Alexa membuka matanya dan menatap langit-langit kamar. Jam weker di atas nakas samping tempat tidur juga sudah dimatikan, dan gadis itu masih berbaring sembari menatap langit-langit.
Semalam akhirnya dia bisa tidur tanpa terbangun gara-gara mimpi buruk. Tapi bukan berarti saat bangun dia merasa segar seperti sebelumnya. Energinya masih terasa habis dan tidak terisi sama sekali. Bahkan, meski sudah berhasil menghindar dari mimpi buruk yang menghantui setiap malam, ketika bangun pun, otaknya secara otomatis memutar kembali kenangan mengerikan itu.
Gadis itu butuh waktu untuk mengumpulkan tenaga dan beringsut turun dari kasur. Kakinya diseret menuju kamar mandi untuk mencuci muka dan menggosok gigi. Ketika Alexa melihat wajahnya sendiri di cermin di atas wastafel, dia merasa kasihan. Ada warna hitam pada kantong matanya. Kulitnya bahkan terlihat kusam dan agak pucat. Malah Alexa seperti melihat pantulan bayangan orang lain dan bukan dirinya.