Chereads / Demon Become Hero / Chapter 108 - Chapter 108

Chapter 108 - Chapter 108

*wosh*

Angin malam yang kencang melewati Ema.Ema sedang berjalan di sebuah hutan dengan pohon-pohon yang menjulang tinggi.Bahkan langit malam tertutupi oleh pohon-pohon tersebut.Ema sudah berjalan selama satu jam namun dia belum sampai ke lokasi pilar tersebut.Dengan pohon-pohon yang tinggi membuatnya kesulitan untuk melihat sekitarnya.Ema yang merasa frustasi membanting kertas yang dia pegang ke tanah.

"Apa-apaan ini!Kenapa aku mendapatkan tempat yang menyulitkan seperti ini."Ema menggerutu dengan suara keras saking kesalnya.

Saat dia sedang menggerutu,tiba-tiba dia mendengar suara senandung seorang perempuan.Ema menjadi bingung karena mendengar suara senandung perempuan.

"Bagaimana bisa ada orang yang bernyanyi di tengah hutan seperti ini?Ini pasti suara milik dari petinggi gereja!"

Ema langsung berlari ke arah suara senandung berasal.Suara senandung tersebut terdengar semakin jelas.Suara senandung itu juga terdengar semakin merdu.

"Haha,siapa sangka salah satu dari mereka mempunyai suara sebagus ini."

Setelah sampai di tempat asal suara tersebut Ema berhenti berlari.Namun suara senandung yang dia dengar berhenti.Saat dia melihat ke depan dia dapat melihat dengan jelas sebuah pilar putih yang berisi bola kristal.Bentuk pilar itu sesuai dengan apa yang Agust katakan.

"Aku hanya perlu menghancurkan itu saja bukan?"

Ema langsung berlari menuju pilar tersebut.Saat dia sedang berlari suara senandung itu terdengar kembali.

"Nanana~"

Ema langsung berhenti ketika mendengar suara senandung tersebut.Dia langsung melihat sekitarnya namun dia tidak melihat siapapun disekitarnya.

"Dimana kau?Cepat keluar sekarang!"

"Nanana~."Ema hanya dibalas dengan senandung lainnya.Ema menjadi tersenyum kesal karena dibalas seperti itu.

"Aku akan hancurkan ini jika kau tidak keluar."

Ema kembali berlari ke pilar.Di tengah-tengah lari Ema langsung mengeluarkan pisaunya.Ema juga mengalirkan mana yang dia punya pada pisaunya.Ema langsung melompat ke bola kristal tersebut.

*buk.*

Sebelum Ema bisa mengenai bola kristal tersbeut,Seseorang meluncur ke arah Ema dan dia ditendang dengan keras hingga kembali ke tanah.Orang itu menggunakan jubah gereja.Dia kemudian menurunkan jubahnya yang menutupi kepalanya.Ema terkejut ketika melihat wajah orang tersebut.

Dia nampak seperti gadis berumur 15 tahun.Dia mempunyai rambut pirang keemasan yang diikat dua.Dia hanya menunjukan senyum pada Ema.

"Lama tidak bertemu ya.Seharusnya kau menyapaku terlebih dahulu.Aku merasa kecewa karena kau mengabaikanku begitu saja."

"Huh?Apa yang kau bicarakan?Aku tidak mengira kalau petinggi gereja adalah seorang gadis kecil."

"Astaga,kasar sekali kata-katamu.Aku juga sakit hati dengan kata-katamu.Tidakkah kau ingat aku?"

Gadis itu kemudian melepaskan jubahnya dan melemparnya keatas.Saat jubah tersebut melewati gadis tersebut seperti menghilang dan digantikan.Gadis itu menjadi seorang pria yang tidak asing bagi Ema.Pria tersebut adalah petugas kerajaan yang memimpin eksekusi Kira.Ema menjadi kesal karena melihat wajah orang tersebut.

"Siapa sebenarnya kau?!"

"Astaga,apakah kau tidak menyadarinya juga?"Orang itu kemudian menggerakan tangannya kebawah melewati wajahnya dan dia kembali menjadi gadis seperti sebelumnya."Perkenalkan uskup agung gereja malaikat Lecia,senang bertemu denganmu."Lecia menunjukan senyumnya."Aku adalah orang yang sama dengan pria tadi.Lebih tepatnya aku menggunakan alat dan menyamar.Kau tahu?Sangat menyenangkan saat menyiksa pemegang simbol kegelapan."

"Dasar Jalang!"

Ema yang merasa kesal langsung berlari ke arah Lecia.Ema mengayunkan pisaunya ke wajah Lecia.Namun sebelum pisau mengenai pipinya,Lecia berputar ke depan.Karena Lecia yang pindah dari tempatnya,pisau Ema tidak mengenai apa-apa.Sedangkan Lecia berada di depan Ema,Lecia menaruh tangan kanannya di depan wajah Ema.Ema langsung menutup matanya begitu tangan Lecia di depannya.

