Chereads / Demon Become Hero / Chapter 107 - Chapter 107

Chapter 107 - Chapter 107

Pada esok harinya Agust kembali dengan Lilia.Mereka langsung memberitahu apa yang mereka dapatkan di kota.

"Selama aku berkeliling-keliling di kota tidak ada satupun yang menyerangku.Aku bisa menarik kesimpulan kalau mereka hanya akan menyerangmu saja."Agust menunjuk Kira.

"Bisakah kau mendengarkan pendapat kami?"

"Tentu."

Chors kemudian menceritakan semua yang mereka bicarakan kemarin.Agust hanya mendengarkannya dengan seksama.Dia kemudian tersenyum kecil setelah Chors selesai berbicara.

"Teori kalian cukup tepat tapi juga tidak tepat.Memang benar kalau patung itu adalah penyebab semua hal ini terjadi.Namun dia hanya sebuah perantara,bukanlah penyebab sesungguhnya."

"Jadi kau tahu penyebabnya?"Ema bertanya dengan cepat.

"Tentu saja,sudah aku bilang bukan?Aku mempunyai teman yang bisa dipercaya."Agust kemudian mengeluarkan tiga lembar kertas dari sakunya dan memberikannya kepada seluruh Demonhard.

Mereka semua menjadi bingung dengan kertas yang mereka dapatkan.Kertas itu ditulis seperti sebuah peta.Ema yang penasaran mulai membandingkan miliknya dengan teman-temannya.Saat dia melihat milik temannya,dia menyadari kalau mereka mendapatkan kertas dengan isi yang berbeda-beda.

"Sebenarnya apa ini?Kenapa punya kami semua berbeda?"

"Sudah aku bilang bukan?Patung itu hanya sebuah perantara.Dan kertas yang kalian pegang adalah tempat dari penyebab fenomena ini."

"Jadi ada tiga tempat yang harus kami datangi."Chors berbicara sambil melihat Agust.Agust kemudian menggoyangkan jarinya sambil tersenyum.

"Bukan kami tapi kita.Dan bukan tiga melainkan empat."Agust mengeluarkan kertas terakhir.

"Tunggu apa lagi?Kalau begitu kita hanya perlu melenyapkan penyebabnya."Kira berdiri.

"Seperti biasa kau selalu bersikap ceroboh.Aku bahkan belum selesai menjelaskan."Agust membuat Kira kembali duduk di tempatnya.

"Cepat jelaskan apa yang belum kau jelaskan."

"Penyebab pengendali pikiran ini adalah sebuah pilar.Aku tidak begitu tahu cara menjelaskannya yang jelas di tengah-tengah pilar tersebut ada sebuah bola kristal berwarna putih.Dan kita hanya perlu menghancurkan bola kristal tersebut.Memang terdengar mudah tapi masalah utamanya bukan ada di menghancurkan bola kristal.Tapi yang menjadi masalah adalah yang menjadi pilar tersebut.Pilar-pilar itu dijaga oleh petinggi gereja."

"Memangnya mereka sekuat apa sampai-sampai kau menahanku disini?"

"Apa mereka mempunyai kemampuan untuk bertarung?"

"Kyra apa kau pernah mendengar tentang ini?"

"Tidak,aku tidak pernah mendengar kalau petinggi gereja bisa bertarung.Aku hanya tahu mereka bisa berdoa saja."

Semua kemudian melihat ke arah Agust.

"Jangan lihat aku seperti itu,aku juga tidak tahu tentang kemampuan mereka.Tapi jika dilihat dari hal yang mereka bisa lakukan sekarang.Mereka pasti bukanlah orang biasa.Terlepas mereka menggunakan alat,mereka tetaplah berbahaya."

"Lalu kapan kita akan menghancurkan mereka?"Kira bertanya dengan dingin.

"Aku diberitahu batas waktu kita adalah sampai besok pagi.Kita akan bergerak pada malam hari nanti."

"Apa!Malam hari?Itu terlalu lama bagaimana jika mereka bergerak lebih cepat?!"Kyra menentangnya dengan keras.

"Aku melakukan ini bukan karena tidak memikirkan hal lain.Aku hanya ingin agar mereka bisa berada di kondisi maksimal mereka.Mereka mungkin nampak baik-baik saja tapi aku sangat yakin mereka belum sepenuhnya pulih."

Kyra kemudian melihat kearah mereka semua.Saat Kyra melihat mereka,mereka langsung membuang muka mereka.

"Aku harap kau bisa mengerti putri.Jika mereka tidak berada di kondisi terbaik maka peluang misi ini gagal akan semakin besar."

Lilia hanya bisa menatap mereka dengan perasaan yang merasa bersalah.

"Maafkan aku teman-teman.Sepertinya aku terlalu terbawa perasaanku."

"Haha tidak apa-apa Kyra."Ema tertawa dengan canggung.

"Sudah sewajarnya anda akan khawatir seperti itu."

"Tenanglah semua akan kami selesaikan dengan cepat."

"Kalau begitu kalian beristirahatlah.Aku akan menunggu disini."

