Chereads / DIONAZA / Chapter 2 - DIONAZA#1

Chapter 2 - DIONAZA#1

"Tak pernah aku pikirkan. Bila awal pertemuan kita sungguh lah hal biasa" ~Liaza

°°°°°

Kring kring kring suara jam berbunyi

"Argh, berisik," ucap seorang gadis yang masih setia meringkuk di kasur. Dengan malas dia bangun lalu, mematikan alarm tersebut.

Masih dengan keadaan mengantuk, ia melihat jam wekernya.

"Jam enam. Eh." Liaza terkejut dan memaki, "Shit, gue telat." Melemparkan alarm jam ke sembarang tempat dan tergesa-gesa ke kamar mandi untuk mandi.

Selesai mandi ia memakai seragam putih-biru dengan cepat ditambah atribut sekolah.

Mengepang rambut asal-asalan tak lupa ia memoles wajahnya dengan bedak bayi, karna tak begitu suka memakai make up.

"Sial, kok gini amat, sih. Peraturan mos! Ribet!" gerutu Liaza, sambil memakai sepatu sekolahnya

Ting..

Suara notifikasi pesan masuk dari ponsel bermerk apel tergigit. Membuat Liaza menghentikan aktivitasnya dan membuka pesan tersebut. Ternyata, dari Dafisa.

Eh, lo di mana? Buruan, mos mau dimulai!

"Njir, emang sekarang, jam berapa, sih?"Matanya melihat jam dinding.

"Double shit! Yang bener aja, udah setengah tujuh."

Liaza memaki kesal, dengan lincah ia memasukan ponselnya kedalam saku dan bergegas keluar dari kamar.

"Liaza, Sarapan dulu sayang," teriak sang Bunda saat melihat anaknya keluar dari kamar.

"Gak, Bun. Udah telat, nih." Liaza berlari kecil menuju bagasi dan menghiraukan sang Bunda yang terus memanggilnya untuk sarapan.

Liaza menyambar kunci motor lalu ia ngacir begitu saja setelah menyalakan motor dan memakai helm full face di kepalanya.

Liaza melaju cepat di jalanan. Tak peduli dengan umpatan para pengguna jalan yang lain, bagi ia yang terpenting saat ini tidak terlambat ke sekolah.

Sampai di lampu merah Liaza berpapasan dengan seorang pemuda. Jika dilihat baik-baik seperti nya dia juga bersekolah di SMA Galaksi.

Masa bodoh dengan pemuda itu saat lampu sudah berubah hijau Liaza segera menancap motornya dengan kecepatan penuh.

°°°°°

Sebuah motor bermerk Triumph twin 1200 melaju cepat di jalanan membuat semua mata terpana dan terhipnotis.

Saat sampai di lampu merah, pemuda itu memelankan laju kecepatan motornya. Dengan santai dia menunggu lampu berubah menjadi hijau. Walaupun, didalam hatinya banyak umpatan-umpatan karena bangun kesiangan.

'Njir, lama bener' maki pemuda itu dalam hati. Karena fokus dengan jalan dia tak peduli dengan seseorang gadis yang tampak memperhatikannya.

Saat lampu berubah hijau dia terkejut bukan main. Seorang gadis menantang nya balapan di pagi hari!

"Wah, nantang, nih!" geramnya merasa jengkel dengan kelakuan si gadis.

Lalu pemuda itu menancap gas motor Triumph dengan kecepatan penuh dan membalap gadis tersebut.

Dia memamerkan smirk kemenangannya. Tak akan ada yang bisa mengalahkan dia. Sekalipun, mereka bukan anak SMA Galaksi. Camkan itu!

Pemuda tersebut memelankan laju kecepatan motornya saat dia mulai memasuki area sekolah dan memarkirkan kendaraannya ditempat parkir khusus.

PARKIR BRAVMIG

Banyak sekali kumpulan mereka parkir di tempat itu dengan enteng dia melepaskan helm di kepalanya. Sembari menata rambut yang sedikit berantakan dan menatap gerbang sekolah dengan senyum devilnya.

"Tutup gerbangnya!" Mereka yang menjaga gerbang dengan cepat menuruti perintah tersebut.

°°°°°

Liaza merasa dongkol, karena seorang pemuda membalapnya. Ia sangat tidak suka diganggu! Dengan kecepatan penuh, Liaza berusaha membalap pemuda tersebut. Walaupun, berujung kekalahan yang harus diterimanya.

