gang yang ada,dia juga memeriksa setiap tembok dengan seksama.Dia merasa mungkin saja penculik meninggalkan sebuah jejak.
Namun hingga malam hari dia juga tetap tidak dapat menemukan apapun.Dia juga tidak mendapatkan informasi apapun dari teman-temannya.Kira sedikit merasa aneh karena tidak mendapatkan pesan dari teman-temannya.Namun dia mencoba untuk tidak berpikir terjadi sesuatu yang buruk pada teman-temannya.
"Mungkin saja mereka memang tidak menemukan apapun.Lebih baik aku kembali saja ke tempat Count."
Saat malam hari para penduduk desa masuk ke dalam rumah.Mereka tidak diizinkan untuk keluar rumah.Bahkan sebisa mungkin mereka harus tetap berada di dalam ruangan.Chors sedang berjalan di hutan yang ada di dekat desa.Dia memeriksa aroma yang ada di hutannya.
"Sampai malampun Ema masih belum ada mengirimkan pesan.Mungkin aku terlalu memikirkannya,lagi pula tugas kami sudah akan selesai.Aku harus mencoba sedikit bersantai."Chors berjalan kembali ke desa.
Namun saat dia sedang berjalan di desa dia merasakan ada sesuatu yang aneh.Dia seperti melihat sebuah asap berwarna ungu memenuhi seluruh hutan.Asap ungu itu mengelilingi tubuh Chors.
"Asap apa ini?"Chors mencoba menyentuh asap itu.
Asap itu hanya menghilang begitu saja seperti asap pada umumnya.Tapi tiba-tiba saja tubuh Chors terasa lemas.Dia merasakan sebuah rasa kantuk yang sangat kuat.Chors menutup hidungnya,{Jangan-jangan ini asap beracun!Apa mungkin penculik itu ada di sekitar sini!}
Chors kemudian mengumpulkan sihir pada tangan kanannya.Dia menggunakan [Power Up 10x] pada tangan kanannya.Chors meninju tanah yang dia pijak sekuat mungkin.
*blar.*
Chors membuat tanah yang dia pijak hancur dan juga membuat sebuah suara dentuman yang sangat keras.Chors kemudian melihat ke atas langit.Dia melihat langit yang ada di sekitarnya tampak bergetar sebentar.Kedua kaki Chors sudah menjadi lemas.Diapun sampai tidak kuat berdiri lagi.{Tidak,aku perlu membuat suara yang lebih keras!}
Dengan tenaga yang tersisa Chors meninju tanah lagi.Namun serangan yang dia buat jauh lebih lemah.Akan tetapi suara yang ditimbulkan cukup keras.Karena tidak kuat menahan lemas Chorspun terjatuh ke tanah.
Kira yang sedang berada di ruangan Count dapat mendengar suara serangan Chors.Diapun segera berlari keluar dari ruangan Count.
"Ada apa Kira?"
"Aku perlu memeriksa sesuatu!"
Kira yang sudah berada di luar ruangan Count melihat ke arah jendela.Dia mencoba untuk melihat ke arah asal suara tersebut.Saat melihat asal suara itu membuatnya terkejut.
"Itu tempat Chors!Suaranya sudah berhenti mungkin saja itu tanda milik Chors."Kira kemudian berlari ke dalam ruangan Count."Count berikan aku kertas dan juga pena!"
Melihat Kira yang tergesa-gesa membuat Count juga panik.Dengan cepat Count mengambil kertas dan juga pena.Kira kemudian menulis diatas kertas yang sudah diberikan.
"Ada apa Kira?"
"Sepertinya temanku menemukan penculiknya!Aku harus memberitahu Ema!"Kira kemudian meniup peluitnya untuk memanggil elang.
Kira membuka jendela ruangan Count.Elangpun masuk ke dalam ruangan tersebut.Kira mengikat kertas yang sudah dia tulis dan memintanya untuk memberikan pada Ema.
"Count apa kau punya kuda yang bisa aku kendarai?"
"Ada kau turun saja diluar ada kandang kuda.Kau dapat memakai yang manapun."
"Baiklah terima kasih."
Kira berlari dengan tergesa-gesa untuk dapat sampai di kandang kuda.Dia kemudian membuka kandang tersebut.Dia melihat banyak kuda ada di dalam sana.Tapi saat melihat kuda-kuda itu membuatnya mengegertakan giginya.
"Sial aku tidak bisa menunggangi kuda!"
Kira berlari mencari ksatria yang berjaga di rumah Count.
"Hei!"
"Iya?"Ksatria kebingungan dengan Kira yang tiba-tiba saja berteriak.
"Ikut aku!"
Ksatria mengikuti Kira ke dalam kandang kuda.Ksatria menjadi semakin bingung karena Kira membawanya ke kandang kuda.
"Cepat antarkan aku ke desa yang kalian kirimkan ksatria."
"Tapi aku sedang berjaga."
"Aku tidak peduli,Count yang memerintahkanku!"
"Baiklah!"Mendengar Count langsung membuat ksatria itu tergesa-gesa.
Dengan dibantu ksatria Kirapun pergi mengarah ke arah desa.
Sedangkan di selatan Kardia,terdapat sebuah tempat yang terpencil.Di tempat terpencil itu terdapat sebuah rumah dari kayu.Namun rumah kayu itu sedang terbakar dengan api yang besar.Dan di tengah-tengah itu api yang panas itu ada seorang pria yang duduk diatas rumah yang tengah terbakar.
Pria itu menggunakan sebuah jubah untuk menutupi seluruh tubuhnya dan juga wajahnya.Dia kemudian meraih sakunya dan mengambil secarik kertas.Dia tampak seperti sedang membaca kertas tersebut.
"Jadi selanjutnya dekat dengan daerah timur ya?"Saat dia sedang melihat kertas itu,api yang membakar rumah itu mengenai kakinya.Diapun menepuk-nepuk kakinya untuk menghilangkan api."Sepertinya tempat ini akan segera hangus."Pria itu kemudian melompat ke bawah.
Pria itu kemudian meregangkan tubuhnya.Dia juga menghela nafasnya dengan dalam.Tapi saat itu tiba-tiba saja seseorang berlari keluar dari rumah.Dia keluar dengan keadaan tubuh yang masih terbakar.
"Haah..Sampai akhirpun tidak menyerah."Pria itu kemudian menghilang dari tempatnya.
Dia muncul di depan orang yang berlari dengan tubuh terbakar.Dia mencekik orang tersebut dan mengangkatnya ke atas.
"Seharusnya kau berhenti saja."Pria itu kemudian melepaskan cekikannya."Aku tidak akan membuatmu menderita."Dengan tangannya dia menusuk pria itu hingga membuat sebuah lobang."Semoga kau tenang di alam sana,sekarang aku tinggal pergi ke perbatasan Timur."Pria itu kemudian berlari dengan kencang,saking kencang dia tampak menghilang.