Villa tempat Irham menginap tidak terlalu luas, namun tampak terlalu besar untuk satu orang penghuni. Pagi minggu, Irham bangun kesiangan bahkan Ia melewatkan solat subuhnya.
Tadi malam, setelah acara resepsi Atta, Irham tidak langsung pulang ke Villa setelah mengantar Citra sampai ke penginapan. Dirinya, Ronal, Evan dan juga Wayan sang penjaga Villa membawa mereka menikmati destinasi Bali. Wayan mengajak mereka untuk berenang ala-ala di Midnight pool di hotel disini.
Sebenarnya ini adalah ide nakal Ronal. Katanya, sesekali pergi ke Bali masa polos mulu. Nakal dikit dong. Setelah memastikan cewek-cewek aman dalam kamar hotelnya, Irham, Ronal dan Evan langsung berangkat menunaikan ide yang Ronal sarankan. Wayan yang sudah sangat banyak pengalaman di Bali pun menjadi guide mereka.
Midnight pool di Bali emang the best. Dengan pesona alam yang ditawarkan, fasilitas hotel yang mewah ditambah banyak cewek-cewek half naked yang ikutan berenang membuat sensasi berenangnya semakin asik, pengunjung wanita disini pada sexy abis. Lumayan tuh menyegarkan mata.
Ponsel Irham berdering dan kekasih nya lah yang menghubungi nya di jam 11 siang itu.
"Kakak," suara Citra terdengar dari sambungan telepon mereka.
"Iya," balas Irham dengan suara seraknya. Mencoba berdehem dan membersihkan tenggorokan nya agar suaranya tidak terlalu berat namun gagal, suara khas baru bangun tidur memang kental terdengar.
"Baru bangun yaaa ? Janji nya mau ajak jalan Citra kan hari ini, ini udah jam berapa cobaaaa." Omel dokter gigi itu dengan nada merajuk.
'shit' maki Irham tak bersuara. Ia lupa dan fatalnya malah telat bangun.
"Iya sayang, bentar ya, kesiangan nih. Kakak mandi dulu ini, bentar lagi kakak jemput."
"Nggah usah lagi, udah bete."
Tut tut tut.
Sambungan telepon mereka langsung dimatikan sebelah pihak oleh Citra. Dalam hati Irham mengutuk Ronal yang mengajaknya berbuat maksiat tadi malam hingga dia telat bangun. Untung dia tidak minum, nggak tahu lagi deh apa yang terjadi pagi ini kalau dia juga mabuk tadi malam.
Irham memanggil Wayan sambil berteriak, Ia mengeluarkan kemeja pantai nya dalam koper dan menarik celana ponggolnya dan meletakkan nya di atas kasur.
Wayan datang dan membuka pintu, tampak lelaki 24th itu juga baru bangun, "Gosokin baju gue dulu, cewek gue ngambek nih gara-gara telat bangun, gue mau mandi dulu." Kata Irham sambil cepat dan buru-buru masuk ke kamar mandi.
Wayan terkekeh geli mendengar celotehan Irham, "Ckkk, gayaan banget sih tadi malam segala mau ke sono, rasain itu." cibir Wayan.
[***]
Tanpa sempat lagi untuk sarapan atau mungkin bisa disebut makan siang, Irham langsung mengendarai mobil nya ke hotel tempat Citra menginap. Baru saja Ia memasuki lobi dan masuk lift, seseorang memanggilnya dari belakang.
"Bang," Ronal mendekati Irham dan menaikkan sebelah alisnya, "Mau ke tempat kak Cicit ?"
"Iya, ngambek tuh dia."
"Hahaha." Suara tawa Ronal menggelegar, "Cewek gue juga. Dia tahu kalau tadi malam gue pergi kesuatu tempat, walau nggak tahu kita ke sono."
"Ha serius lo ?" tanya Irham tak percaya.
"Radar si Rere itu kencang dan susah banget gue bohongin dia." Kata Ronal lagi. Mereka masih di depan lift belum juga masuk kedalam nya. "Eh, mereka nggak dikamar btw. Kayaknya jalan-jalan cari oleh-oleh deh."
"Ke pasar seni Kuta ?" tanya Irham pada Ronal. Asisten Atta itu menggelengkan kepalanya bingung, "Nggak tahu gue, gue tanya pada nggak mau jawab."
"Lah anjir." Gemas Irham. Bingung deh, itu cewek-cewek pada pasang mode ngambek segala. Perut Irham tiba saja berbunyi dan Ia meringis pelan.
"Lo lapar bang ?"
"Iya, cari makan dulu yuk. Cewek-cewek itu nanti aja dipikirin."
"Haaa, gitu lagi cocok."
Lift terbuka dan tampaklah Evan dari sana, "Pagi !" sapa lelaki itu dengan suara lemas, tadi Malam selain berenang ala-ala, Evan juga minum beberapa gelas. Sepertinya lelaki sempat mabuk dan tampak begitu lemas pagi ini.
"Mabok lu bos ?" tanya Ronal merangkul bahu Evan dan perlahan bergerak menuju parkiran, mereka mau mencari sarapan dulu.
"Hmm.. iya, dikit aja kok." Sahut Evan santai. "yang lain mana, Ron ?"
"Pada ngilang, nggak tau gue." Sahut Ronal misuh. "Sarapan dulu deh kita, cewek-cewek itu entar aja kita pikirin."
[***]
Ronal menghubungi ponsel Qaira dan menunggu dengan cemas, takut nya malah tidak diangkat. Hanya Qaira harapan mereka saat ini. Ponsel Citra dan Rere sama-sama dalam mode off sepertinya. Whatsapp kedua nya hanya centang satu dan nomor ponselnya dalam keadaan sibuk tidak dapat dihubungi.
Ribet sumpah kalau cewek dalam ngambek mode on nya.
"Halo Key." Ronal langsung menghela nafas lega begitu Qaira menjawab telepon Ronal. Dari tadi kek. "Dimana lo ha ?"
"Gue di Pasar Seni Kuta." Sahut Qaira dari seberang sana.
"Lama masih kan ? Biar kita-kita nyusul nih, bikin khawatir aja njir." Sembur Ronal gemas.
"Eh eh, nggak usah. Orang ini udah selesai belanja, kita mau ke pantai nya."
"Terus kita nyusul ke pantai aja gitu atau gimana ?" tanya Ronal lagi pada Qaira.
Untuk beberapa saat Qaira tidak menjawab, sepertinya dia tengah berdiskusi dengan geng nya itu.
"NGGAK USAH ! LO PULANG AJA SANA."
Tut tut tut.
Ronal reflek menjauhkan ponselnya dari telinga saat Rere yang menjawab sambil berteriak marah di sana. Malah dimatikan sebelah pihak lagi.
"Anjir nih cewek, bikin emosi aja." Kata Ronal kesal. "Gue mau pulang ke Jakarta aja deh, Bang. Males gue, ngapain juga disini. Cewek gue juga lagi ngambek." Gerutu Ronal.
"Gue juga mau pulang deh," kata Evan kemudian. "Capek gue disini." Keluhnya lagi.
"Yaudah, ayok, gue ikut."
"Mantap nih, dikira mereka aja apa yang bisa ngambek, kita juga bisa." Kata Ronal sebal. Keluar dari rumah makan Bali itu, Evan langsung memesan tiket perbangan mereka dengan jarak waktu terdekat.
"Bye Bali."