'Sialan' makinya kesal tak bisa membalap pemuda tersebut. Dengan cepat ia melajukan motornya. Sesampainya di sekolah ia kesal bukan main.

"Argh, sial. Kenapa, gerbangnya tutup? Padahal, belum jam tujuh!" ucap Liaza sembari melihat jam tangannya.

Tin tin tin

Karna tak ada yang merespons, Liaza turun dari motor. Melepas helm dari kepalanya lalu, mendekati gerbang.

Begitu terkejutnya ia melihat sosok pemuda memakai hoodie hitam dengan kedua tangan dilipat didepan dada. "Telat, ya?" tanyanya menatap Liaza tajam.

"Iya, Ka." Liaza menunduk kan kepalanya. Jujur, dia takut ditatap seperti itu.

Seseorang gadis memperhatikan adegan tersebut dari jauh dan berjalan mendekati mereka.

"Ada apa, Allan?" tanya sang gadis.

"Lihat." Allan memajukan dagunya.

Lalu, gadis itu mendekati gerbang. Terkejut, melihat sepupunya telat. 'Aish, kenapa, Zaza, telat' batinnya dengan santai dia menatap pemuda dihadapannya.

"Buka, dong," ujar gadis itu pelan namun, tersirat memerintah.

"Bukan urusan gue,Tiana." Allan bersikap cuek, dan melihat ke arah lain.

"Urusan gue, karena sekarang, belum jam tujuh, Al." Tiana meraih tangan Allan berusaha mengambil kunci gerbang.

Masih dengan ekspresi cueknya, Allan memberikan kunci gerbang ke Tiana dan berlalu pergi tanpa mengeluarkan satu kata pun.

'Aneh' batin Tiana bingung sambil membukakan pintu gerbang.

Liaza yang melihat pintu gerbang dibuka menaiki motornya dan menggas motor dengan pelan memasuki area sekolah.

Setelah, kendaraan Liaza masuk, Tiana melemparkan kunci gerbang ke sosok pemuda yang sedang santai bersandar di pos jaga.

Pemuda itu langsung menangkap kunci dan berkata, "Beruntung lo, pas nyuruh, Allan, kek gitu. Dion, gak disini."

Tiana membalas ucapan pemuda itu dengan senyum kecutnya. Mengingat bagaimana hubungannya dengan Allan yang masih renggang.

Liaza cepat-cepat turun dari motornya dan segera menghampiri Tiana.

"Ka Ana, wc di mana?" tanya Liaza bingung untuk mengganti pakaiannya.

Tanpa ba-bi-bu Tiana menarik Liaza ke tempat ruang ganti, segera Liaza masuk dan memakai rok sekolah.

"Udah, Ka." Liaza merapikan poninya yang berantakan.

"Ya udah, sana cari Tripel. Lo sekelas sama mereka." Tiana menunjuk kumpulan siswi berpakaian sama dengan Liaza.

"Okay, Ka. Thanks." Liaza pamit dan berlalu pergi menuju kumpulan tersebut.

°°°°°

Hari yang melelahkan. Jujur, Liaza sangat kesal dengan semua anggota osis. Bisa-bisanya menyuruh ini itu.

"Gue kesel, ihh, sama, waketos. Masa, gue dipanggil pendek," ujar seorang gadis sembari mengipas-ipas wajahnya karena kepanasan.

"Lah, Kak Irma, masih mending. Masa, Okta, dipanggil onta." Okta merengut kesal mengingat kejadian tadi siang.

"Kalian, masih mending. Masa, gara-gara lihat cogan aja, gue dipanggil buciners," ujar seorang gadis sembari memperbaiki kepangan rambutnya.

"Kan, lo emang, bucin," ucap Irma meminum air mineralnya.

"Bener, Ka Dafisa, bucin," sahut Okta menyetujui ucapan Irma.

"Gak, ya elah," elak Dafisa.

"Heleh," ujar Irma dan Okta bersamaan.

"Guys, mereka siapa, sih? Kek, berkuasa banget di SMA?" tanya Liaza ke mereka bertiga.

"Entah, coba tanya, Ka Twins," usul Dafisa.

"Bisa, tuh," ujar Irma setuju.

"Tapi, menurut, Okta, jangan sekarang. Kita ikuti aja dulu, permainan mereka," ujar Okta memantau kumpulan anak osis.

"Yap, lo bener juga." Liaza menatap kumpulan osis dengan tanda tanya.

'Mereka sebenarnya siapa?'