*tak*

Lecia menyentil dahi Ema dengan keras.Setelah menyentil Lecia langsung melompat ke belakang untuk membuat jarak.Ema merasa terhina dan kesal karena dia hanya diserang dengan sentilan.

"Haha,astaga aku kira kau akan lebih menarik.Tapi sepertinya kau terlalu lemah untuk menjadi lawanku.Aku kecewa karena mendapat lawan sepertimu,membosankan."Lecia menatap Ema dengan tatapan yang meremehkan dan juga merendahkan.

"Aku bahkan belum serius!"Ema menatap Lecia dengan tajam.

Ema langsung menggunakan [Hurricane Steps].Lecia terkejut dengan gerakan Ema yang cepat.Saking cepatnya, Lecia tidak dapat bereaksi.Ema melewati Lecia dan membuat sebuah luka gores di pipinya.Saat darah keluar,Lecia langsung memegang pipinya.Saat dia merasakan luka tersebut,Lucia tersenyum dengan girang.

"Benar!Begitulah seharusnya hibur aku!"

Di belahan hutan lainnya Chors sedang berjalan mengikuti kertasnya.Kertas tersebut membawa Chors berjalan keluar dari hutan.Chors menginjakkan kakinya di sebuah padang rumput yang luas.Di tengah-tengah rumput luas tersebut terdapat seperti sebuah bangunan.Namun bangunan tersebut sudah hancur dan sudah nampak seperti sebuah reruntuhan.

"Sepertinya mereka tidak tahu cara menyembunyikan sesuatu ya."

Chors berjalan ke bangunan tersebut.Saat dia masuk ke dalam bangunan tersebut.Bangunan itu sudah dipenuhi dengan rumput liar dan juga lumut di dindingnya.Sinar bulan menyinari bangunan tersebut dan berkat sinar tersebut dia dapat melihat pilar yang dia cari.

Namun didepan pilar tersebut ada seseorang yang duduk diatas sebuah bongkahan batu.Orang tersebut memakai jubah putih gereja.Dia sedang duduk dengan santai sambil memegang sarung pedangnya.Dia kemudian mengeluarkan sebuah botol minum dan minum dari botol tersebut.Chors berjalan mendekati orang tersebut.

"Pergilah,aku tidak ingin membunuh siapapun saat ini."

"Seharusnya akulah yang menyruhmu pergi dari sini.Aku juga tidak ingin menyakiti siapapun."

Tapi orang tersebut tidak menghiraukan Chors dan tetap meminum,minumannya.Chors merasa kesal dan langsung memegang pedangnya.

"Aku sudah memperingatimu!Jangan sampai menyesal!"Chors langsung mengayunkan pedangnya ke arah pria tersebut.

*tang*

Pria tersebut langsung menahan serangan Chors dengan pedangnya.Chors juga terkejut dengan dia yang hanya menahan dengan satu tangan.Pria tersebut kemudian menutup minumannya dan menaruhnya kembali.

"Dasar anak muda,harusnya kau biarkan aku minum dengan tenang."Pria tersebut kemudian mendorong pedangnya dan membuat Chors juga terdorong.

Pria tersebut kemudian berdiri.Dia kemudian menurunkan jubahnya untuk menunjukan wajahnya.Chors terkejut dengan orang yang dia lawan.Dia melawan seorang pria tua.Dari kulitnya yang sudah berkerut juga dengan rambut putih mungkin saja pria ini mendekati umur 60.

"Siapa namamu?"

"Kenapa aku harus memberitahumu?"

"Dasar anak muda zaman sekarang,aku sudah tidak memperlihatkan wajahmu.Bahkan kau tidak mau memberitahu namamu?Bagiku pertarungan pedang seperti sebuah pertarungan suci.Kita juga akan saling membunuh,setidaknya kita harus tahu siapa orang yang akan membunuh kita."

"Chors,ingatlah nama itu yang akan membawamu ke akhirat."Chors menunjuk pria itu dengan pedangnya.

Chors langsung berlari ke depan ke tempat pria itu.Akan tetapi pria itu hanya berdiri dengan tenang.Chors langsung mengayunkan pedangnya ke leher pria itu.

*tang*

Namun pria itu dapat menahan serangan Chors.Tidak hanya menahan dia juga mendorong pedang Chors ke tanah.Chors langsung ditendang oleh pria tersebut.

"Sepertinya aku yang akan membawamu ke neraka.Ingatlah uskup agung Vulcula ini yang akan mengalahkanmu."

Chors yang terjatuh ke tanah mulai berdiri.Saat dia mencoba memegang pedangnya tangannya menjadi sedikit gemetar.Dia juga terkejut dengan dia kalah dalam hal kekuatan.

{Kenapa tanganku gemetar?Tidak mungkin aku takut dengan pria ini.}