Mereka semua langsung kembali ke kamar mereka masing-masing.Sedangkan Agust dan LIlia beristirahat diatas sofa.Saat matahari terbenam dan langit menjadi gelap.Mereka semua langsung keluar dari kamar mereka.Sedangkan Agust sudah duduk menunggu mereka keluar.Agust langsung berdiri dan mendekati mereka.

"Kita akan berangkat sekarang."

"Apa aku tidak bisa ikut juga?"

"Tidak putri,kau hanya akan menghambat kami.Tunggulah sampai kami kembali,Lilia akan menjagamu selama kami tidak ada."

Mereka semua kemudian keluar dari pondok meninggalkan Kyra dengan wajah yang nampak gelisah.Mereka semua berjalan mengikuti Agust dari belakang.Setelah berjalan cukup jauh dari pondok,Agust berhenti dan berbalik.

"Mulai dari sekarang kita semua akan berpisah dari sini."

"Kami hanya perlu mengikuti kertas ini saja bukan?"

"Benar."

"Apa kau tahu kertas ini akan membawa kami kemana?"

"Aku tidak tahu tapi yang jelas tempat ini cukup jauh dari ibukota."

"Jadi apakah aku boleh bertarung habis-habisan di tempat ini?"Kira berbicara sambil mengangkat kertasnya.

"Silahkan saja,kau boleh mengamuk sepuasmu."

"Baiklah,aku akan pergi sekarang."Kira langsung berlari meninggalkan mereka.

Saat Kira berlari pergi meninggalkan mereka.Ema dan Chors berjalan ke arah yang berbeda dan saling melewati satu sama lain.Saat Chors sudah melewati Ema,dia berhenti dan melihat ke belakang.

"Sebaiknya kau tidak kalah atau kau hanya akan membuat Kira kerepotan."

"Tidak akan,sebaiknya kau ingatkan dirimu sendiri saja."Ema menjawab tanpa melihat ke belakang sedikitpun,dia juga melambaikan tangannya sambil berjalan.

"Sepertinya mereka cukup bersemangat.Kita akan pergi kemana ya?"Agust berjalan sambil melihat kertasnya.

Agust berjalan dan tanpa dia sadari dia sudah berada di hutan bagian dalam.

"Pantas saja aku bertemu monster dari tadi.Sepertinya mereka lebih gila dari yang aku kira."

Agust terus berjalan mengikuti kertas yang dia bawa.Hingga akhirnya dia melihat pilar-pilar yang berada di tempat terbuka.Dengan empat pilar putih yang mengelilingi satu pilar sebagai pusatnya.Dan di pilar tengah tersebut terdapat sebuah bola kristal seperti informasi yang dia dapatkan.Semakin dia dekat dengan pilar-pilar tersebut,dia dapat melihat seseorang dengan jubah putih lengkap dengan lambang gereja,sedang berlutut di hadapan pilar tersebut.Agust datang dengan mencoba memancing orang tersebut.

"Sepertinya kalian cukup gila ya?Sampai-sampai memasang pilar kalian di tempat berbahaya seperti ini.Tapi tentu saja itu mungkin untuk kalian yang merupakan orang-orang fanatik yang aneh."Agust berbicara sambil memegang salah satu pilar.

Agust merasa kesal karena dia seperti diabaikan begitu saja olehnya.Karena dia merasa kesal dia langsung berjalan mendekati orang tersebut.Saat dia mendekati orang tersebut dia nampak berlutut sambil berdoa dengan menggenggam kedua tangannya.Bahkan saat Agust sudah berdiri di belakangnya dia masih mengabaikan Agust.

"Sepertinya kau sudah menyerah dengan keadaanmu ya."

Agust menarik tangannya dan memukul orang tersebut tepat di kepalanya.

*buk*

Namun dia tidak bergeming sedikitpun bahkan setelah dipukul Agust.Agust mengira bahwa orang tersebut sudah pingsan.Namun tiba-tiba dia berbicara dengan suara yang kecil.

"Terima kasih sudah mendengarkan saya."

Dia kemudian berdiri dan menghadap kearah Agust.Agust terkejut dengan ukuran orang tersebut.Agust yang memiliki badan besar hanya setinggi dada orang itu.

"Aku harap dewa mengampunimu karena telah mengganggu orang berdoa."

"Aku tidak peduli dengan dewamu."

*plak....blar*

Agust ditampar oleh orang tersebut.Hanya dengan satu tamparan membuat Agust terpental dengan jauh hingga menabarak pilar dan membuat pilar tersebut jatuh.Agust terkejut dengan kekuatan yang dimiliki orang tersebut.Bahkan Agust merasa pusing setelah menerima tamparan tersebut.

"Aku uskup agung Ferun akan memberikanmu hukuman karena mengganggu pengikut dewa yang sedang berdoa."

Ferun kemudian menurunkan jubahnya dia memiliki kepala botak dan juga mata yang lebar.Dia menatap tajam pada Agust.Agust yang masih terbaring diatas pilar hanya melihat ke arah bulan dan berbicara.

"Aku harap bocah-bocah nakal itu bisa mengatasi mereka."